Saturday, February 14, 2009

“UPAYA PENINGKATAN PERSIAPAN RUANG MUATAN CURAH DI MV. WHITE ORCHID”.

Amiruddin Topang


BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Bulk Carrier’s atau Bulker’s adalah kapal yang dirancang dan dibuat sebagai alat transportasi yang mengangkut muatan curah. Muatan bulk umumnya merupakan muatan yang berbentuk sama jadi homogen atau homogeneins dan biasanya dimuat kedalam palka secara langsung dengan cara curah.
Pada tahun 1990 pergerakan muatan curah di dunia untuk biji besi adalah sebesar 350 juta ton dan grain/biji-bijian besi adalah 190 juta ton belum termasuk muatan curah lainnya, sepert: Coal, Coke, Salt, Maize, Sand dan lain-lain.
Bulk Carrier sudah mulai dikenal sebelum tahun 1950-an dan sejak 1950 bentuk dan rancangan bulk carrier sampai hari ini mengalami banyak pembaharuan. Dengan adanya peraturan Internasionl tahun 1966 mengenai Load Line. Convention and IMO GRAIN RULES, bentuk rancangan kapal curah sudah lama maju dan mempunyai keseimbangan yang lebih baik. Karena ada perubahan-perubahan rancangan dan bentuk kapal curah, maka pada tahun 1980 kapal-kapal container mengambil bentuk dari rancangan kapal curah.
Berkaitan dengan pengoperasian kapal curah perusahaan pelayaran dalam usahanya mencari keuntungan menyewakan/charter kapalnya. Dengan kata lain kelaikan kapal yang disiapkan oleh perusahaan pelayaran dapat membawa muatan yang dimiliki oleh pencharter.Sekalipun dalam perjanjian penyewaan (time charter) ruangan muatan curah disiapkan oleh pencharter, pada saat-saat tertentu dikarenakan waktu yang mendesak untuk pemuatan selanjutnya crew diatas kapal diinstruksikan untuk mengerjakannya dengan kompensasi yang sesuai. Karena muatan yang akan dimuat memerlukan kondisi ruang muatan curah yang bersih, kering dan tidak berbau dan cara mempersiapkan ruangan muatan curah tersebut dalam pelayaran harus dimengerti betul, sehingga pekerjaan ini berhasil baik dan terhindar dari penundaan pemuatan akibat tidak sempurnanya dalam mempersiapkan ruang muatan curah tersebut sehingga operasionl kapal lancar dan tepat waktu.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka ketetapan hati penulis memilih judul untuk makalah ini dengan :
“UPAYA PENINGKATAN PERSIAPAN RUANG MUATAN CURAH DI MV. WHITE ORCHID”.

B. POKOK PERMASALAHAN
Upaya untuk mengoptimalkan atau peningkatan persiapan ruang muatan curah di MV. White Orchid.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan dan manfaat penulisan dari masalah yang diambil oleh penulis adalah sebangai berikut:
1. Tujuan
- Untuk mengetahui prinsip ruang muat curah di MV. White Orchid.
- Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam mempersiapkan ruang curah.



2. Manfaat
- Memberi sumbangan pengetahuan bagi pembaca.
- Peningkatan persiapan ruang muatan curah di MV. White Orchid.

D. LINGKUP BAHASAN
Mengingat luasnya permasalahan ruang lingkup muncul dalam pembahasan makalah pada kesempatan ini penulis hanya membatasi
permasalahan dan pembahasannya akan dibatasi dalam lingkup diatas kapal MV.White Orchid dengan usaha crew mempersiapkan ruang muatan curah berikut alat penunjangnya.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Berkaitan dengan judul makalah ini metode pendekatan atau pengungkapan yang digunakan adalah praktis dan obyektif berdasarkan :

1. Pengalaman kerja dikapal MV. White Orchid selama setahun mulai dari tanggal 02 Februari 2007 sampai dengan 25 Juni 2007.
2. Studi Pustaka yaitu dengan mencari referensi di Perpustakaan BP3IP Jakarta.










BAB II
KONDISI SAAT INI


Dalam pengoperasian kapal setelah membongkar muatan di Singapore pada tanggal 12 Maret 2007, ruang muatan curah harus disiapkan kembali untuk menerima muatan berikutnya, di Pelabuhan Dahlian, China. Karena jadwal (Scheduled Time) kapal tidak memungkinkan bila ruang muatan curah disiapkan oleh pekerja darat. Sementara ruang muatan curah yang bersih, kering, tidak berbau diperlukan untuk muatan berikutnya. Dari pengalaman pencharter mengharapkan toleransi pihak kapal dan berani menginstruksikan akan hal ini. Perusahaan pelayaran dengan perhitungannya yakin akan kemampuan crew kapalnya, mendukung instruksi ini. Bekerja sama dengan Nakhoda, kapal diinstruksikan untuk mempersiapkan ruang muatan curah tersebut dan seluruh crew sebagai pelaksananya.
Bagi crew dikapal instruksi ini merupakan pekerjaan tambahan yang harus dikerjakan sekalipun terasa memberatkan. Mengingat setiap crew sudah mempunyai tanggung jawab dan tugas masing-masing. Sekalipun pelaksanaannya diatur menurut jam kerja. Pekerjaan tambahan ini harus dilaksanakan secara bersama-sama oleh seluruh crew dikapal, sebab pekerjaan tambahan ini tidak dapat diatasi hanya oleh pekerja harian deck saja seperti : Bosun dan para kelasi, serta cadet, akan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Faktor utama mempersiapkan ruang muatan curah ini selama dalam pelayaran adalah waktu yang tersedia. Waktu pelayaran kapal membatasi waktu untuk mempersiapkan ruang muatan curah ini.
Kejadian-kejadian dibawah ini akan memperjelas dan memberikan gambaran akan permasalahan yang akan dibahas dalam analisa dan pemecahannya.

A. BILGES TIDAK DAPAT DIHISAP HABIS.

Pada saat pembersihan ruang muat dengan menggunakan air laut dan air tawar sehingga air yang terdapat dalam ruang bilges tidak habis terhisap oleh pompa bilges.

B. KURANGNYA PERSIAPKAN PALKA UNTUK MUATAN BERSIH.

Pada waktu kapal akan menerima muatan selanjutnya maka palka harus dalam keadaan bersih sebelum tiba dipelabuhan. Dimana jaraknya hanya ditempuh dalam beberapa hari sehingga waktu yang dipergunakan tidak semaksimal mungkin untuk pembersihan palka.

C. ANCAMAN KEBOCORAN DARI TUTUP PALKA.

Kebocoran terjadi diakibatkan oleh benturan-benturan pada saat buka tutup palka juga disebabkan oleh ABK karena tidak hati-hati dalam melaksanakan tugasnya masing-masing terutama dalam buka tutup palka tersebut.









BAB III
PERMASALAHAN


Berdasarkan kondisi yang diuraikan pada bagian sebelumnya, terlihat diantara ketiganya saling berkaitan, harus disadari kondisi saat itu terjadi dan menjadi masalah bagi crew dikapal. Dari uraian diatas akan diperoleh gambaran, untuk persiapan ruangan muatan curah dalam pelayaran harus dilaksanakan dengan cepat dan berhasil baik mengingat waktu pelayaran yang membatasi waktu persiapan ruang muatan curah tersebut dan pelaksanaannya sendiri tidak membuang waktu yang ada. Dengan kata lain saat menangani sisa muatan serta kotoran yang ada diruang muatan curah dan sisa air cucian yang ada di ruang pompa bilges tidak menyita waktu, sehingga pembersihan ruang muatan curah itu dapat dilaksanakan. Penanganan sisa muatan serta kotoran muatan dan sisa air yang ada didalam pompa bilges yang tidak bisa dibuang ke laut harus dilakukan dengan cepat, agar pembersihan endapan sisa muatan, kotoran serta air cucian dapat dilakukan dan selanjutnya pengeringan ruang muatan curah. Jadi didalam sub bab ini permasalahan yang akan dikemukakan adalah :

A. MASALAH PADA POMPA BILGES.

Pompa bilges tidak dapat berfungsi dengan baik Setelah memuat muatan stone (krikil) dipelabuhan Honshu (China) dan membawa muatan tersebut untuk dibongkar dipelabuhan Singapore. Pada tanggal 12 Maret 2007 MV. White Orchid di instruksikan untuk berlayar lagi (mengambil muatan) dipelabuhan Dahlian (China) untuk memuat jagung, Karena waktu tempuh pelayaran kepelabuhan muat kira-kira hampir tujuh hari, berarti persiapan ruang muatan curah diusahakan kurang dari tujuh hari, kendala utama yang dihadapi adalah sisa muatan curah tersebut dan sisa air cucian sehabis cleaning yang masih ada diruang pompa bilges yang tidak dapat terhisap habis oleh pompa, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk membersihkannya dan memindahkan muatan serta kotoran dan juga sisa air cucian dari ruangan-ruangan tersebut ke deck.
Sekalipun usaha yang dilakukan sudah maximal, yaitu :
a. Dengan memasukan sisa muatan serta kotoran dan air yang tersisa diruangan-ruangan tersebut kedalam sebuah wadah (kaleng) yang diikat dengan tali melalui sebuah takal (blok). Diangkat dari dalam ruangan-ruangan tersebut dengan cara ditarik oleh crew.
b. Dengan Bantuan Angin, dengan menggunakan mucking winch atau winch portable tenaga manusia digantikan dengan tekanan angin yang didapat dari saluran (pipa) dideck utama yang dihubungkan dengan compressor dikamar mesin.

B. SISA MUATAN YANG TIDAK HABIS DIBONGKAR.

Setelah selesai pembongkaran muatan maka kita mendapati sisa-sisa muatan yang tidak habis dibongkar maka ABK segera melakukan pembersihan ruangan muat dengan cara menyapu atau mengumpulkan sisa-sisa muatan kedalam drum atau kaleng yang telah disediakan.





C. MASALAH YANG TIMBUL DALAM MEMPERSIAPKAN PALKA.

Bila muatan telah selesai dibongkar mualim I dan perwira-perwira lainnya sudah harus memutuskan kapan palka tersebut harus dibersihkan, sisa muatan disapu, dikumpulkan. Palka harus bersih untuk persiapan muatan berikut, dikarenakan muatan berikutnya berbeda dengan muatan sebelumnya maka pembersihan ruangan palka harus benar-benar diperhatikan. Jadi sering ABK harus membersihkan palka ditempat berlabuh di pelabuhan bongkar atau muat, bila kapal disewakan dalam jangka waktu tetentu maka pihak kapal harus menanyakan kepada pencharter apakah palka tersebut harus disapu dan dicuci. Biaya mencuci / membersihkan palka menjadi beban pencharter, bila palka hanya disapu saja maka hanya dibayar sesui charter party kecuali bila palka harus dicuci maka harus ada biaya yang ditanggung penyewa dua kali lipat.
Dalam membersihkan ruang muatan/palka air laut adalah yang pertama kita gunakan dan dilanjutkan dengan air tawar. Partikel-partikel sisa muatan dan kotoran bercampur dengan air cucian itu, sehingga airnya berwarna hitam dan air tersebut lebih tepat dikatakan air limbah. Apabila kita sedang dalam pelayaran dan pada waktu itu sedang melakukan pembersihan/cleaning palka maka sisa limbah/air limbah tidak boleh dibuang ke laut karena kapal melalui perairan yang melarang untuk membuang limbah muatannya. Maka genangan air limbah didasar ruang muat itu menyebabkan :



a. Menghambat pekerjaan diruang muat
Karena endapan dari air limbah itu hanya dapat dibersihkan setelah ruang muat dikeringkan. Sewaktu air limbah dipompa endapan ini tidak dibiarkan terbawa karena dapat mengakibatkan penyumbatan pada pompa selain itu juga bentuk dasar ruang muatan yang berlekuk-lekuk menahan endapan itu.

b. Mempengaruhi stabilitas kapal
Genangan air limbah di dasar ruang muat akan mempengaruhi stabilitas kapal karena efek Free Surfacenya. Olengan kapal membuat genangan air di ruang muatan bergerak mengikuti kemiringan kapal. Dengan jumlahnya tidak sedikit dan terdapat disetiap ruang muatan, akan mengakibatkan hentakan saat kapal miring. Karena air mengalir kesisi miring dengan deras, begitu terjadi kesisi miring lainnya.

D. TIMBULNYA KEBOCORAN PADA TUTUP PALKA
ABK harus sering memeriksa tutup palka, coaming, securing, cleat, sealing devices untuk melihat dan meyakinkan bahwa pada bagian-bagian ini tidak terjadi perubahan bentuk, termakan karat, bengkok-bengkok, retak-retak, alat-alat pengunci macet, dan lain sebagainya. Pemeriksaan ini harus terus menerus dilakukan agar terhindar dari kerusakan dan kebocoran. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka kebocoran pada tutup palka akan terjadi dan akan menyebabkan kerugian pada pihak kapal

E. SARANA YANG KURANG MEMADAI.

Seringnya ABK jumpai keperluan-keperluan yang masih sangat kurang yang berhubungan langsung dalam mempersiapkan ruang muat yang bersih antara lain: pompa robot, majun, dan lain-lain.

F. KURANG BERSIHNYA RUANG MUAT.

Pada saat kapal tiba dipelabuha muat sering didapati ruang muat dalam keadaan kotor atau basah sehinggah harus dilakukan pembersihan atau pengeringan.




































PENENTUAN PRIORITAS TABEL METODE “USG”


NO Masalah Analisa Perbandingan U S G Nilai Prioritas
U S G T
A
Bilges tidak dapat dihisap habis A-B
A-C
A-D
A-E
A-F B
C
D
A
A A
A
D
A
F A
A
A
A
A



2



3



5



10

I
B Sisa muatan yang tidak habis dibongkar B-C
B-D
B-E
B-F B
B
B
F C
D
E
B B
C
B
B


3


1


3


7
IV
C
Masalah yang timbul dalam menpersiapkan palka C-D
C-E
C-F C
C
C D
E
C D
C
C

4

2

3

9
II
D Ancaman kbocoran dari tutup palka D-E
D-F E
F E
D D
D
1
4
3
8
III
E Sarana yang kurang memadai E-F F E E 1 4 1 6 V

F Kurang bersihnya
Ruang muat F - - - 3 2 0 5 VI



Keterangan:
U = Urgency : Adalah masalah yang apabila tidak diatasi akan berakibat fatal dalam jangka panjang
S = Seriousness : Adalah masalah yang apabila terlambat diatasi akan berdampak fatal terhadap kegiatan tetapi berpengaruh pada jangka pendek
G = Growth : Adalah masalah potensial untk tumbuh dan berkembangnya masalah dalam jangka panjang dan timbulnya masalah baru dalam jangka panjang.

Dari permasalahan diatas tersebut dimana masalah Urgency, Seriousness, and Growth yaitu: Bilges Tidak Dapat Dihisap Habis dan Ancaman Kebocoran Dari Tutup Palka.










BAB IV
PEMBAHASAN


A. PENYEBAB

Dalam pelayaran menuju pelabuhan muat crew kapal mempersiapkan ruang muatan. Pekerjaan ini di instruksikan pencharter, melalui perhitungan dan pengalamannya. Jerih payah crew dalam pekerjaan ini diimbangi dengan kompensasi yang sesuai. Perusahaan pelayaran mendukung instruksi pencharter setelah melihat situasi yang ada, kemampuan crew untuk melakukannya, serta waktupun memungkinkan. Dalam pelayaran perawatan kapal lainnya tetap harus dilaksanakan, terutama pada peralatan atau bagian lain dari ruang muat.

Terdapat 3 tahap dalam persiapan ruang muatan curah yaitu :
Tahap I Cleaning :
Membersihkan ruang muatan curah dari sisa muatan dan kotorannya. Dengan cara disapu (sweeping) sekop (shoveling) dan disektop (scraping) selanjutnya kumpulkan dan diangkat untuk dipindahkan ke deck utama.

Tahap II Washing
Membersihkan ruang muatan curah dengan cara disemprot memakai air laut dilanjutkan dengan menggunakan air tawar. Untuk membersihkan kotoran yang melekat dengan cara disikat sambil dibasahi dengan air cucian.

Tahap III Drying :
Mengeringkan ruang muatan dari genangan air cucian dengan menggunakan pompa, setelah pompa tidak memungkinkan lagi untuk digunakan, air cucian yang tertinggal pada bagian yang berlekuk dikeringkan dengan cara di mopping (pel) bersamaan dengan membersihkan endapan dari sisa muatan. Setelah itu tutup ruang muat (hateh cover) dan peranginan (ventilasi) dibiarkan terbuka.

Dari fakta-fakta yang dikemukakan pada bab II timbulnya permasalahan dan akan dianalisa sebagai berikut :

1. Tidak dapat terhisapnya sisa air yang berada di dalam ruang bilges

Bilges atau got harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak boleh ada sisa muatan, air atau kotoran di dalamnya, karena akan mempersulit ketika kita melakukan pembuangan terhadap sisa air yang berada di dalam palka dan ruang bilges, pipa sounding got harus juga bersih setiap saat bilges dibersihkan. Jika terjadi penumpukan air cucian palka dan sisa muatan di dalam ruang bilges, maka pompa bilges tidak dapat berfungsi dengan baik, karena sisa air cucian yang terhisap oleh pompa bilges tercampur oleh sisa muatan yang berada di ruang bilges, sehingga mempersulit cara kerja pompa bilges tersebut. Selain itu plat penutup got juga sangat mempengaruhi masuknya sisa muatan kedalam ruangan bilges. Plat penutup got ini dibuat sedemikian rupa agar pada saat ditutup, plat tersebut sama rata dengan tank top. Pada waktu membongkar dengan menggunakan buldozer plat ini sering kena dan bergeser dari tempatnya sehingga muatan masuk kedalam got/ruang bilges dan pada saat melakukan proses pembersihan baik pembersihan palka maupun pembersihan ruangan bilges menjadi terganggu dan terhambat dikarenakan tersumbatnya pompa bilges oleh sisa muatan yang masuk. Oleh karena itu ABK harus benar-benar memperhatikan pada waktu memasang tutup got yang rapi dan rata dengan tank top agar tidak bergeser waktu muatan dibongkar.

2. Ancaman kebocoran dari tutup palka

Kerusakan terhadap hatch cover, hatch coaming dan alat-alat tutup palka sering terjadi pada waktu bongkar muat. Benturan-benturan yang terjadi oleh alat bongkar yang dapat menyebabkan kerusakan pada tutup palka dan alat-alatnya. Dalam hal ini tutup palka yang digunakan adalah system folding yaitu hanya bias melipat sebanyak dua panel (ponton) yaitu dibuka kedepan atau kebelakang.
Bagian-bagian yang paling sering rusak karena compresion bar, rubber gasket. Bila mana hal ini terjadi maka perwira kapal harus segara membuat laporan tertulis dan meminta tanggung jawab dari Stevedor yang mengakibatkan kerusakan pada tutup palka.
Kemungkinan lain karena rusaknya tutup palka bisa disebabkan oleh ABK. Hal ini terjadi karena tidak hati-hati, tidak memeriksa dengan cermat apakah cleat sudah terbuka, sudah lepas, penariknya masih bagus atau rusak atau cara handling yang kasar. Kerusakan ini terjadi pada umumnya oleh karena crew yang tidak berpengalaman, kelelahan, kurang tidur, kondisi yang sakit. Pada saat-saat inilah harus ada supervisi yang baik dari pihak pimpinan kerja.
Sebab-sebab lain yang mengakibatkan kerusakan pada tutup palka adalah pada saat membuka/menutup palka pada waktu di laut/di perairan keluar masuk pelabuhan. Bilamana kapal dalam keadaan ballast dan laut tenang saat itu kita bisa membuka/menutup palka untuk perawatan hatch coaming namun demikian bisa saja terjadi karena mendadak laut bergelombang dan angin kencang sehingga tutup palka bisa rusak bilamana kita lupa menguncinya. Bilamana tutup palka itu dibuka sebagian atau seluruhnya maka tutup palka ini harus diikat atau dikunci, sedapat mungkin tutup palka harus diturunkan dari relnya. Setiap palka yang bergerak dalam pelayaran/laut dengan tutup palka yang terbuka dapat menyebabkan kerusakan pada bagian tutup palka lainnya, bilamana tutup palka tidak diikat.

B. PEMECAHAN MASALAH
Cara yang paling umum mencuci palka adalah memakai selang air laut dan mencuci semua bagian palka mulai dari bagian atas sampai ke bagian bawah, hal ini dilakukan dari dalam palka untuk ini diperlukan tekanan air yang tinggi sehingga mencapai bagian yang teratas. Cara ini memerlukan beberapa orang, 2 orang diatas deck untuk membuka/menutup dan lainnya di dalam palka tergantung jumlah selang yang dipakai, karena tekanan air yang sangat tinggi untuk memegang selang ini diperlukan 2 orang. Pada kapal-kapal kecil hal demikian tidak menjadi masalah. Mencuci dengan cara ini tidak efisien bagi kapal-kapal curah yang besar-besar karena perlu waktu, jumlah manusia yang banyak.
Apabila semua palka sudah dicuci bersih dengan air laut kemudian dibilas kembali dengan menggunakan dengan air tawar. Setelah pencucian ruang muat selesai, maka palka harus dikeringkan dengan membuang air got menggunakan pompa bilges, sehingga terjadinya masalah-masalah yang dikemukakan sebelumnya pada bab ini akan disampaikan pemecahannya yang efectif dan efisien agar dicapai suatu hasil yang memuaskan dan tidak mengganggu jalannya pengoperasian kapal

1. Menangani bilges yang tidak dapat terhisap habis

Dalam mencegah terjadinya penyumbatan pada sistem got adalah lebih baik dari pada membiarkannya. Mencegah tersumbatnya got bisa dilakukan dengan cara semua sisa muatan didalam palka dan digot, semua disapu dan diangkat keluar palka kita memasang “Billge Baskets”/jaringan got alat penyaring di mainhole got untuk menangkap/menahan sisa-sisa muatan/residu. Saringan ini bisa dibuat di atas kapal dari pelat baja dan diberikan banyak lubang untuk menyaring kotoran di palka. Setelah ini barulah kita mencuci palka. Selama mencuci, saringan ini dijaga dan bila banyak sisa muatan diangkat dan ditaruh di drum supaya aliran air lancar kedalam got. Cara ini sangat efektif untuk mencegah tersumbatnya pada sistem got. Tidak lupa Rose Box tetap dipasang pada plan pipe/pipa hisap. Para ABK harus memperhatikan agar air jaringan sampai tergenang, bila air tergenang cukup banyak kita harus berhenti dahulu dan air dibuang dahulu. Bila saluran got tersumbat dapat diusahakan dengan menyemprotkan air tekanan tinggi sambil pompa dijalankan, bilamana pompa eductor tersumbat. Cara mengatasinya dengan “Flooding Back”/disemprotkan dengan cara berlawanan bilamana air tergenang diatas tank top karena salah satu got tersumbat, kita harus memiringkan kapal ke salah satu got yang tidak tersumbat. Ukuran saluran got di kapal curah tingginya antara 1-2 meter, dan bila got tersebut tersumbat, kita bisa bayangkan jumlah air yang ditimba/dipompa keluar agar kita dapat memperbaiki di dalam got tersebut. Kadang kala kita perlu harus melepaskan sambungan pipa got untuk mengetahui bagian yang tersumbat. Alternatif lain untuk mengatasi apabila got tersumbat yaitu dengan mengunakan atau memakai pompa portable/eductor tapi akan memakan waktu yang lama karena tingginya palka maka kapasitas pompa menjadi kecil bahkan tidak bisa dipompa, maka kita menggunakan cara lain yaitu dengan mentrasfer dari bilges yang tidak bisa terhisap ke bilges yang kosong. Oleh karena itu usahakanlah dan pikirkanlah agar got itu jangan sampai tersumbat. Lebih baik kita bekerja lebih keras dan memasang alat-alat pencegahan dari pada got tersumbat. Cara terakhir untuk mengatasi tersumbatnya got tersebut ialah dengan membuka lubang ballast dibagian depan agar air dipalka masuk ke dalam tangki ballast, setelah itu kapal ditrim/ditatah sampai rata sehingga air bisa masuk ke tangki ballast. Kita harus memperhatikan agar air cucian ini tidak akan terkontaminasi di tangki ballast ataupun masuknya sisa-sisa muatan yang bisa menyumbat sistim pompa ballast.


2. Mengatasi kebocoran terhadap tutup palka

Pemeriksaan terhadap tutup palka secara rutin oleh ABK sebenarnya perlu dilakukan karena ini merupakan salah satu keharusan untuk load line convention 1996 yang menyatakan tutup palka beserta bagian-bagiannya dan bagian ambang palka harus diperiksa 1 kali setahun yang namanya annual survey. Harus kita ingat pentingnya tutup palka agar selalu dalam keadaan baik dan kedap air, karena dari sini sering terjadi kecelakaan kapal tenggelam karena masuknya air tidak dapat dicegah lagi, untuk itulah International Association of Classification Societies (I.G.A.S) memberikan pengarahan khusus untuk tutup palka yang harus dilakukan oleh ABK sebagai berikut :

1. General/umum
ABK harus sering memeriksa tutup palka, coaming, securing, cleat, sealing devices untuk melihat dan meyakinkan bahwa pada bagian-bagian ini tidak terjadi perubahan bentuk, termakan karat, bengkok-bengkok, retak-retak, alat-alat pengunci macet, dan lain sebagainya. Pemeriksaan ini terus menerus dilakukan.

2. Hatch Coversand Coaming
ABK harus memeriksa, memperbaiki menjamin agar alat tersebut dibawah ini selalu dalam keadaan/kondisinya bekerja dengan baik seperti : Hach Coaming, Hatch Cover fightherss devices of longitudinal, transverse and intermediate crosss juntions, clamping devices, tetaining Bars, cleating, chain errore pulleys, guldes, gulderails, trakck wheels, stoppers, Etc.



Hal-hal yang diperiksa sewaktu special survey terhadap tutup palka minimal.

a. Pemeriksaan secara umum terhadap bagian-bagian
tersebut diatas dan juga pemeriksaan terhadap cara kerja alat–alat tersebut/dijalankan yaitu membuka menutup palka, dan krak, melihat packing-packing karet pada waktu terbuka dan tertutup.
b. Memeriksa apakah kondisi seal secara menyeluruh dengan cara hoise tess atau cara lainnya sewaktu palka tertutup.
c. Memeriksa ketebalan plat dari coaming, dari tutup palka, dari penguat menguatnya dan dari rangka-rangka dan ini ditentukan oleh surveyor.

Sertifikat load line yang diberikan setelah pemeriksaan dikeluarkan Biro Klasifikasi dimana di dalamnya sudah tercamtum hal-hal yang telah diperiksa dan akan diperiksa sehingga pihak kapal sudah mengetahuinya mempersiapkan segala sesuatu sebelum pemeriksaan.
Dibawah ini juga akan dijelaskan beberapa type tentang tutup palka yang harus diketahui yaitu :

1. Single Pull.
Yang dinamakan jenis single pull adalah tutup palka yang terdiri dari beberapa penel atau ponton yang dihubungkan dengan rantai satu sama lainnya. Cara membuka atau menutup ialah dengan menarik panel yang paling depan atau paling belakang dan ditarik dengan memakai cargo gear atau juga membuka/menutup dengan memakai system rantai yang digerakkan oleh motor khusus pada ujung-ujung palkal sebanyak 40% dari kapal yang berlayar didunia ini mempunyai sistem tutup palka single pull.

2. Folding
Pada dasarnya system ini hanya bisa melipat sebanyak dua panel (ponton). Dibuka kedepan atau kebelakang. Design yang lebih kompleks adalah yang melipat sebanyak 3 atau 4 panel sekaligus. System ini bisa dioprasikan secara hidrolik maupun dengan memakai wire system Cleatingnya bisa secara manual atau automatic dengn memakai dongkrak.

3. Rolling
System ini memakai cara tutup palka itu ditarik kedepan atau kebelakang atau juga ditarik kekiri atau kekanan system tutup palka rolling paling benyak dipakai dikapal-kapal curah system wire yang digerakkan oleh motor listrik atau motor hydrolic.

4. Piggy Back
System ini adalah dengan menyimpan panel tutup palka satu sama lain yang cara kerjanya memakai system hydrolic dan ukuran panel palkanya cukup besar. System ini sangat jarang dipakai dikapal curah tapi banyak dipakai dikapal container.

5. Stacking
System ini hampir sama dengan piggy baik akan tetapi panel palkanya dengan ukuran lebih kecil dan banyak, cara kerjanya sama dengan memakai dongkrak hydrolic dan panel-panel mini bulker pengoperasian system ini memakan waktu, sehingga tidak cocok untuk kapal curah yang besar.
6. Lift Away
System ini sama dengan system yang memakai ponton, secara kerjanya ponton-ponton ini dangkat oleh derek kapal dan diletakkan diatas deck atau diatas ponton-ponton lainnya. Pada kapal-kapal container umumnya memakai system ponton tetapi dengan ukuran besar, ponton ini diangkat dan diturunkan oleh crane darat untuk kapal container.

7. Colling
System ini yaitu tutup palka panel-panelnya digulung kesatu sisi. System ini sangat mudah dijalankan, hanya dengan menekan satu tombol untuk membuka/menutup ataupun secara automatis. System joing hanya dipakai pada kapal-kapal ukuran 18.000 dwt dan system ini tidak memerlukan perawatan yang besar.Tutup palka dalam kondisi baik dirawat dengan baik merupakan persyaratan dari Biro Klasifikasi karena tutup palka termasuk dalam persyaratan load line. Untuk menentukan free board kapal sangat tergantung pada jenis tutup palka dan alat-alat pengikatnya/system klitnya pada kapal-kapal curah system tutup palka yang dipakai adalah dengan cara “Self Closing Hatch Covers” yang dilengkapi dengan skets dan clamping devices.
Tutup palka dibuat oleh berbagai macam pabrik berbagai design, berbagai macam bentuk, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk menutup palka dan mempunyai kedap air. Baik panel tutup palka dibuat sedemikian rupa dengan memakai rangka yang kuat dengan memakai jenis open construction artinya rangka-rangka tutup palka bisa dilihat dari bawah atau closed construction dimana tutup palka tersebut bagian bawahnya tertutup oleh plat baja juga dinamakan double skinned construction, system ini mengurangi perawatan dan sangat berguna untuk menjaga muatan karena tutup palka tersebut berfungsi sebagai isolasi dengan sendirinya tidak akan menimbulkan keringat. Systim tutup palka double skinned mempunyai kelemahan yaitu bilamana terjadi perubahan temperature udara diatas tutup palka maupun didalam palka sehingga mengakibatkan tarik menarik, plat tutup palka bagian atas dan bawah. Hal ini mempengaruhi system alat pengikat palka atau securing device.
Akibatnya palka bisa tidak kedap air, berat tiap panel tutup palka untuk kapal-kapal kecil sekitar 4-5 ton dan untuk kapal-kapal curah yang besar berat tiap panel bisa mencapai 100 tons.
Panel tutup palka bila dalam kondisi terbuka harus duduk pada tempatnya dan diikat dengan baik, hal ini untuk mencegah tutup palka tersebut jangan lepas dari tempatnya. Cross Joint antara 2 panel dibuat sedemikian rupa agar kedua panel tersebut kedap air. Tutup palka dalam kondisi tertutup harus diikat dengan klit karena alat ini juga dapat menemabah kedap air dari tutup palka. Tanggung jawab dari ABK ialah memelihara alat-alat tutup palka beserta panelnya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab-bab pendahulu, maka pada bab terakhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pompa bilges tidak berfungsi dengnan baik akibat dari penyumbatan sisa-sisa muatan.
2. Timbulnya kebocoran kepada tutup palka akibat kelalaian ABK.

B. SARAN-SARAN

1. Perlunya pembenahan pada ruang bilges.
2. Koordinasi yang baik / hubungan yang baik antara sesama crew di kapal dalam menjalankan tugas dan tangung jawab.


DAFTAR PUSTAKA


Isbester J, Capt, “Bulk Carrier Practise”, (Translate By PT. Gesuri Lloyd) England; Silverdale Press, Nautical Institute 1993.

Sutiyar Captain, Conmdr. J. La. Dage, Thamrin Rais/Mar. Ch.Eng’r, “Kamus istilah pelayaran dan perkapalan”, pustaka beta, edisi kedua, 1994.

KATA PENGANTAR


Dengan segla Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan kertas kerja ini dapat terselesaikan sekalipun dalam penyusunan kertas kerja ini sedikit mengalami hambatan dan kesulitan.

Kertas kerja ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti program pendidikan master marine Balai Pendidihan Dan Latihan Pelayaran Jakarta ANI-1 dan sebagai bahan masukan terhadap almamater agar dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi.

Untuk itu penulis membuat kertas kerja ini dengan judul:
“Upaya Peningkatan Persiapan Ruang Muatan Curah Di MV. White Orchid”
Dalam penyusunan kertas kerja ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi yang disajikan. Oleh sebab itu diharapkan sekali dari pembaca saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih melengkapi dan menyempurnakan kertas kerja ini.
Atas terwujudnya kertas kerja ini, maka ucapan terima kasih kami tujukan kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. Ridwan Setiawan, MM. Selaku Kepala BP3IP Jakarta.
2. Bapak Capt. Suwarno S.Sos, M.Pd, M.Mar. Selaku
Pembimbing Materi.
3. Bapak Darwin. Selaku Pembimbing Penulisan.
4. Bapak Dosen dan Staff Pengajar BP3IP Jakarta.
5. Pihak lain yang telah banyak membantu dalam penyusunan kertas kerja ini.

Semoga kertas kerja ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


Jakarta, November 2008



Amiruddin Topang