Tuesday, March 31, 2009

PENGARUH MANAJEMEN OPERASIONAL PT. PIONEER OFF SHORE TERHADAP KINERJA PIPE LINE KAPAL MV. PIONEER ALLIANCE DI BALIKPAPAN

MUHAMAD SIDQON
NIM : 244. 308. 012



PENGARUH MANAJEMEN OPERASIONAL
PT. PIONEER OFF SHORE
TERHADAP KINERJA PIPE LINE KAPAL MV. PIONEER ALLIANCE DI BALIKPAPAN
TAHUN. 2008


SKRIPSI


OLEH
MUHAMAD SIDQON
NIM : 244. 308. 012

DISAMPAIKAN PADA SEKOLAH TINGGI MNAJEMEN TRANSPORT TRISAKTI, PROGRAM STDUI MANAJEMEN TRANSPOR LAUT SEBAGAI BAGIAN DARI PERSYARATAN-PERSYARATAN UNTUKMEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI (S1)

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANPOR TRISAKTI
JAKARTA
2008
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi sekarang ini. perkembangan dunia perminyakan semakin bertumbuh dan berkembang seiring dengan sumber cadangan minyak dunia yang semakin menurun dan juga produksi minyak pada sumur-sumur yang ada semakin kurang produktif lagi. Untuk itu sebagian negara-negar berkembang di Asia seperti indonesia, India, Myanmar, Malaysia, Thailand, serta Vietnam sedang melakukan eksplorasi perminyakan secara besar-besaran baik di darat maupun di laut-laut lepas pantai. Eksplorasi perminyakan merupakan salah satu
industri terbaik di dunia, dimana memiliki nilai pangsa pasar yang besar serta banyak dibutuhkan di sektor industri.dan juga otomotif. Untuk ini Pioneer offshore sebagai perusahaan Offshore yang melayani pipe line terbesar di dunia untuk menemukan pemasangan pipa di bawah permukaan tanah.
Pipe Line merupakan awal untuk penyambungan pipa kandungan-kandungan minyak di bawah permukaan tanah, baik dengan survey 1D, 2D dari suatu platform di laut selanjutnya disambungkan ke darat dengan pipa dengan menggnakan transportasi membawa dari darat ke tempat penyambungan.
Untuk survey di laut lepas pantai diperlukanlah moda transportasi laut yaitu kapal laut yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yaug digunakan dalam survey tersebut. Untuk mendukung kinerja dan survey ini diperlukan Manajemen Operasional yang handal serta strategi-strategi yang jitu untuk mengatur semua operasional kapal dalam mengerjakan kontrak kerja sebagai research vessel dengan para pelanggan agar kinerja kapal survey maksimal dalam pengoperasiannya.
Beberapa masalah yang dapat timbul dalam mengoperasionalkan kapal-kapal seismic merupakan tantangan dari pada pihak Manajemen Operasional sebagai penggerak dan perencana untuk menunjang sistem pengoperasian kapal dalam kaitannya sebagai usaha untuk memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dimana Manajemen Operasional yang baik akan memberikan peran serta kepada perusahaan dalam meningkatkan kinerja kapal serta memberikan reputasi yang baik pula bagi dunia seismic researh.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tetarik untuk mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk sebuah skripsi dengan judul : PENGARUH MANAJEMEN OPERASIONAL PT. PIONEER OFFSHORE TERHADAP KINERJA PIPE LINE KAPAL MV. PIONEER ALLIANCE DI BALIKPAPAN TAHUN 2008”.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan judul di atas maka masalah-rnasalah yang mungkin tejadi dapat disusun identifikasi masalah sebagai berikut :
a. Hambatan-hambatan yang dihadapi baik faktor internal maupun eksternal
b. Pipe line kapal MV. Pioneer Alliance.
c. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang kurang maksimal dan terealisasi dalam pelaksanaan Pipe Line.
d. Jumlah dan kondisi alat-alat survey yang kurang dipelihara.
e. Menjalankan prosedur-prosedur perusahaan yang belum optimal.
f. Peranan manajemen Operasional yang belum maksimal dalam menunjang kegiatan Pipe Line.

2. Pembatasan Masalah
Untuk mencegah penelitian ini menjadi meluas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan pembahasan hanya pada pengaruh Manajemen Operasional PT. Pioneer Offshore terhadap kinerja kapal MV. Pioneer Alliance tahun 2008.
3. Pokok Masalah
a. Bagaimana pelaksanaan Manajemen Operasional PT. Pioneer Offshore tahun 2008 ?.
b. Bagaimana kinerja Pipe Line MV. Pioneer Alliance tahun 2008 ?.
c. Bagaimana pengaruh Manajemen Operasional PT. Pioneer Offshore terhadap kinerja Pipe Line MV. Pioneer Alliance tahun 2008 ?.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
b. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi guna :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan Manajemen Operasional PT. Pioneer Offsshore tahun 2008.
b. Untuk mengetahui kinerja PipeLine MV. Pioner Alliance tahun 2008.
c. Untuk mnegetahui pengaruh Manajemen Operasional PT. Pioner Offshore terhadap kinerja Pipe Line MV. PT. Pioner Alliance tahun 2008.
2. Manfaat penelitian :
a. Bagi penulis :
Untuk memperdalam da memperluas wawasan tentang konsep-konsep aplikasi pengaruh manajemen opersional perusahaan.
b. Bagi perusahaan :
Dari hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau input bagi pimpinan dan pemilik perusahaan. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana penegembangan dan perbaikan perusahaan untuk masa yang akan datang.
c. Bagi lembaga STMT Trisakti dan masyarakat :
Untuk melengakapi dan memeperkaya kepustakaan di STMT Trisakti dan sebagaio tamnbahan masukan bagi para teman-teman di STMT Trisakti.
Bagi investor dan masyarakat dalam melihat perkembangan perusahaan terutama dalam pelayanannya sebagi salah satu perusahaan Oil Fiel Service terbesar didunia serta sebagai masukan bagi para pembaca dan peneliti lainnya,
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang dibobotkan menjadi data kuantitanif yang berlandaskan pada studi literatur serta dokumen-dokumen perusahaan yang menunjang penelitian. Adapun sumber data scbagai berikut :
a. Data Primer
Untuk memperkuat analisa, penulis melakukan wawancara serta angket kepada responden dan sejumlah karyawan yang terkait dalam perusahaan di bidang operasional.
b. Data Sekunder
Diperoleh dengan melakukin penganalisaan dan mempelahari buku-buku, literature dan website yang berhubungan dengan masalah ini
2. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang diteliti. Pada skripsi ini penulis akan mengambil populasi karyawan PT. Pioner Offshore khususnya bagian operasional perusahaan dalam Manajemen Operasional pada tahun 2008
2) Sampel
Sampel adalah bagian dan populasi yang belul-hetul representative untuk diteliti sehingga kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi dengan jumlah responden kurang lebih 30 orang pada tahun 2008.
3) Metode Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data untuk menyusum skripsi ini saya sebagai penulis menggunakan metode-metode sebahgai berikut :
a. Penelitian Lapangan (Field Reseurche)
a. Observasi : Disini penulis langsung terjun kelapangan untuk melakukan pengamatan dan melihat kegiatan – kegiatan yang rutin yang dilakukan sehari - hari di PT. Pioner Offshore di bagian operasional.
b. Interview : Disini penulis melakukan wawancara dengan kepala bagian operasional dan karyawan dibagian operaional untuk memperoleh berbagai keterangan mengenai kegiatan dan pelaksanaan.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian dengan cara pengumpulan data yang mendukung untuk penelitian ini, diambil dan buku-buku referensi ilmiah atau literatur - literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
4) Teknik Analisa Data
Pengolahan data dilakukari dengan menempuh langkah.langkah sebagai berikut :
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan operasional antara variabel X (manajemen operasional) dengan variabel Y (kinerja kapal).
Rumus yang digunakan menurut Anton Dajan (1986:367) adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
Dimana:
Y = Variahel dependen, dalam hal ini adalah kinerja kapal
X = Variabel independent, dalain hal ini adalah Manajemen
Operasional
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
n = Jumlah sampel observasi.
Untuk mendapatkan nilai a dan b digunakan rumus – rumus :



b. Analisis koefisien korelasi
Koefisien korelasi merupakan alat untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variable X dan Y. Adapun nilai koefisien korelasi (r) dapat dicari dengan rumus Anto Dajan (1986 :376) sebagai herikut:


Dimana
n = Jumlah sampel
X = Variabel dependen (manajemen operasional)
Y = Variabel independen (Kinerja kapal)
Dari hasil perhitungan koefisien korelasi yang dimaksud maka :
1) Jika r= 0 atau mendekati 0 berarti hubungan antara variable X dan Y sangat lemah atau tidak ada hubungan sama sekali.
2) Jika r = + 1 atau mendekati +1 berarti hubungan antara variable X dan Y sangat kuat dan positif.
3) Jika r =-1 atau mendekati -1 berarti hubungan antara variable X dan Y sangat kuat namun negatif

Tabel 1
Pedoman untuk memberikan interpretasi
Koefisien korelasi
Interval koefisien` Tingkat hubungan
0.00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiono (2003:214)

c. Analisis Koefisien Penentu (Kp)
Analisis ini digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variable X terhadap naik turunnya variable Y dalam persen (%) dengan rumus (J. Supranto 1988:250) adalah sebagai berikut :
Kp=r2 x l00%.
d. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel, melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1) Hipotesis awal
a. Ho : ρ = 0 berarti pengaruh variabel X terhadap variabel Y sangat lemah atau tidak ada pengaruh sama sekali.
b. Ha- ρ > 0 berarti pengaruh variabel X terhadap variabel Y sangat kuat dan positif
2) Untuk menghitung nilai t-hitung menurut Anton Dajan (1986:376) digunakan rumus sebagai berikut :


Dimana :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah sample
3) Untuk mendapatkan nilai t-tabel digunakan tabel distribusi t pada ( = 0,050; df= n- 2).
4) Membandingkan nilai t-tabel dengan t-hitung
(a) Jika t-hitung < t-abel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya hipotesis atau dugaan sementara tidak terbukti
(b) Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya hipotesis atau dugaan sementara terbukti benar.
E. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan hipotesis diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Manajemen Operasional PT. Lioneer Offshore terhadap kinerja Pipe Line kapal MV. Pioneer Alliance 2008.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca memahami isi skripsi ini maka sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab masing-masing sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memberikan penjelasan tentang latar belakang menggapa penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, dalam bab ini juga diuraikan mengenai metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi
BAB II. LANDASAN TOEORI
Bab ini memuat pengertian tentang teori yang berkaitan dengan judul secara deduktif dari teori yang berlingkup luas hingga ke teori yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan. Judul skripsi ini menggambarkan variabel penelitian yang memiliki teori, sehingga memudahkan untuk menganalisis. Setiap bentuk rujukan, terutama kutipan- kutipan akan disebutkan sumbernya.
BAB. III OBJEK PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum objek penelitian, menguraikan tentang sejarah berdirinya PT. Pioneer Offshore serta perkembangannya sampai saat ini sebagai suatu perusahaan yang melayani Oil Field Service, berikut juga diuraikan mengenai struktur organisasi dan maanjemen serta kegiatan dan perkembangan objek penelitian.
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini memuat hasil analisis pelaksanaan manajemen operasional PT. Pioneer Offshore, Analisis kinerja Pipe Line Kapal MV. Pioneer Alliance dan analisis pengaruh Manajemen operasional PT. Pioneer Offshore terhadap kinerja Pipe Line kapal MV. Pioneer Alliance dengan menggunakan rumus-rumus statistik pada Bab I.
BAB. V PENUTUP
Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran penulis untuk masukan PT. Pioneer Offshore dan penelitian lebih lanjut oleh para pakar.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian manejemen dan manejemen operasional

Pengertian manejemen menurut Husaini Usman (2006:214)adalah:

”Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan – tindakan perencaan ,pengorganisasian ,menggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber – sumber lainya”.

Pengertian manejemen menurut manulang (1996:14) adalah:

“Manajemen adalah kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya mamanage atau mengelola sumber daya manusia untuk mencapai tajuan yang sudah ditetapkan”.

Sedangkan pengertian manajemen operasional menurut Kichart L.Draft (2006:216) adalah :

“Manajemen operasional adalah bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang dan jasa.serta menggunakan alat-alat dan tekhnik-tehknik khusus untuk memecahkan masalah-masalah produksi”

Dari definisi di atas terlihat bahwa syoner telah menggunakan kata “proses”, bukan “seni”. Mengartikan manajemen sebagai “seni” mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau keterampilan pribidai.sedangkan suatu “proses” adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan.manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer tanpa harus memperhatikan kecakapan atau keterampilan khusus,harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen merupakan kerjasama dengan orang-orang untuk menetukan .menginterpasikan dan mencapai tujuan–tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning) pengorganisasian (organizing) pengarahan (actuating), dan pengawasan (controling)

Manajemen operasional merupakan kegiatan operasional PT.Schlumberger terhadap kinerja seismic survey kapal MV.Geco Emerald ,dimana dalam hal ini kesiapan serta penunjang sarana dan prasarana dari perusahaan diharapkan dapan meningkatkan kinerja seismic suvey.

Sampai sekarang belum ada suatu teori manajemen dapar ditetapkan pada semua situasi.seorang manajer akan menjumpai banyak pandangan tentang manajemen .setiap pandangan mungkin berguna untuk berbagai masalah yang berbeda-beda ada tiga aliran pemikirian manajemen yaitu:
a. a.aliran klasik
b. b.aliran hubungan manusiawi
c. c.aliran manajemen modern

1. Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi manajer menjadi tiga golongan yaitu berbeda:
1) Manajer lini pertama
Tingkat paling rendah dalam suatu organisai yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional disebut manajemen lini (garis) pertama
2) Manajer menengah
Manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi.para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan – kegiatan para manjer lainnya dan kadang – kadang juga karyawan operasional.
3) Manajer puncak
Klasifikasi manajer tertinggi pada suatu organisasi manajemen puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi
2. Fungsi-fungsi manajemen
Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh fungsi-fungsi manajemen yang antara lain menurut Geiorge.R.Terry yang terdiri dari:

a. Planning (perncanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Actuating (penggerakan)
d. Conrolling (pengawasan)

Fungsi manajemen menurut Henry Fayol, yaitu :

a. Planning (perncanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Coordinating (pengkoordinasian)
d. Commanding (perintah)
e. Controlling (pengawasaan)

Fungsi manajemen merurut L.M Gullick,yaitu :
a. Planning
b. Organizing
c. Staffing
d. Directing
e. Coordinating
f. Reporting
g. Budgetting

Fungsi manajemen menurut A.F.Stoner yaitu:
a. Planning
b. Organizing
c. Leading
d. Controlling

Dalam pembahasaan berikut ini kami akan menjelaskan secara garis besar sebagian dari fungsi-fungsi tersebut yaitu: planning, organizing, actuating dan controlling.

a. Fungsi perencanaan (Planning)
Sebelum seorang manajer dapat mengorganisasi, mengarahkan dan mengawasi, mereka haruslah membuat rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi ,perencanaan adalah pemilihan dan penetapan kegiatan ,selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan bagaimana dan oleh siapa perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan ,rencana haruslah diimplementasikan .setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan rencana-rencana mungkin memerlukan perbaikan agar tetap berguna ,perencanaan kadang-kadang dapat menjadi faktor kunci agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin salah satu aspek yang juga penting dalam perencanaan adalah pembuatan keputusan (making decision).proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Ada empat tahapan dalam perencanaan, yaitu:
1) Menetapkan tujuan atau serangkain tujuan
2) Merumuskan keadaan saat ini
3) Mengidentifikasikan segala peluang dan hambatan
4) Mengembangkan rencana atau serangakain kegiatan dalam percapaian tujuan
Ada dua alasan mengapa perencanaan diperlukan yaitu untuk mencapai:
1) ”Protective benefits” merupakan hasil dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan
2) ”Positive benefits” peningkatan pencapaian tujuan organisasi
Ada beberapa manfaat perencanaan antara lain:
1) Membantu manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan .
2) Perencanaan terkadang cenderung menunda kegiatan
3) Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi .kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan oleh penyelesaian situasi individu dan penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi

b. Fungsi pengorganisasian (Oranizing)
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai tujuan organisasi sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya dua aspek utama proses susunan struktur organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja .departementalisasi adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar kegiatan-kegiatan sejenis saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercemin pada struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh bagian suatu organisasi. pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada organisasi bertanggung jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan .kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
Ada beberapa pengertian organisasi antara lain yaitu:
1) Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya yang ada
2) Bagaimana organisasi mengelompokan kegiatan-kegiatanya dan pada tiap kelompok diikuti dengan penugasan seorang manajer yang di beri wewenang utnuk mengawasi anggota –anggota kelompok
3) Hubungan –hubungan antara fungsi-fungsi jabatan-jabatan tugas-tugas dan para karyawan
4) Cara para manajer membagi tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut.

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugasatau pekerjaan diantara para anggota organisasi dapat dicapai dengan efisien ada beberapa aspek penting dalam proses pengorganisasian , yaitu:
1) Bagan organisasi formal
2) Pembagian kerja
3) Departemntalisasi
4) Rantai perintah atau kesatuan perintah
5) Tingkat-tingkat hirarki manajemen
6) Saluran komunikasi
7) Rentang manajemen dan kelompok informal yang dapat dihindarkan .
Bentuk struktur organisasi bermacam-macam, tetapi pada pokoknya ada empat yaitu organisasi line (line organization), organisasi garis dan staff (line and staff organization),organisasi fungsional (functional organization),dan organisasi Matriks (matrix organization)
c. Fungsi pengarahan (Actuating)

Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. ada beberapa prinsip yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan dalam melakukan pengarahan yaitu :

1) Pinsip mengarah kepada tujuan.
2) perinsip keharmonisai denang tujuan.
3) perinsip kesatuan komando.

Pada umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin dan diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip di atas.
Cara-cara pengarahan yang dilakukan dapat berupa:
1) Orientasi
Merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik
2) Perintah
Merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada di bawahnya untuk melakukan atau mengulangi suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu
3) Delegasi wewenang
Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melipahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahannya

d. Fungsi pengawasan (controlling)
Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan manajemen adalah usaha sisitematik untuk menetapkan setandar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, membandingkan kegiatan nyata dengan tujuan-I perencanaan, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang di tetapkan sebelumnya menentukan dan mengukur penyimpangan –penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisiensi dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan .ada tiga–tipe pengawasan yaitu:
1) Pengawasan pendahuluan
Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan
2) Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan
Merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus di setujui dulu atau syarat terntenu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bias dilanjutkan untuk menjadi semcam peralatan “double check” yang telah menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan
3) Pengawasan umpan balik
Permasalahan yang di hadapi oleh eksekutif dalam pengawasan karena harus melakukan koordinasi terhadap tiga komunikasi, koordinasi, dan kerja sama sangatlah vital, sehingga di perlukan sekali perhaian terhadap masalah dan cara pengawasan terhadapnya (cara kerja dan sikapnya)
B. Pengertian Seismic Survey
Pengertian survey menurut Moh. Nasir, Ph. D. (1999:65) adalah:

“Survey adalah suatu penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu”.

Pengertian seismic menurut Hidayat Ardiansyah (1998:99) adalah:

“Bentuk gelombang elastis yang menjalan dalam medium bumi, beberapa medium yang dapat menjalarkan gelombang mempunyai komponen impedans, seismic (atau akustik)

Dari definisi di atas pada umumnya survey bertujuan untuk membuat penilain terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya di gunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Jadi survey bukan semata-mata dilaksanakan untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan melainkan juga untuk menjelaskan tentang hubungan antara berbagai variable yang di teliti, dari obyek yang mempunyai yunit atau individu yang cukup banyak. Oleh sebab itu di dalam melaksanakan survey biasanya hasilnya dibuat suatu analisis secara kuntitatif terhadap data yang telah di kumpulkan.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa seismic survey adalah salah satu tahapan kegiatan eksplorasi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran / informasi bawah permukaan (subsurface image) dengan menggunakan prinsip penjalaran gelombang seismic / gelombang getar.

Prinsip dasarnya adalah :

1) menggunakan prinsip penjalaran gelombang pantul / gelombang getar.
2) Sumber energi dari dynamite, vibroseif, minisosie, airgun, dan lain-lain.
• Dynamite di tanam di kedalaman 20-30 M di bawah lapisan lapuk
3) alat penerima (receivers)
• Geophone, hydrophone atau ditancap di atas permukaan tanah.
Dengan kata lain seismic survey dilakukan khususnya untuk mengetahui struktur bawah berdasakan perbedaan impedansi akustik (acoustic impedance = velocity dencity). Seismic termasuk dalam geofisika eksplorasi (kadang-kadang di pakai juga untuk engineering) yang bertujuan untuk memperoleh sifat-sifat fisika bumi dengan memanfaatka medan gelombang. Data yang di peroleh (penampang seismic dan atribut-atributnya) dipakai untuk mendukung data lainnya (data geologi dan logging) dalam menentukan prospek tidaknya suatu daerah eksplorasi.
1. Jenis-jenis seismic survey
a. seismic refraksi
b. seismic 2D
c. seismic 3D
d. VSP (vertical seismic profiling)
e. Borehole seismic (SWD)
2. Keuntunggan seismic survey
a. Keuntungan teknis
• Dapat memberikan gambaran bawah permukaan (imaging subsurface) lebih detil dan akurat,sehingga pola sebaran jebakan/reservoir yang diperkirakan mengandung minyak dan gas dapat diidentifikasi dengan jelas.
• Mampu menghasilkan model simulasi, karakter dan penyebaran reservoir yang lebih realistis (khusus seismic 3D).
• Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam melakukan penggambaran dan pemodelan bawah permukaan (khusus seismic 3D) karena data 3Dlebih lengkapdan akurat.

b. Keuntungan perekonomian

• Perhitungan cadangan menjadi lebih pasti.
• Dapat mengurangi/memperkecil resiko kegagalan pembora, aik sumur eksplorasi maupun pengembangan.
• Memperpanjang masa produksi/lifetime lapangan/field minyak yang ada.
• Perencanaan operasional program pemboran akan efektif dan terarah.
• Pemberdayaan SDM di sekitar areal survey.

C. Pengertian kapal

Pengertian kapal berdasarkan UU No. 21 tahun 1992 tentang pelayaran adalah :

“Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakan dengan tenaga teknis, tenaga angin, atau ditunda termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak bepindah-pindah”.
Pengertian kapal menurut direktorat jendral perhubungan laut mengatakan :

“Kapal adalah kendaraan air termasuk kapal keruk atau alat apung lain. Demikian yang menggunakan alat-alat penggerak sendiri atau tunda, kecuali pesawat terbang air, rakit dan kendaraan air yang digerakan dengan dayung-dayung atau galah-galah dorong”.

Pengertian kapal menurut Suyono (2005:115) adalah :

“Kapal adalah pengangkut penumpang dan barang dilaut, sungai dan sebagainya”.

Pengertian kapal seismic menurut PT. schlumberger adalah :

“Kapal Seismic adalah kapal pencarian (research) yang dibangun/dirancang untuk membawa instrument- instrument seismic survey”.

Berdasarkan pengertian dia atsa dapat di tarik kesimpulan bahwa kapal seismic merupakan sarana transportasi di air yang dirancang khusus untuk membawa instrument- instrument seismic survey dan dapat dioprasikan sedemikian rupa untuk melaksanakan kegiatan research.

D. Analsis Hubungan

Menurut sugiono (2004:11) menjelaskan bahwa analisis hubungan/penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variable/lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat di bangun suatu teori yang dapat befungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala pada penelitian ini terdapat dua variable yang dihubungkan.
Sugiono (2004:29-31) menjelaskan bahwa terdapat tiga bentuk hubungan yaitu :

1) Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variable/lebih yang kebetulan munculnya bersama
2) Hubungan kausal/sebab akibat
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat jadi disini variable independent (variable yang mempengaruhi) dan variable devenden (variable yang dipengaruhi). hubungan sebab akibat bilamana x memepengaruhi y.
Sebagai contoh yakni bila harga bahan bakar minyak naik maka harga bahan makanan pokok akan naik sehingga yang menyebabkan bahan makanan pokok naik adalah adanya kenaikan bahan bakar minyak




Di dalam hubungan kausal/sebab akibat ini, untuk menganalisis manajemen operasional PT. Schulumberger terhadap kinerja seismic survey MV. Geco Emerald tahun 2008 penulis menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :

a. Analisis Koefisien Korelasi (r)

b. Analisis Koefisien Penentu (kp)
KP = r2 x 100 %

3) Hubungan interaktif timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara satu sama lain.

E. Hubungan antara Pengaruh Manajement Operasional PT. Pioneer Offshore Terhadap Kinerja Pipe Line MV. PIONEER ALIANCE Tahun 2008.

Dari berbagai teori di atas pengertian dari pengaruh manajemen Operasional PT. pioneer offshore terhadap kinerja pipe line MV. PIONEER ALLIANCE tahun 2008 dapat diartikan suatu system manajemen operasional perusahaan berperan penting dalam menunjang kegiatan research vessel yang dilakukan untuk mendapatkan data pipe line di bawah permukaan tanah yang mana pada akhirnya akan dapat menghasilkan alur minyak bumi melalui beragai macam proses and tahapan-tahapan tertentu. Dalam hal ini kegiatannya akan didukung oleh surveyor- surveyor yang berlatar belakang geodesic dan keterampilan individual yang baik.
Untuk data manajemen Operasional PT. PIONEER ALLIANCE (variable X) dan kenerja pipe tine MV. PIONEER ALLIANCE (variable Y) diambil data cross section berupa kuesioner dari bagian manajemen Operasional PT. PIONEER OFFSHORE tahun 2008.





Readmore »»

Monday, March 30, 2009

TUGAS KOREKSI

RENLI FERDIAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
PT. Pupuk Sriwidjaja yang berdiri pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang merupakan pelopor produsen pupuk di Indonesia dengan kegiatan usaha memproduksi pupuk urea. Hingga pada penghujung usianya yang ke-49 ini kapasitas terpasang pruduksi pupuk urea PT. Pupuk Sriwidjaja adalah sebesar 2.262.000 ton pertahun dan amoniak 1.449.000 pertahun. Hasil produksi yang besar ini dipasarkan dan didistribusikan baik untuk keperluan dalam negeri maupun untuk keperluan ekspor.
Guna memperlancar kegiatan pemasaran dan distribusinya sampai ke daerah, PT. Pupuk Sriwidjaja memiliki sarana dan prasarana mandiri yang diantaranya :
1. Unit Pengantongan Pupuk (UPP)
UPP Cilacap, UPP Surabaya, UPP Meneng, UPP Belawan dan Perwakilan Semarang.
2. Perwakilan Pusri Daerah (PPD)/Pwk)
PPD Sumut, PPD Sumbar, PPD Sumsel, PPD Lampung, PPD Jabar, PPD Jateng, PPD D.I. Yogyakarta, PPD Jatim, Pwk. NTB, Pwk. Sulsel ,PPD Jambi, PPD Bengkulu, PPD Kalsel/teng, PPD Kalbar.
3. Gudang Penyimpanan Pupuk (GPP)
Tersebar di Kota, Kabupaten dan Kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.

4. Perbengkelan
Untuk keperluan peralatan pabrik PT. Pusri memiliki sarana perbengkalan sebagai berikut :
a. Bengkel Mesin
b. Bengkel Pipa dan Las
c. Bengkel Listrik dan Instrumen
d. Bengkel Alat-alat bantuan atau Alat Berat
e. Bengkel Kayu
5. Laboratorium
Unit ini bertugas melakukan analisis kimia, laboratorium tersebut terdiri dari :
a. 1 unit laboratorium utama
b. 4 unit laboratorium kontrol yang terdapat di masing-masing pabrik.
6. Dermaga Khusus (Dersus)
a. Dermaga Pusri I, untuk melayani pengankutan amoniak (NH3) cair, urea in bag dan barang-barang lainnya (general cargo).
b. Dermaga Pusri II dan V untuk melayani pemuatan urea curah.
c. Dermaga Pusri III dan Pusri IV untuk pemuatan urea in bag.
7. 7 Unit Kapal Pengangkut Urea Curah, yaitu :
a. KM. Otong Kosasih
b. KM. Julianto Moeldihardjo
c. KM. Mochtar Prabu Mangkunegara
d. KM. Pusri Indonesia
e. KM. Abusamah
f. KM. Ibhrahim Zahier
g. KM. Soemantri Brodjonegoro
8. 1 Unit Kapal Pengangkut Amoniak (NH3) yaitu KT. Sultan Mahmud Badaruddin II.
9. 595 Unit Gerbong Kereta Api.
Dari fasilitas yang memadai sebagaimana disebutkan diatas telah mendorong kami dalam rangka melaksanakan Praktek Darat (Prada) di PT. Pupuk Sriwidjaja khususnya pada Departemen Perkapalan dan Pengantongan bersama Staff Angkutan Laut.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka kami mencoba untuk mengangkat suatu permasalahan yaitu :
“Apakah Peran Departemen Perkapalan dan Pengantongan serta Staff Angkutan Laut dalam Mendukung Kelancaran Pengadaan Pupuk ke Tingkat Daerah di Indonesia”

C. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini kami melaksanakan penelitian di Departemen Perkapalan dan Pengantongan (Departemen Paltong) bersama Staff Angkutan Laut.




D. TUJUAN DAN MANFAAT
Adapun tujuan penulis dalam melaksanakan di PT. Pupuk Sriwidjaja Pusat Palembang ini adalah :
1. Demi menyelesaikan tugas makalah atau matakuliah seminar
2. Untuk mempelajari struktur dan manajemen di Departemen Pengapalan dan Pengantongan (Paltong) khususnya pada Dinas Operasi Kapal bersama Staff Angkutan Laut di PT. Pupuk Sriwidjaja.
3. Memahami lebih jauh dalam penyelesaian masalah-masalah administrasi perkapalan, crewing, klaim dan charter sesuai dengan bidang Ketatalaksanaan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan.
4. Sebagai pengalaman kerja yang berharga di salah satu perusahaan besar manufaktur di Indonesia yang memiliki armada laut berikut manajemen yang mandiri dan berpotensi sebagai pendukung kelancaran pemasaran dan distribusi yang efisien.

BAB II
MATERI LAPORAN

A. PEMBAHASAN
Telah kita ketahui bersama bahwa negara Indonesia merupakan Archipelago atau suatu negara kepulauan, sehingga diperlukan suatu armada laut yang handal demi mendukung prinsip 6 tepat dalam strategi pemasaran dan pendistribusian PT. Pupuk Sriwidjaja yaitu : Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Tempat, Tepat Jenis, Tepat Kualitas dan Tepat Harga.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas PT. Pupuk Sriwidjaja memiliki 7 Unit Kapal Pengangkut Urea Curah dan 1 Unit Kapal Pengangkut Amoniak (NH3) cair yang mana berada dibawah Departemen Pengapalan dan Pengantongan (Paltong).
PT. Pusri sebagai Badan Usaha Milik Negara yang menaungi badan usaha produsen pupuk di seluruh Indonesia merupakan produsen terbesar bagi konsumennya terutama petani dalam menghasilkan tanaman pangan maupun non pangan yang berkualitas. Sebagai produsen terbesar PT. Pusri harus senantiasa menjaga ketersediaan pupuk bagi konsumennya dengan menggunakan saluran distribusi yang tepat, sehingga pupuk bisa sampai ke konsumen tanpa mengalami keterlambatan dan sesuai sasaran atau kebutuhan.
Untuk mendukung kelancaran distribusi pupuk ke daerah maka PT. Pusri membentuk suatu unit kerja setingkat departemen yang khusus menangani masalah distribusi pupuk ini. Pendistribusian pupuk ke seluruh wilayah Indonesia menggunakan kapal curah milik PT. Pusri. Namun mengingat jumlah kapal milik PT. Pusri yang berjumlah 7 kapal curah dan 1 kapal tanker amoniak tidak seimbang dengan permintaan yang terus menerus meningkat. Untuk itu demi kelancaran distribusi pupuk ini maka PT. Pusri mengupayakan usaha charter (sewa) kapal dengan Perusahaan/Agen Pelayaran.
Suatu unit kerja yang memegang peran penting dalam menjaga ketersediaan pupuk di dalam negeri adalah Staff Angkutan Laut yang berada dibawah naungan Departemen Perkapalan dan Pengantongan. Tugas utama Staff Angkutan Laut yaitu merencanakan dan menyediakan kapal sewa charter dalam menunjang kelancaran distribusi pupuk curah maupun in bag sesuai dengan permintaan di PPD/Perwakilan.

B. STRUKTUR ORGANISASI PT. PUPUK SRIWIDJAJA
Sistem organisasi PT. Pusri menganut system organisasi garis dan staf (line and staf organization). Dalam susunan dewan direksi terdapat Direktur Utama, Direktur Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Teknik dan Pengembangan, Direktur Pemasaran dan Direktur SDM dan Umum.
1. Direktur Utama
Membawahi Sekretaris Perusahaan, Satuan Pengawas Intern (SPI), Direktur Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Teknik dan Pengembangan, Direktur Pemasaran, Direktur SDM dan Umum. SPI membawahi Departemen Humas dan Hukum, Kelompok Corporate Lawyer, Departemen Informasi Bisnis. Direktur Produksi membawahi Kompartmen Produksi, Departemen Pemeriksaan, Keselamatan dan Lingkungan. Kompartmen Produksi mambawahi Departemen Operasi I dan II, Departemen Pemeliharaan dan Departemen Produksi.
2. Direktur Pemasaran
Membawahi Kompartmen Niaga, Departemen Pengadaan dan Ekspor dan Departemen Perkapalan dan Pengantongan. Kompartmen Niaga membawahi Departemen Pemasaran Wilayah I, dan II. Departemen Pengadaan dan Ekspor membawahi Dinas Pengadaan Dalam Negeri, Dinas Ekspor dan Impor.
3. Direktur Teknik dan Pengembangan
Direktur Teknik dan Pengembangan membawahi Kompartmen Teknik dan Jasa, Kompartmen Perencanaan dan Pengembangan dan Departemen Logistik. Kompartmen Teknik dan Jasa membawahi Deprtemen RBP dan Departemen jasa-jasa Teknik yang bertugas meningkatkan efisiefnsi, optimalisasi pabrik dan modifiksi peralatan sistem pabrik. Kompartemen Perencanaan dan Pengembangan mambawahi Departemen Penelitian dan Pengembangan, Departemen Perencanaan Sistem Manajemen dan Departemen Teknologi Sistem Informasi bertanggan jawab ats pengolahan data dan sistem informasi.
4. Direktur Keuangan
Direktur Keuangan membawahi Kompartmen keuangan, Departemen Administrasi dan Analisis Keuangan Korporasi, Departmen Operasional dan PengembanganKorporasi. Kompartmen Keuangan membawahi Departemen Keuangan dan Departemen Akuntansi.
5. Direktur SDM dan Umum
Direktur SDM dan Umum membawahi Kompartmen Umum dan Hub. Industrial, Kantor Jakarta, Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pendidikan dan PElatihan Sumber Daya Manusia. Kompartemen Umum dan Hub. Industrial membawahi Departemen umum, Departemen Sekuriti dan Departemen Kemitraan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan.
Adapun sifat manajemen yang diterapkan adalah manajemen partisipatif, yaitu karyawan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan ataupun kebijakan di PT. Pusri. Selain itu system pendelegasian wewenangnya memegang peran penting dalam kelancaran proyek dan operasional. Perusahaan mempunyai pandangan dan sikap yang menjadi landasan bagi setiap karyawan dalam melaksanakan tugas guna pengembangan mutu dan produktivitas kerja. Pandangan dan sikap tersebut berupa pengabdian, disiplin, profesionalisme, kerja terpadu, kepedulian lingkungan, pelayanan yang baik dan prestasi yang berkualitas.

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT PEMASARAN DENGAN MANAJEMEN PEMASARAN
PT PUPUK SRIWIDJAJA
(Per 28 Januari 2009)












Keterangan :
Garis komando/wewenang (top down) dan aliran informasi/pertanggungjawaban (bottom up)
Garis koordinasi dan aliran informasi








BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT PEMASARAN DENGAN MANAJEMEN PALTONG
SERTA STAFF MANAJER BIDANG ANGKUTAN LAUT
PT PUPUK SRIWIDJAJA
(Per 28 Januari 2009)














Keterangan :
Garis komando/wewenang (top down) dan aliran informasi/pertanggungjawaban (bottom up)
Garis koordinasi dan aliran informasi





C. URAIAN KHUSUS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT PEMASARAN
Kegiatan utama dalam susunan Direktorat Pemasaran PT. Pupuk Sriwidjaja ini adalah untuk mencapai laba maksimal yang didalamnya telah terjadi kerja sama yang saling terkait satu sama lain dalam usaha pemasaran, pengadaan, distribusi, pemasaran dan penjualan, ekspor dan impor serta perkapalan dan pengantongan.
Direktorat Pemasaran bertanggung jawab atas pengelolaan pemasaran pupuk serta komoditi bisnis lainnya secara efektif dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selain itu bertanggung jawab atas pelaksanaan dari perencanaan dan pengelolaan pengadaan dan pendistribusian pupuk agar penyalurannya dapat terlaksana sesuai dengan rencana.
Tugas dan tanggung jawab dalam lingkungan Direktorat Pemasaran di serahkan kepada General Manajer Pemasaran sebagai koordinator dan perencana strategi pemasaran. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah :
1. Mengkooridinasikan dan bertanggungjawab atas perencanaan dan pengelolaan pemasaran pupuk serta komoditi bisnis lainnya secara efektif.
2. Mengkoordinasikan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan perencanaan dan mengelola pengadaan dan pendistribusian pupuk agar penyaluran pupuk dapat terlaksana sesuai rencana.
3. Merumuskan strategi dan mengkoordinasikan pelaksanaan program pemasaran pupuk serta komoditi lainnya guna mencapai kueuntungan penjualan yang optimal.
4. Mengkoordinsikan dan bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan atas sistem dan prosedur serta penggunaan sistem dan teknologi informasi dalam mendukung kelancaran kegiatan pemasarna pupuk dan komoditi lainnya.
5. Mengkoordinasikan dan bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan aktivitas analisis (analisa kegiatan dan biaya), riset, kajian, intelijensi pasar, penyuluhan, promosi serta optimasi asset yang berkaitan dengan pemasaran dalam rangka tercapainya program pamasaran.
Dalam upaya mengkoordinasikan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan perencanaan dan mengelola pengadaan dan pendistribusian pupuk khususnya melalui Angkutan Laut, maka Direktorat Pemasaran dibantu oleh unit kerja yaitu Departemen Perkapalan dan Pengantongan.

1. Departemen Perkapalan dan Pengantongan (Paltong)
Direktur Pemasaran dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dibantu oleh Manajer Perkapalan dan Pengantongan (Paltong) dalam mendistribusikan pupuk dan komoditi lainnya ke unit pemasaran di daerah. Adapun tugas dari Manajer Paltong, antara lain :
a. Mengelola dan mengkoordinasikan kesiapan kapal (sea worthiness) secara fisik dan kesiapan kru kapal sesuai dengan ISM (International Safety Management) Code, ISPS (International Ship and Port (Facilities) Security) Code, IMO (International Marine Organization) Regulation dan STCW (Safety Training Certificate of Wacthkeeping) berserta logistic kapal untuk keamanan pelayaran.
b. Mengelola dan mengkoordinasikan rencana pemeliharaan kapal rutin, termasuk pembuatan repair list beserta akuntabilitasnya di dalam pelaksanaan docking kapal agar kapal dapat beroperasi dengan baik.
c. Mengelola dan mengkoordinasikan pengoperasian kapal untuk angkutan pupuk, amoniak dan atau komoditi lain baik curah maupun in bag dengan kapal milik dan atau kapal sewa dalam rangka realisasi program penjualan PT. Pupuk Sriwidjaja pada skala unit kerja.
d. Melakukan Kerjasama Operasi (KSO) bisnis jasa angkutan kapal ke pasar luar negeri (ekspor) yang terencana dan terkoordinir denga tetap memberikan prioritas utama pada kebutuhan jasa angkutan internal PT. Pupuk Sriwidjaja di skala unit usaha.
e. Melakukan analisis pengembangan armada kapal milik dan system angkutan lainnya termasuk penyewaan kapal/tongkang dan kajian perencanaan pembelian kapal baru untuk meningkatkan efisiensi sarana distribusi kapal.
f. Merencanakan dan mengendalikan operasional UPP/Perwakilan (termasuk operassional MBS (Mobile Bagging System)) untuk memenuhi kebutuhan pengadaan dalam negeri baik dari PT. Pupuk Sriwidjaja maupun dari produsen pupuk lainnya.
g. Mengkoordinasikan pengantongan pupuk ex kapal curah atau pengantongan komoditi lainnya untuk memenuhi kebutuhan pengadaan pupuk.
Manajer Paltong dalam melaksanakan tugas dan bertanggung jawabnya mengatur perencanaan dan koordinasi seluruh aktivitas operasi kapal, pemeliharaan kapal, operasi pengantongan, sertifikasi kapal milik, crewing dan perlengkapan kapal, kontrak kerjasama baik perkapalan maupun pengantongan, serta pembuatan laporan bulanan dan tahunan sehingga selalu dapat terpantau pencapaian sasaran operasional dengan jumlah pengeluaran yang efisien.
Untuk itu Manajer Paltong dibantu oleh para staf manajernya yang saling berkoodinasi baik secara intern maupun dengan pihak lain, diantaranya adalah :
a. Asisten Manajer Operasi Kapal
Untuk menjamin kesiapan perencanaan jadwal pelayaran kapal-kapalnya, maka Manajer Paltong juga membawahi Asisten Manajer Operasi Kapal. Selain itu Ass. Man. Operasi Kapal juga wajib melaksanakan evaluasi jadwal pelayaran operasional kapal yang dalam hal ini adalah kapal-kapal milik maupun kapal sewa demi kelancaran kegiatan pendistribusian pupuk secara efektif dan efeisien sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan kondisi stock pupuk baik di tingkat produsen maupun UPP/Perwakilan.
Kemudian agar terjaminnya komunikasi yang efisien dalam kegiatan operasionalnya, Ass. Man. Operasi Kapal melakukan koordinasi secara terus-menerus dengan unit-unit terkait yang antara lain unit Produksi, Pemasaran/Pengadaan Dalam Negeri dan UPP/Perwakilan.
Diperlukan pula koordinasi antara Ass. Man. Operasi Kapal dengan Ketua DPA (Designated Person Ashore) sesuai dengan ISM Code dan CSO (Company Security Officer) berdasarkan ISPS Code dalam menjamin terlaksananya ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan kapal dan pelayarannya.
Sehubungan dengan penanganan KT. Sultan Mahmud Badaruddin II, pihak Ass. Man. Operasi Kapal juga mengatur penjualan ruang muat baik untuk pasar domestic maupun pasar ekspor dengan bekerjasama dengan unit kerja terkait maupun kepada para buyer, trade, dan broker dalam maupun luar negeri untuk penambahan pemasukan perusahaan.
Terdapat beberapa Supervisor yang membantu tugas teknis dan non-teknis untuk membantu dan mengupayakan kelancaran kapal milik maupun kapal sewa di PT. Pusri, diantaranya adalah :
1) Supervisor Operasi Kapal
Supervisor Operasi Kapal bertugas merealisasikan sasaran angkutan dalam periode tiap bulan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Kemudian menyusun jadwal pelayaran kapal milik termasuk mengoptimalkan KT. Sultan Mahmud Badaruddin II dan kapal sewa khusus curah sehingga tersedianya ruang muat kapal untuk produsen dan terpenuhinya permintaan pupuk di daerah. Melakukan analisis cost and benefit, biaya operasional kapal dan melakukan evaluasi performance mingguan, bulanan serta melaksanakan monitoring dan koordinasi internal/ekstrenal sedini mungkin demi mendapatkan informasi kondisi persediaan di tingkat produsen, di UPP dan PPD/Perwakilan.
Supervisor Operasi Kapal juga harus memiliki pemahaman yang baik terhadap ketentuan kru diatas kapal berkaitan dengan peraturan pelayaran baik yang bersifat regional nasional dan internasional yang berlaku, termasuk kode-kode persyaratan di lingkungan kapal.
2) Supervisor Usaha dan Agen
Supervisor Usaha dan Agen sebagai koordinator dan berkewajiban untuk memonitor jadwal kedatangan kapal dalam usaha pemenuhana target pemenerimaan pupuk urea curah sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah direncanakan.
Mengkoordinasikan pelaksanaan pembongkaran pupuk urea curah, penyandaran dan pemberangkatan kapal milik untuk menekan discharge time, working time, delay time dan bersama unit kerja terkait beranggung jawab dalam meminimalis susut pupuk (natural loss), trmasuk memberi umpan balik kepada unit kerja terkait dalam rangka optimalisasi formula perhitungan susut pupuk.
Supervisor Usaha dan Agen juga sebagai pelaksana, pengatur dan pengawas dalam hal pengurusan dokumen-dokumen kapal milik dan keperluan-keperluan apal lainnya demi kelancaran operasional dan berusaha menghindari kemungkinan pengenaan sanksi dari instasi terkait. Adapun tugas tambahan lain yang dibebankan kepada Supervisor Usaha dan Agen adalah mencari peluang untuk mengembangkan usaha di bidang keagenan untuk memperluas uasaha unit kerja.
3) Supervisor Crewing, Administrasi dan Perlengkapan Kapal
Selanjutnya adalah Supervisor Crewing, Administrasi dan Perlengkapan Kapal yang bekerjasama dengan unit kerja terkait bertugas melaksanakan tertib administrasi umum ketenagakerjaan, kebutuhan dan mutasi para Nahkoda dan Awak Kapal secara cepat dan efisien dalam menunjang program kerja di Departemen Paltong.
Selain itu Supervisor Crewing, Administrasi dan Perlengkapan Kapal juga bertugas menyediakan kebutuhan sarana dan perlengkapan kapal sesuai rekomendasi unit kerja yang berwenang.
b. Asisten Manajer Pemeliharaan Kapal
Departemen Paltong dibantu pula oleh Ass. Man. Pemeliharaan Kapal yang bertugas merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi pemeliharaan kapal agar kapal tetap siap pakai untuk kepentingan operasional. Termasuk menjamin pengawasan biaya maintenance/docking sehingga tidak melampaui batas budget yang telah ditentukan. Berkoordinasi dengan Ketua DPA dan Ketua CSO dalam menjamin tidak adanya rekomendasi pihak eksternal yang bersifat mayor yang mengakibatkan kapal tidak laik laut.
Tugas Ass. Man. Pemeliharaan Kapal yang lain adalah mengevaluasi rencana kerja dan anggaran untuk pemeliharaan kapal-kapal milik agar dapat meminimalisir pemborosan anggaran.
Demikian besar tugas dan tanggung jawab Ass. Man. Pemeliharaan Kapal karena berhubungan dengan masalah teknis dan koordinasi, untuk itu Ass. Man. Pemeliharaan Kapal dibantu oleh 2 Supervisor Pemeliharaan Kapal. Adalah Supervisor Pemeliharaan Kapal I dan II yang bertugas melakukan survey kondisi untuk kemudian membuat daftar item-item yang perlu diperbaiki baik itu secara rutin maupun docking. Tugas yang lain yaitu membuat rencana kerja/jadwal pemeliharaan dan anggaran untuk pemeliharaan kapal-kapal milik.
Ass. Man. Pemeliharaan Kapal juga dibantu oleh Superitenden Operasi dan Pemeliharaan yang bertugas merencanakan pengantongan dan pengeluaran sesuai dengan jadwal kedatangan kapal. Hal ini diperlukan agar dapat mempersiapkan penyandaran dan pembongkaran dengan tepat sehingga kapal tidak terhambat delay.
Untuk mendukung kelancaran distribusi pupuk ke daerah maka PT. Pusri membentuk suatu unit kerja setingkat departemen yang khusus menangani masalah distribusi pupuk ini. Pendistribusian pupuk ke seluruh wilayah Indonesia menggunakan kapal curah milik PT. Pusri. Namun mengingat jumlah kapal milik PT. Pusri yang berjumlah 7 kapal curah dan 1 kapal tanker amoniak tidak seimbang dengan permintaan yang terus menerus meningkat. Untuk itu demi kelancaran distribusi pupuk ini maka PT. Pusri mengupayakan usaha charter (sewa) kapal dengan Perusahaan/Agen Pelayaran.

2. Staff Angkutan Laut
Staff Angkutan Laut merupakan satu rangkaian kerja dengan Departemen Perkapalan dan Pengantongan. Adapun fungsi dan tugas pokok nya adalah sebagai berikut :
a. Tercapainya pengapalan pupuk ke tujuan sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dalam Rakor (Rapat Koordinasi) yang diadakan tiap bulannya.
b. Mencari, memeriksa dan mengawasi serta memonitor kegiatan kapal yang disewa.
c. Pengapalan dilaksanakan dengan freight (uang tambang) yang berlaku di PT. Pusri.
d. Mengatur dan mengkoordinasikan dengan unit terkait kegiatan pengapalan dan pendistribusian pupuk ke daerah tujuan.
e. Memaksimalkan muatan ruang kapal.
f. Pengapalan secara optimal, dengan cara menyeleksi kapal yang akan disewa.
Dalam aktifitasnya Staff Angkutan Laut menerima rencana alokasi kebutuhan pupuk curah maupun in bag sesuai dengan Rakor (Rapat Koordinasi) antara Manajemen Pengadaan Dalam Negeri, Staff Angkutan Laut serta Manajemen Pemasaran Wilayah I dan II serta pihak-pihak terkait yang mana dilaksanakan tiap bulannya. Dalam rapat tersebut dibahas tentang evaluasi kegiatan pendistribusian bulan lalu serta perencanaannya untuk satu bulan kedepan.
Adapun permintaan pupuk yang ditujukan kepada Staff Angkutan Laut adalah berdasarkan kondisi persediaan di daerah yang mana dilaksanakan suatu koordinasi yang terus menerus dengan UPP/Perwakilan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi suatu kelangkaan pupuk di daerah dan juga menghindari terjadinya over stock di gudang daerah sehingga pengeluaran terhadap freight, biaya stevedoring, dan pergudangan dapat ditekan secara efisien.
Kemudian dalam pelaksanaanya saling berkoordinasi dengan Dinas Pengadaan Dalam Negeri, PPD/Perwakilan untuk mendistribusikan pupuk ke daerah-daerah yang dituju. Untuk merelisasikan rencana alokasi yang telah ditetapkan dalam Rakor tersebut Staff Angkutan Laut menindak lanjutinya dengan melakukan penawaran muatan bekerjasama dengan Perusahaan/Agen Pelayaran.
Dari jenis penawaran tersebut dapat dibedakan menjadi pupuk subsidi dan non-subsidi. Untuk usaha pertanian rakyat yang di dalam pendistribusiannya melalui distributor atau agen-agen PT. Pupuk Sriwidjaja maka ditetapkan harga pupuk subsidi, hal ini dilakukan untuk meringankan beban para petani didaerah agar mereka dapat membeli pupuk dengan harga yang terjangkau.
Namun bagi sektor industri perkebunan ditetapkan dengan harga non-subsidi, hal ini dilakukan karena sektor industri khususnya perkebunan dinilai masih cukup memiliki penghasilan feed back yang memadai untuk melaksanakan anggaran rutinnya terhadap kebutuhan pupuk.
Dalam melakukan perjanjian dan Perusahaan/Agen Pelayaran, PT. Pusri mempunyai kriteria khusus dalam menentukan tarif, yaitu :
a. Jarak yang ditempuh antara pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar.
b. Sarana dan prasarana yang dimiliki pelabuhan tujuan.
c. Kesulitan alur pelayaran menuju pelabuhan tujuan.
Kemudian PT.Pusri meminta Perusahaan/Agen Pelayaran untuk mengapalkan pupuk berdasarkan :
a. Tonase
Adalah jumlah pupuk yang diminta oleh Perusahaan/Agen Pelayaran untuk dimuat
b. Tarif
Yaitu berdasarkan tarif yang berlaku di PT. Pusri
c. Kondisi dan tanggal pemuatan
Yaitu waktu kedatangan (ETA) dan kesiapan kapal di dermaga PT. Pusri untuk melaksanakan pemuatan
d. Penagihan uang tambang / freight
Setelah pemuatan dan pengapalan pupuk, maka Perusahaan/Agen Pelayaran menagih uang tambang / freight sebesar 70 % dari jumlah muatan berdasarkan BAR (Berita Acara Rampung) Muat dan setelah pupuk sampai di daerah tujuan sesuai dengan BAR (Berita Acara Rampung) Bongkar maka perusahaan berhak atas 30 % uang sisa tagihan tersebut dan tentunya dengan memperhitungkan besarnya klaim jika ternyata ada keterlambatan ataupun pupuk yang rusak.
Bagi kapal yang telah ditunjuk harus tiba berdasarkan lay can / lay days yang ditetapkan dan dalam keadaan siap untuk melakukan kegiatan pemuatan.
Manajer Pueks sebagai PFSO (Port Facility Security Officer) yang diatur dalam ISPS Code (International Ship and Port Facility Security) Code yaitu bertanggung jawab untuk mengetahui kapal-kapal yang akan melaksanakan kegiatan dilingkungannya. Maka dari itu pihak kapal dalam hal ini SSO (Ship Security Officer) harus berkoordinasi dengan staff Pueks untuk memastikan bahwa kapalnya mendapatkan ijin untuk sandar di dermaga yang telah ditunjuk berdasarkan standar keamanan dan keselamatan yang telah ditetapkan.
Untuk melaksanakan pemuatan, maka pihak kapal menghubungi Superintenden Ekspedisi dan Dermaga Khusus sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pemuatan agar mendapatkan ijin untuk melakukan kegiatan pemuatan pupuk baik itu curah maupun in bag.
Diperlukan pelaksanaan tally pada saat kegiatan pemuatan pupuk ke kapal. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya short landed yang akan merugikan semua pihak, sehingga ketika terjadi permasalahan maka hasil tally / tally sheet dapat digunakan sebagai acuan pertanggung jawaban.
Setelah sampai di daerah tujuan, pupuk dibongkar di pelabuhan yang diawasi oleh PPD/Perwakilan setempat. Adapun dalam penbongkaran ini terdapat 4 (empat) sistem yang digunakan berdasarkan dengan perjanjian antara kedua belah pihak, yaitu :
a. FIOST (Free In Out Stowed and Trimmed)
Pemilik kapal dibebaskan dari biaya yang timbul dari pekerjaan pengaturan muat dan bongkar. Ketentuan ini disebut juga dengan Port To Port artinya biaya yang ditimbulkan hanyalah freight dari pelabuhan muat ke pelabuhan tujuan saja.
b. PTDS (Port To Door Service)
Pemilik kapal atau operator kapal melaksanakan pengapalan yang menjadi tanggung jawabnya mulai dari pebuhan pemuatan hingga tersusun rapi ke gudang tujuan, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak.
c. DTDS (Door To Door Service)
Pemilik atau operator kapal melaksankan pemuatan dan pengapalan yang menjadi tanggung jawabnya mulai dari gudang pemuatan hingga tersusun rapi ke gudang tujuan, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak.
d. DTPS (Door To Port Service)
Pemilik kapal atau operator kapal melaksanakan pemuatan dan pengapalan yang menjadi tanggung jawabnya mulai dari gudang pemuatan hingga pelabuhan tujuan, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak.
Berikut adalah tata urutan dalam rangka pendistribusian pupuk di oleh Staff Angkutan Laut.
a. Perencanaan
1) Rapat koordinasi dengan unit terkait membuat rencana alokasi pengadaan pupuk curah dan in bag dari masing-masing PPD/Perwakilan.
2) Melaksanakan penawaran ruang kapal kepada Perusahaan/Agen Pelayaran, dengan persayaratan sebagai berikut :
a) Perusahaan pelayaran harus terdaftar sebagai anggota INSA (Indonesia National Shipping Association).
b) Kapal / Tongkang dan Tug Boat harus terdaftar pada BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) dan sertifikat yang masih berlaku.
c) Perusahaan pelayaran asing harus dilengkapi dengan ijin operasi dari Administrator Pelabuhan serta instansi yang berwenang.
d) Kapal harus memiliki single decker.
e) Kapal harus menyediakan dunnage (alas untuk pemadatan dalam pemuatan di dalam palka)
f) Kapal / Tongkang yang digunakan harus dilengkapi derek (crane) dengan SWL (Service Weight Limited) minimal 2 ton.
g) Melaporkan Ship Particulars dan Certificate Docking Kapal.
h) Batas umur maksimal untuk kapal berkonstruksi besi/baja adalah 40 tahun sedangkan untuk kapal berkonstruksi kayu maksimal 25 tahun.
b. Koordinasi dan pelakanaan
1) Melaksanakan pengapalan dengan sistem FIOST (Port To Port) yaitu pupuk dari dermaga PT. Pusri ke dermaga tujuan dengan prosedur sebagai berikut :
a) Mengajukan surat penawaran ruang kapal / permohonan muatan dari perusahaan pelayaran berikut data-data kapal yang ditujukan ke PT. Pusri Cq. Ass. Man. Angkutan Laut.
b) Memberikan persetujuan terhadap pengajuan penawaran ruang kapal dari perusahaan pelayaran jika alokasi tersedia.
c) Melaksanakan penerbitan Surat Perjanjian Angkutan Laut (SPAL).
2) Melaksanakan pengapalan dengan sistem PTDS (Port To Door Service) yaitu pengiriman pupuk dari dermaga PT. Pusri sampai tersusun rapi ke gudang tujuan.
3) Melaksanakan pengapalan dengan sistem DTDS (Door To Door Service) yaitu pengiriman pupuk dari gudang PT. Pusri sampai tersusun rapi ke gudang tujuan.
4) Melaksanakan pengapalan dengan sistem charter, dengan ketentuan :
a) Perusahaan pelayaran dan PT. Pusri selaku pemilik barang terikat kontrak pengapalan jangka panjang / pendek antara ain mengatur :
i. Perusahaan pelayaran menerima pembayaran uang sewa perhari yang besarnya sudah ditentukan di dalam kontrak.
ii. Biaya atas pelaksanaan pemuatan dan pembongkaran menjadi tanggung jawab pemilik barang (Cargo Owner).
iii. Perusahaan pelayaran bertanggung jawab atas muatan terhadap BAR Ex. Palka dari B/L pada saat penyerahan.
b) Pemilik kapal harus menyiapkan kapalnya laik laut.
c) Pemilik muatan atau pencaharter membuat jadual kapal berdasarkan hasil rakor bulanan/kebutuhan setiap bulannya.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari penulisan makalah ini kami berkesimpulan bahwa :
1. PT. Pupuk Sriwidjaja sebagai pelopor produsen pupuk di Indonesia dan memiliki peran yang sangat besar dalam melaksanakan pengadaan pupuk di dalam negeri bahkan luar negeri dalam bentuk pupuk urea maupun Amoniak (NH3).
2. Indonesia merupakan Negara kepulauan sehingga dalam menangani pengadaan pupuk di daerah dan ekspor diperlukan adanya peran Departemen Perkapalan dan Pengantongan serta Staff Angkutan Laut dalam mempersiapkan rencana, pelaksanaan dan pengawasan.
3. Peran dan tugas Departemen Perkapalan dan Pengantongan secara khusus dan mandiri menyelenggarakan pemeliharaan kapal-kapal milik dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar dapat beroperasi dalam rangka pendistribusian pupuk ke daerah.
4. Peran serta tugas Staff Angkutan Laut adalah menyelenggarakan pengadaan dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk merencanakan dan melaksanakan pengadaan pupuk di daerah serta berkerjasama dengan Perusahaan/Agen Pelayaran.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
1. Adanya peningkatan mutu dan hasil produksi demi mendukung ketahanan produksi pangan dan non-pangan yang lebih baik.
2. Diperlukan pengadaan sarana pengangkut yang lebih baik, khususnya bagi kapal-kapal pengankut pupuk urea curah agar pendistribusian pupuk dapat berjalan efektif dan efisien.
3. Staff Angkutan Laut melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan secara intensif terhadap kapal-kapal yang disewa baik kondisi fisik maupun pada saat bongkar dan muat untuk menghindari kerugian pada semua pihak.
4. Staff Angkutan Laut harus lebih selektif dalam menjalin kerjasama dengan pihak Perusahaan/Agen Pelayaran

Readmore »»

TUGAS KOREKSI

SUWANDI

BAB I
PENDAHULUAN




A. LATAR BELAKANG
Kapal laut merupakan salah satu sarana transportasi yang sangat penting dan bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi ke taraf yang lebih baik bagi suatu negara melalui samudera yang terbentang di seluruh dunia. Dalam dunia maritim kita mengenal berbagai macam kapal yang berfungsi sebagai sarana transportasi dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain. Muatan yang di bawa kapal tersebut berbagai macam pula jenisnya. Baik muatan dalam bentuk peti kemas, berbagai macam muatan/barang, muatan curah, muatan kendaraan atau muatan cair serta berbagai macam muatan lainnya yang menggunakan sarana transportasi laut yang di perlukan untuk kehidupan dan perekonomian suatu bangsa.
Dalam makalah ini di bahas tentang pemuatan jenis muatan cairan, dalam hal ini adalah Liquefied Natural Gas (LNG) atau Gas alam yang dicairkan, dimana Indonesia sebagai salah satu dan pengekspor LNG terbesar. Negara-negara lain penghasil LNG diantaranya adalah Brunei, Malaysia, Australia, negara-negara di Timur Tengah, serta Trinidad & Tobago.
Adapun negara-negara pengimpor atau konsumen utama dari LNG ini adalah Jepang, Korea, China, dan Taiwan serta negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Seperti kita ketahui bersama bahwa perindustrian di negara-negara tersebut sudah
sangat maju sekali dan sangat memerlukan bahan bakar yang tidak sedikit untuk industri-industrinya. Alternatif pemilihan LNG sebagai bahan bakar perindustrian di negara tersebut karena hasil pembakarannya tidak menyebabkan polusi atau yang lebih dikenal dengan bahan bakar yang bersahabat dengan lingkungan.
Indonesia menguasai pasar ekspor LNG dengan tujuan Jepang & Taiwan, yang diambil dari ladang LNG di Bontang, Arun dan pada tahun ini mulai beroperasinya ladang gas alam cair dari Tangguh di Papua serta baru ditemukannya ladang gas baru di Donggi, Sulawesi Tengah. Sebagai pengekspor LNG terbesar dari sektor Migas sangatlah berperan penting sebagai penghasil devisa negara terbesar pula pada saat ini.
Dengan turut berperannya Indonesia dalam kegiatan ekspor LNG ke negara-negara pengimpor tersebut, maka transportasi laut merupakan sarana angkutan yang paling tepat karena dapat memuat dalam jumlah besar dan dengan penanganan yang relatif cepat, aman, dan efisien. Sarana transportasi laut yang memenuhi kriteria untuk hal ini adalah tipe kapal tanker LNG yang sangat efektif dan efisien untuk mengangkut muatan LNG ini.
Dikarenakan gas alam yang dicairkan tersebut mempunyai sifat-sifat khusus dan berbahaya maka dalam proses pengangkutannya diperlukan penanganan-penanganan yang khusus pula, mulai dari sebelum muat, ketika muatan ada di kapal, muatan di bongkar di pelabuhan tujuan hingga setelah muat. Dengan demikian awak kapal yang bekerja di tas kapal LNG diharuskan dan dituntut untuk mengetahui karateristik LNG tersebut serta juga penanganan yang aman, efektif dan efisien.
Salah satu kapal tanker LNG tersebut adalah “SS. ENERGY PROGRESS” tempat penulis bekerja sebagai Mualim dua (2nd officer) dimana kapal tersebut dirancang dan dibangun sesuai peraturan-peraturan internasional sehingga kapal ini layak untuk mengangkut muatan LNG yang berbahaya. Untuk itu di dalam pengoperasian kapal tanker yang mengangkut muatan berbahaya ini diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai semua peralatan yang ada sehingga dapat menunjang semua kegiatan baik proses pelaksanaan pemuatan maupun keselamatan dari awak kapal secara keseluruhan.
Dalam pengoperasian kapal tanker LNG, keprofesionalan dan loyalitas awak kapal, koordinasi dan komunikasi yang baik dengan pihak terminal sangatlah berpengaruh terutama dalam masalah pelaksanaan pemuatan LNG ke atas kapal, sebab pemuatan LNG sangat memerlukan penanganan yang khusus dan efektif karena adanya kendala-kendala yang bisa saja terjadi pada saat muat atau bongkar seperti: keterlambatan kapal berangkat ke pelabuhan tujuan, mengalami asphyxia yaitu kondisi seseorang yang kekurangan oksigen atau kehabisan oksigen karena bernafas terlalu lama dibawah kondisi uap air dingin (Cold Vapour), dll. Adapun kendala tersebut dapat ditimbulkan oleh pihak kapal dalam hal ini orang yang terlibat langsung dengan alat atau sarana yang ada hubungannya dengan pelaksanaan pemuatan maupun oleh pihak terminal.
Sehubungan dengan adanya masalah-masalah yang pernah terjadi dalam pelaksanaan pemuatan LNG ke atas kapal maka penulis yang pernah bekerja di atas kapal tanker LNG dalam penulisan kertas kerja ini mengambil judul:
“PENINGKATAN KESELAMATAN DALAM BONGKAR MUAT LNG DI KAPAL SS.ENERGY PROGRESS”.
Adapun maksud dan tujuannya agar supaya pelaksanaan pemuatan LNG di kapal tanker LNG dapat berjalan lancar dan efektif yang didukung dengan kemampuan dari pihak kapal serta koordinasi, komunikasi dan kerja sama yang baik dengan pihak terminal. Disamping itu juga bermanfaat bagi perusahaan pelayaran karena pengoperasian kapal berjalan dengan lancar.




B. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini di buat adalah:
a. Untuk mengidentifikasi permasalahan pada saat proses
penanganan bongkar muat LNG dan menentukan permasalahan utama.
b. Untuk mengetahui dan menganalisa disiplin ABK pada
saat proses penanganan bongkar muat LNG.
c. Untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan
dan mengatasi penyebab dari permasalahan pada saat proses penanganan bongkar muat LNG.

2. Manfaat
a. Manfaat bagi Dunia Akademik
Hasil analisa akan menambah pengetahuan bagi penulis dan dapat menuangkan pemikiran tersebut ke dalam bentuk makalah. Bagi lembaga pendidikan ilmu pelayaran Jakarta sebagai bahan pedoman makalah untuk kelengkapan perpustakaan sehingga berguna untuk rekan-rekan mahasiswa.

b. Manfaat bagi Dunia Praktis
Di harapkan dapat memberikan sumbang saran kepada Perusahaan terkait maupun Perusahaan Pelayaran sejenis lainnya dalam meningkatkan keselamatan dalam penanganan bongkar muat LNG.

C. RUANG LINGKUP
Pembahasan makalah ini hanya di fokuskan pada upaya peningkatan keselamatan dalam bongkar muat LNG di kapal SS.ENERGY PROGRESS dan permasalahan yang tumbuh akan di bahas secara rinci.

D. METODE PENELITIAN
Untuk penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode-metode berdasarkan atas:

1. Studi Lapangan
Adapun pengamatan yang dilakukan antara lain:
a. Selama penulis berada di kapal SS.ENERGY PROGRESS
b. Diskusi dengan Chief Officer maupun ABK di kapal SS.ENERGY PROGRESS.
c. Pengamatan berdasarkan buku manual penanganan bongkar muat LNG kapal SS.ENERGY PROGRESS.

2. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber-sumber bacaan yang erat kaitannya dengan penulisan makalah ini.

BAB II
KONDISI SAAT INI




A. OBYEK PENELITIAN
Kapal SS.ENERGY PROGRESS yang sedang dilakukan penelitian ini adalah Kapal tanker yang di buat pada bulan November 2006 di Sakaide Shipyard, Jepang. Kapal ini mempunyai 4 (empat) tangki jenis Moss Rosenberg yaitu tangki yang di desain dalam bentuk Spherical yang terdiri dari unstiffened spherical shell yang di support di Equator dengan vertikal/horizontal stiffened skirt dimana dibuat desain seperti ini untuk mengadopsi sistim kontainmen muatan LNG dengan konsep “Leak before failure” yang telah dikenal cukup luas dan telah terbukti sudah lebih 20 tahun pengoperasian kapal LNG dengan sistim ini tidak pernah ada laporan kebocoran atau kerusakan.
Dan di rancang untuk mengangkut muatan LNG berkapasitas 145000 m3 dan saat ini sesuai dengan rute penjadwalan untuk pelabuhan bongkar muat yang telah di buat setahun penuh oleh
perusahaan MO LNG Co,Ltd selaku operator yang telah melakukan koordinasi dengan TOKYO GAS sebagai pemilik dan pencharter kapal SS.ENERGY PROGRESS dan PETRONAS, Malaysia dan Darwin LNG, Australia sebagai pemilik muatan dimana pada awal tahun ini telah menentukan pelabuhan-pelabuhan bongkar dan muat yang akan di singgahi, pelabuhan muat yaitu pelabuhan Bintulu, Malaysia dan pelabuhan Darwin, Australia. Dan pelabuhan-pelabuhan bongkar yang akan di singgahi seluruhnya ada di pelabuhan Jepang yaitu: Sodegaura, Negishi dan Chita. Kapal SS.ENERGY PROGRESS diawaki 31 orang awak kapal dan perincian berikut adalah awak kapal yang berkaitan langsung dengan proses bongkar muat:

1. Nakhoda : 1 (satu) orang
Yang bertugas menghadiri pre-loading/discharging meeting bersama Chief Engineer, Chief Officer dan pihak Terminal untuk meyepakati prosedur penangan bongkar muat LNG di Terminal serta menanda tangani dokumen-dokumen muatan penting seperti: Notice of Readiness, Custody Transfer Measurement Certificate, dll.
2. Chief Officer : 1 (satu) orang
Yang bertugas mengepalai proses penanganan bongkar muat LNG, menghadiri pre-loading/discharging meeting bersama Chief Engineer, Nakhoda dan pihak Terminal untuk meyepakati prosedur penangan bongkar muat LNG di Terminal dan menanda tangani dokumen-dokumen muatan penting seperti: Custody Transfer Measurement Certificate, Ship-shore safety check list, SLIP condition, dll. Serta Pengaturan jaga bagi perwira-perwira Dek, pembagian muatan dan Ballast selama di pelabuhan juga mengeluarkan perintah-perintah khusus selama di pelabuhan jika diperlukan seperti: Chief Officer standing order dan Weather restriction, Dll.
3. 1st Officer : 1 (satu) orang
Bertugas sebagai assistant Chief Officer pada saat pengaturan muatan sedang berlangsung seperti line up muatan, pengoperasian pompa-pompa muatan, ESD test, pengaturan Ballast beserta pengoperasian pompa, topping off, dll dan juga sebagai perwira jaga selama di pelabuhan.
4. 2nd Officer : 1 (satu) orang
Bertugas sebagai perwira jaga selama di pelabuhan dan selama kapal belum keadaan Full rate 2nd Officer di tempatkan di Manifold untuk memonitor tekanan , posisi katup-katup muatan dan kebocoran pipa-pipa hydraulic, kebocoran pipa-pipa Liquid dan vapour line serta hal-hal yang berkaitan dengan muatan yang dinilai dalam keadaan tidak normal seperti: posisi kapal terhadap loading/discharging arm dermaga, tekanan hydraulic arm darat dan kapal, vibrasi di Manifold, dll. 2nd Officer juga bertugas mengatur penempatan jaga para ABK Dek di bawah pengawasan Chief Officer.
5. 3rd Officer : 1 (satu) orang
Bertugas sebagai perwira jaga selama di pelabuhan dan selama kapal belum keadaan Full rate 3rd Officer di tempatkan di Dome untuk memonitor pompa-pompa muatan, posisi katup-katup di liquid line serta memonitor keadaan serta hal-hal yang berkaitan dengan muatan yang dinilai dalam keadaan tidak normal seperti: vibrasi, kebocoran pipa-pipa hydraulic, kebocoran pipa-pipa liquid dan vapour, dll.
6. 4th Officer : 1 (satu) orang
Tugasnya di atur oleh Chief Officer sesuai dengan keadaan selama di pelabuhan.
7. Gas Engineer : 1 (satu) orang
Bertugas sebagai assistant Chief Officer dalam mengatur tekanan di dalam tangki dimana pengoperasiannya di perlukan koordinasi dengan 1st engineer dalam pengoperasian katup-katup dan cargo machinery.
8. Bosun : 1 (satu) orang
Bertugas sebagai assistant 2nd Officer di pelabuhan.
9. Deck Gasman : 1 (satu) orang
Bertugas sebagai assistant Chief Officer dalam memonitor katup-katup di Dome selama Arm cooling down berlangsung. Kondisi Frosting pada pipa-pipa liquid serta kondisi katup-katup di laporkan kepada Chief Officer untuk double check bahwa Arm cooling down berjalan dengan semestinya.
10. Carpenter : 1 (satu) orang
Bertugas sebagai assistant Chief Officer untuk mengatur kondisi ballast dengan sedemikian rupa sehingga posisi kapal dalam keadaan upright position pada saat di lakukan Custody Transfer Measurement.
11. Storekeeper : 1 (satu) orang
Assistant perwira di Dek dimana penempatannya di Manifold atau di Dome sesuai dengan jadwal kerja yang telah dibuat 2nd Officer.
12. Ordinary Seaman : 2 (dua) orang
Bertugas sebagai assistant Bosun dimana penempatan tugas jaganya di atur 2nd Officer dengan persetujuan Chief officer.

Seluruh ABK di atas kapal LNG mempunyai pengalaman bervariasi. Untuk Petty Officer seperti Bosun dan No.1 Oiler di atas kapal LNG mempunyai pengalaman LNG di atas 10 tahun dan untuk perwira-perwira senior diatas 5 tahun dan perwira-perwira junior seperti 2nd Officer, 3rd Officer, 2nd Engineer dan 3rd Engineer mempunyai pengalaman diatas 1 tahun.
Bagi ABK yang baru pertama kali di kapal LNG sebelum menjalani
pekerjaan yang sebenarnya di wajibkan mengikuti training berupa
teori dan praktik di institusi MOL-STIP dimana buku dan praktik
standard perusahaan sesuai dengan pangkat di atas kapal. Setelah
selesai mengikuti kursus tersebut pihak perusahaan akan
mengeluarkan sertifikat LNG Familiarization Course dimana di
sertifikat tersebut dinyatakan bahwa ABK telah mengikuti kursus
LNG Familiarization sesuai dengan periode yang diikutinya.
Kemudian setelah kursus LNG Familiarization selesai di lanjutkan
Dengan training on board dimana lamanya training sesuai dengan
Pangkat di atas kapal. Untuk Rating yang belum pernah punya
pengalaman lamanya training on board adalah kurang lebih 3 bulan
dan untuk ABK yang berpengalaman lamanya training kurang lebih
1 bulan.Kemudian untuk perwira yang berpengalaman atau tidak
berpengalaman lamanya training on board disamakan sesuai
standard perusahaan yaitu selama 6 bulan. Tapi prosedur untuk
perwira tidak selalu sama dengan prosedur yang ditetapkan
perusahaan disebabkan oleh berbagai hal seperti kekurangan
perwira diatas kapal, pengunduran diri perwira atau sakitnya
perwira selama diatas kapal.
Bila di tinjau dari segi training teori dan praktik untuk perwira dan
ABK di atas kapal yang telah penulis jabarkan diatas seharusnya
kesalahan penanganan bongkar muat LNG selama di pelabuhan
bisa diminimalisirkan di karenakan cukupnya informasi akan teori
dan praktik yang disediakan oleh perusahaan sebelum ABK bekerja
diatas kapal. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para perwira dan ABK selama
di pelabuhan yang bisa mengakibatkan keterlambatan bagi
kapal selama berada di pelabuhan dimana hal ini dapat merugikan
pihak penyewa kapal. Dan masalah-masalah saat penanganan
bongkar muat LNG akan di jelaskan secara terperinci pada BAB
berikut yaitu di BAB III PERMASALAHAN.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penulis melakukan penelitian di salah satu kapal ENERGY SERIES yang terdiri dari ENERGY FRONTIER, ENERGY ADVANCE, ENERGY PROGRESS dan ENERGY NAVIGATOR dimana Manning Crew dari ENERGY SERIES yaitu PT.HUMPUSS INTERMODA TRANSPORTASI, Tbk dan sebagai Perusahaan operatornya adalah MO LNG Co.,Ltd dan sebagai pemilik kapal adalah sharing percentage antara MO LNG Co.,ltd dengan TOKYO GAS.
1. Waktu Penelitian
Guna penulisan Makalah penulis meneliti hanya di kapal SS.ENERGY PROGRESS tempat penulis bekerja di kapal tersebut saat periode Maret 2008 sampai julli 2008 dimana penelitian dilakukan selama 5 bulan dengan rute pelayaran Bintulu-Jepang dan Australia-Jepang.

2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kapal SS.ENERGY PROGRESS selama kapal tersebut singgah di pelabuhan bongkar dan muat seperti Pelabuhan muat Bintulu Malaysia dan Darwin,Australia sedangkan pelabuhan bongkar Sodegaura, Negishi dan Chita dimana semua pelabuhan bongkar tersebut terletak di Negara Jepang.



Readmore »»

TUGAS KOREKSI

LAURENT

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai syarat untuk mendapatkan pengukuhan predikat kepelautan. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis mengambil judul :
“Meningkatkan Pengetahuan Anak Buah Kapal Dalam Melakukan Tank Cleaning Dengan Benar, Pada Kapal MT.Sinar Emas. “
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini,baik ditinjau dari cara penyajian penulisan, materi dan tehnik penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan karya ilmiah ini agar berguna bagi pembaca maupun penulis sendiri.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Para Dosen pengajar di STMT TRISAKTI Jakarta
2. Rekan-rekan pasis ANT-II periode III Tahun 2008
3. Istri yang tercinta yang telah memberikan semangat dan motivasi
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini
Akhir kata penulis berharap, semoga karya ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak .

Jakarta , Maret 2009

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
GLOSARIA .............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Pokok Permasalahan ............................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................................... 2
D. Lingkup Bahasan ..................................................................................... 3
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 3
BAB II KONDISI SAAT INI
A. Keahlian ABK dalam melakukan tank cleaning........................................ 5
B. Jarak Antara Pelabuhan Muat Dengan Pelabuhan Tujuan .................... 6
C. Peralatan yang digunakan untuk tank cleaning dan peralatan pendukung lainnya ................................................................................. 7
BAB III PERMASALAHAN
A. Kurangnya Pengetahuan ABK dalam melakukan prosedur tank cleaning yang benar ...................................................................... 9
B. Tekanan pompa air yang digunakan kurang memadai dalam pencucian tanki ..................................................................................... 9
C. Sisa minyak dan air yang ada dalam line pipa ..................................... 10
D. Sisa Karat dalam tangki dan pipa mempengaruhi muatan ................. 10
E. Jarak dan waktu yang pendek mempengaruhi hasil yang maksimal... 11
F. Portable butterworth sering mengalami kemacetan ............................ 11
BAB IV PEMBAHASAN
A. PENYEBABNYA MASALAH ;
1. ABK Yang baru Sign on,Kurang Berpengalaman Didalam Pekerjaan Tank Cleaning ............................................................ 14
2. ABK Kurang Memahami Mengenai Perawatan Alat-Alat Tank Cleaning Dan Pengukur Gas Yang Ada Didalam Tangki ............ 15

B. PEMECAHANNYA MASALAH
1. ABK Yang baru Sign on,Kurang Berpengalaman Didalam Pekerjaan Tank Cleaning
a) Diberikan Familiarisasi dan Pemahaman Diatas Kapal Mengenai Prosedur Tank Cleaning ....................................... 16
b) Dilakukan Training Dikantor Mengenai Prosedur Tank Cleaning ................................................................................ 24
2. ABK Kurang Memahami Mengenai Perawatan Alat-Alat Tank Cleaning Dan Pengukur Gas Yang Ada Didalam Tangki
a) Diberikan Training Di Kantor Mengenai Perawatan Alat- Alat Tank Cleaning ,Pengukur Gas Serta Perawatan Ruang Muat.......................................................................... 27
b) Diberikan Familiarisasi Di Atas Kapal Mengenai Perawatan Alat-Alat Tank Cleaning,Pengukur Gas Serta Perawatan
Ruang Muat ......................................................................... 27

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 31
B. Saran ............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA


GLOSARIA


Tank Cleaning : Mencuci tangki muatan
Portable Butterworth : Alat untuk mencuci muatan yang dapat dipidah-pindah dari satu tangki ke tangki yang lainnya.
Combustible Gas Test : Alat untuk mengukur gas hydrocarbon yang ada di dalam tangki.
Oxygen Tester : Alat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen di dalam tangki ataupun ruangan.
Pompa General Service : Pompa yang dapat digunakan untuk segala keperluan baik untuk pompa kebakaran ataupun untuk memompa air yang digunakan untuk tank cleaning.
Gas Free : Kegiatan untuk membebaskan gas yang ada dalam tangki.
Kapal Tanker : Menurut Engkos Kosasih,M.Mar.E., S.E., M.M dan Capt.Hananto Soewedo, M.Mar., S.E., M.M., Ph.D. (2007:15), bahwa Kapal Tanker adalah Kapal untuk mengangkut muatan cair.karena muatan cair bisa bebas bergerak ke belakang/depan,kiri/kanan yang membahayakan stabilitas kapal,maka ruangan kapal dibagi dalam beberapa compartement vertikal yang berupa tangki-tangki.





BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang wilayahnya sangat luas, sehingga Negara kita membutuhkan sarana transportasi laut yang sangat besar.Hal itu digunakan untuk pendistribusian kebutuhan pokok maupun bahan bakar di seluruh wilayah Indonesia.Dalam pendistribusian tersebut dibutuhkan kapal tanker sebagai sarana transportasi.
Kegiatan pemuatan kapal tanker harus mempersiapkan kondisi tanki muat yang sesuai dengan minyak yang akan dimuat, karena jenis minyak mempunyai karakter yang berbeda-beda dari jenis minyak satu dengan minyak yang lainnya. Tugas seorang Mualim I di atas kapal tanker minyak harus mengetahui cara pemuatan dengan mempelajari jenis minyak terakhir yang dibongkar terhadap minyak yang akan dimuat. Data-data mengenai jenis minyak dapat diketahui dari cargo data sheet. Sedangkan apabila ada perubahan muatan dari cargo yang dibongkar berbeda dengan cargo yang dimuat diperlukan pencucian tanki( tank cleaning). Pelaksanaan tank cleaning harus dilakukan sesuai dengan prosedur tank cleaning guide agar dalam pemuatan tidak berpengaruh terhadap muatan yang akan dimuati. Karena apabila tidak dilakukan pencucian tangki dengan benar maka minyak yang dimuat dalam tangki dapat mengalami kerusakan sehingga dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar terhadap pemilik muatan.
Hal ini telah kami alami pada saat kami bekerja diatas kapal MT.Sinar Emas sebagai Mualim 1,dimana kami dapati terdapat beberapa orang crew yang belum pernah sama sekali bekerja diatas kapal tanker,dan ini sangat menggangu kelancaran pekerjaan tank cleaning,dan hasil daripada tank cleaning tersebut yang berimbas kepada kerugian pemilik kapal dan pemilik muatan.
Yang dimaksud tank cleaning adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan pencucian tanki-tanki muatan,kamar pompa, pengangkatan karat dalam tangki,pencucian pipa yank akan dimuat ataupun pipa yang digunakan untuk pembongkaran,serta pembebasan gas hydrocarbon yang ada( gas free ) dalam tangki yang akan dimuat. Mengingat betapa perlunya pelaksanaan tank cleaning dalam pemuatan maka penulis merasa perlu menuliskan makalah ini dengan judul “ Meningkatkan Pengetahuan Anak Buah Kapal Dalam Melakukan Tank Cleaning Dengan Benar Pada Kapal MT. Sinar Emas “.

B. POKOK MASALAH
“Bagaimana melaksanakan tank cleaning dengan baik, sehingga apabila dilakukan pemuatan yang berbeda jenis sehingga tidak mengakibatkan kerusakan muatan yang akan dimuat”.

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
Agar kapal dan crew dapat melaksanakn kegiatan pencucian tangkidengan benar untuk menghindari kerusakan muatan yang akan dimuat,agar kapal pencharter kapal tidak mengalami kerugian yang diakibatkan dalam melakukan pekerjaan pencucian tangki yang salah. Karena akibat dari kerusakan muatan yang dimuat dapat mengakibatkan kerugian baik kepada pemilik muatan ataupun pemilik kapal yang dapat di klaim oleh pemilik muatan akibat kerusakan muatan tersebut. Maka dengan demikian penulis bertujuan menekan resiko kesalahan dalam prosedur pencucian tangki sehingga terhindar dari kerusakan muatan yang akan dimuat.
2. Manfaat Penulisan
a. Agar masalah-masalah yang terjadi pada waktu pencucian tangki dapat menghasilkan hasil yang maksimal,serta menekan seminimalkan mungkin kecelakaan yang diakibatkan pada saat pencucian tangki.

b. Meningkatkan kemampuan kerja bagi crew dalam melaksanakan kegiatan pencucian tangki,sehingga crew kapal agar selalu mengikuti standar keselamatan dalam prosedur pencucian tangki kapal.
c. Manfaat terhadap kepentingan dunia akademik adalah dengan memberi gambaran yang singkat dan jelas mengenai tata cara pelaksanaan pencucian tangki yang benar.

D. Lingkup Bahasan
Mengingat begitu luasnya permasalahan yang harus dibahas maka penulis hanya membatasi bahasannya dalam ruang lingkup mengenai “Kurangnya Pengetahuan Abk dalam melakukan tank cleaning dengan benar” . Dimana anak buah kapal diberikan penjelasan mengenai prosedur atau tata cara pelaksanaan pencucian tanki dengan benar,sehingga tidak mengakibatkan kerusakan muatan yang akan dimuat yang berbeda jenis dari jenis terakhir muatan yang telah dibongkar.

E. Metode Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan cara :
1. Pengalaman
Metode Observasi merupakan suatu metode yang sistematis dan yang dipertimbangkan dengan baik melalui pengamatan,penyelidikan dan penelitian secara langsung pada obyek yang dijadikan topic,sewaktu penulis bekerja pada kapal MT.Sinar Emas.

2. Tinjauan Kepustakaan
Yaitu Penulis mengadakan adanya tambahan-tambahan bahan makalah ini dengan cara mengambil sumber data-data dokumen kapal serta buku-buku sebagai bahan referensi yang mendukung penyusunan makalah ini.




BAB II
KONDISI SAAT INI

Dengan meningkatnya kebutuhan bahan bakar untuk keperluan masyarakat Indonesia maka semakin banyak dibutuhkan kapal tanker sebagai sarana pengangkut bahan bakar cair tersebut. Namun dalam proses pemuatan bahan bakar cair tersebut dibutuhkan persiapan ruang muat yang harus sesuai dengan muatan yang akan dimuat.
Dalam mempersiapkan ruang muat di atas kapal tanker harus melakukan tank cleaning sesuai dengan prosedur tank cleaning yang benar. Tetapi dalam persiapan ruang muat dengan melakukan tank cleaning mengalami banyak kendala antara lain adalah
A. Keahlian ABK Dalam Melakukan Tank Cleaning
MT. Sinar Emas merupakan kapal tanker yang dilengkapi dengan 3 pompa yangberbeda line pipa,serta dapat dimuati 3 jenis muatan yang berbeda sekali muat. Sehingga proses pekerjaan tank cleaning sangat diperlukan dalam mempersiapkan ruang muat di kapal tersebut. Anak buah kapal yang ada diatas MT. Sinar Emas terutama untuk juru mudi ataupun kelasi yang baru naik diatas kapal ada beberapa anak buah kapal yang belum pernah bekerja di atas kapal tanker. Dengan demikian abk yang belum pernah bekerja diatas kapal mengalami kendala tentang pekerjaan tank cleaning.
1. Adapun kendala terhadap ABK yang belum pernah bekerja diatas kapal tanker adalah :
a. Setelah ABK sign on diatas kapal maka dilakukan familiarisasi tidak dapat secepatnya mengerti mengenai semua peralatan yang ada dan akan digunakan pada saat pekerjaan tank cleaning. Jadi pada saat pekerjaan tank cleaning anak buah kapal yang belum mengerti diperintahkan untuk melihat dan belajar mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan tersebut. Dengan berkurangnya tenaga salah seorang anak buah kapal karena kekurang mengertian mengenai pekerjaan tank cleaning maka akan membuat lebih lama pekerjaan tank cleaning dalam mempersiapkan ruan muat dapat berakibat kerusakan muatan,hal ini terjadi karena kondisi terakhir dari tangki setelah dibongkar adalah memuat muatan yang berbeda jenis dengan muatan yang akan dimuat maka dapat mengakibatkan kerusakan muatan, tetapi tidak semua muatan yang berbeda jenis harus dilakukan pekerjaan tank cleaning atau gas free .Dengan demikian sangat diperlukan sekali keahlian anak buah kapal mengenai pekerjaan tank cleaning.
b. Walaupun pekerjaan pembersihan tanki telah dilakukan dengan benar,tetapi ada beberapa anak buah kapal yang mengerti mengenai tindakan yang dilakukan setelah pencucian tanki yaitu mengenai pembersihan kotoran yang ada di ruang yang akan dimuat. Karena ada jenis muatan oil product yang membutuhkan kondisi ruang muat yang bersih dari sisa air yang digunakan untuk tank cleaning beserta bebas karat yang dapat mempengaruhi kualitas dari minyak yang dimuat didalam tanki tersebut.

B. Jarak Antara Pelabuhan Bongkar Dengan Pelabuhan Muat
Pada saat penulis bekerja di MT.Sinar Emas kondisi waktu yang sangat sedikit merupakan kendala yang besar dalam melakukan pekerjaan tank cleaning .Maka dalam pekerjaan tank cleaning ini dibutuhkan keahlian anak buah kapal dalam melakukan pekerjaan tersebut.Selama penulis berada diatas kapal jarak antara pelabuhan untuk membongkar muatan menuju pelabuhan muat sangat dekat yaitu dari pelabuhan bongkar Depot Pertamina Samarinda dan pelabuahan muat Unit Pengolahan V Balikpapan jarak tersebut hanya ditempuh dalam waktu pelayaran 2 jam . Dengan adanya anak buah kapal yang belum mengerti mengenai pekerjaan tank cleaning tersebut selain mengurangi tenaga dalam melakukan pekerjaan tank cleaning juga harus mengawasi anak buah kapal tersebut dalam membantu pekerjaan tank cleaning. Dengan demikian pekerjaan tank cleaning kurang maksimal, walaupun demikian dari pihak pencharter yaitu Pertamina selalu menginginkan setibanya kapal di pelabuhan muat dapat segera melakukan kegiatan pemuatan dengan segera . Sehingga dengan keterbasan waktu yang ada maka harus dilakukan pekerjaan tank cleaning beserta persiapan pemuatn tanki yang lain dengan baik dan tidak boleh menimbulkan kegagalan dalam proses pemuatan.

C. Peralatan Yang Digunakan Untuk Tank Cleaning dan Peralatan Pendukung Lainnya.
Dalam melakukan pekerjaan tank cleaning anak buah kapal memerlukan peralatanyang memadai untuk digunakan sebagai alat pembersihan tank tersebut. Adapun alat yang digunakan sebagai sarana harus dilakukan perawatan yang baik, sehingga pada saat penggunaan dapat digunakan dengan maksimal. Dari beberapa anak buah kapal yang baru sign on diatas MT.Sinar Emas dan ada beberapa anak buah kapal yang baru mengenal kapal tanker sehingga kurang mengerti mengenai penggunaan peralatan tersebut. Sedangkan abk yang telah lama berada diatas kapal dan mengertai mengenai penggunaan peralatan kadang kala kurang memperhatikan mengenai perawatan terhadap peralatan yang digunakan untuk tank cleaning.
Selain itu ada sebagian anak buah kapal kurang mengoptimalkan penggunaan peralatan tank cleaning. Karena abk kurang mengetahui mengenai bahaya yang diakibatkan pada saat pekerjaan tank cleaning. Karena abk yang merasa telah lama bekerja diatas kapal tanker menganggap pekerjaan tank cleaning tidak mengandung resiko yang berbahaya. Adapun bahaya lain yang tidak mengerti oleh abk yang baru sign on di MT. Sinar Emas adalah bahaya yang disebabkan oleh gas beracun yan ada di ruangan tertutup. Maka diberikan penjelasan tata cara memasuki ruangan tertutup. Adapun hal-hal lain yang kurang dimengerti dalam pekerjaan tank cleaning adalah :



1. Besarnya tekanan pompa air yang digunakan untuk tank cleaning.
2. Perawatan terhadap alat-alat yang digunakan untuk tank cleaning,antara lain portable butterworth,fan,hydrocarbon test equipment,oxygen meter.
3. Penanganan sisa air baik yang ada di dalam kamar pompa setelah tank cleaning.
4. Pembersihan sisa muatan minyak baik yang ada di dalam tanki, line,kamar pompa.
Dari hal-hal tersebut diatas maka dalam melakukan pekerjaan tank cleaning diatas kapal MT.Sinar Emas harus diberikan penjelasan dengan baik tentang semua bahaya dan pekerjaan yang benar mengenai tank cleaning.

















BAB III
PERMASALAHAN

A. Kurangnya Pengetahuan ABK Dalam Melakukan Prosedur Tank Cleaning Yang Benar
Tank Cleaning merupakan pekerjaan yang selalu dilakukan di kapal tanker, sehingga abk khususnya Deck Departement merupakan pekerjaan yang biasa dikerjakan setiap saat apabila muatan yang akan dimuat berubah atau berbeda jenis dengan muatan yang terakhir yang dibongkar. Jadi Crew deck departement khususnya dalam melakukan pekerjaan tank cleaning,bekerja berdasarkan dari pengalaman yang selama ini dilakukan diatas kapal. Sehingga pekerjaan tanpa ada control yang maksimal karena pekerjaan tidak berdasarkan dari prosedur tank cleaning yang benar. Sehingga crew membutuhkan familiarisasi dan penjelasan mengenai prosedur tank cleaning yang benar.

B. Tekanan Pompa Air Yang Digunakan Kurang Memadai Dalam Melakukan Pencucian Tangki
Dalam melakukan pekerjaan tank cleaning menggunakan alat bantu yang disebut dengan butterworth machine. Butterworth machine yang ada diatas kapal adalah jenis portable,dalam penggunaannya butterworth digerakkan dengan menggunakan tekanan dari air yang dipompa dari kamar mesin dengan menggunakan pompa general service yang ada di kamar mesin. Sedangkan pengoperasian pompa general service dioperasikan oleh oiler jaga. Pada saat pengoperasian sering terjadi tekanan pompa air yang kurang sehingga mengakibatkan butterworth tidak dapat berputar atau beroperasi dengan maksimal. Kendala ini diakibatkan oleh factor keahlian dari oiler jaga dalam mengoperasikan pompa general service tersebut. Selain hal tersebut ada beberapa bagian dari line pipa pompa general service tersebut,mengalami korosive sehingga mengakibatkan kebocoran dan dapat mengurangi tekanan air yang dihasilkan dari pompa general service tersebut. Untuk hal tersebut diatas maka perlu adanya pengarahan dan perbaikan line pipa pompa general service tersebut.

C. Sisa Minyak Beserta Air Yang Ada Didalam Line Pipa dan Line Yang Ada Dalam Kamar Pompa Dapat Mempengaruhi Muatan Yang Akan Dimuat.
Kamar pompa merupakan sarana vital di kapal tanker, karena kamar pompa tersebut ditempatkan pompa yang digunakan untuk melakukan kegiatan membongkar muatan yang ada di dalam tangki. Jadi didalam kamar pompa dilengkapi dengan sarana pipa-pipa yang menghubungkan antara tangki muatan dengan manifold yang digunakan sebagai sarana penghubung antara kapal dengan selang darat. Maka setelah selesai kegiatan membongkar muatan line pasti ada sisa minyak didalam line pipa tersebut. Pada tank cleaning ABK yang melakukan kegiatan tersebut sering tidak dilakukan pembersihan line pipa yang ada didalam kamar pompa ataupun yang tersisa di line dari tangki ataupun line yang digunakan untuk membongkar muatan. Dengan demikian maka perlu diadakan pengarahan kepada ABK dalam melakukan tank Cleaning selain melakukan pembersihan tanki juga perlu melakukan pembersihan line yang akan digunakan.

D. Sisa Karat dan Kotoran Yang Ada Didalam Tangki Dan Line Pipa Mempengaruhi Muatan Yang Akan Dimuat
Tangki muatan kapal tanker yang hanya mempunyai lapisan coating ada kemungkinan mengalami tingkat korosive yang tinggi, baik yang disebabkan oleh muatan sendiri ataupun dari proses korosive air laut dari sisa air tank cleaning. Semakin lama umur kapal kemugkinan besar karat yang ada di dalam tangki semakin banyak. Setiap tangki muatan mempunyai tingkat korosive yang berbeda-beda antara tangki yang satu dengan tangki satunya. Sedangkan dalam proses mempersiapkan tangki diperlukan pembersihan tangki dari karat karena ada salah satu jenis muatan yang sangat terpengaruh terhadap karat tersebut. Jadi proses pekerjaan pembersihan tangki selain pembersiahn dengan menggunakan air laut juga dilakukan pembersihan karat yang ada di dalam tangki tersebut.

E. Jarak dan Waktu Yang Pendek Mempengaruhi Hasil Yang Maksimal Dalam Pencucian Tangki Muatan.
Dalam melakukan kegiatan pengangkutan muatan jarak antara pelabuhan muat dengan pelabuhan bongkar sangat mempengaruhi pekerjaan tank cleaning tersebut. Karena semakin pendek jarak antara pelabuhan muat dengan pelabuhan bongkar,waktu pengerjaan tank cleaning semakin berkurang, karena dari pihak pencharter kapal yaitu Pertamina menginginkan secepatnya kapal dapat segera melakukan kegiatan memuat sehubungan dengan kebutuhan bahan bakar masyarakat daerah setempat yang sangat besar. Jadi pengerjaan tank cleaning harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan pekerjaan tersebut harus dilakukan sesuai prosedur sehingga dalam melakukan kegiatan pemuatan tidak mengalami hambatan yang disebabkan karena tangki belum siap, yang dikarenakan kondisi tangki yang belum memenuhi standar pemuatan dari Pertamina.

F. Portable butterworth Yang Digunakan Sering Mengalami Kemacetan Dalam Pengoperasian Karena Adanya Kotoran Yang Masuk Kedalam Alat Tersebut
Butterworth portable merupakan sarana utama untuk melakukan pengerjaan tank cleaning, tetapi dalam melaksanakan pengerjaan tank cleaning sering terjadi kemacetan portable butterworth tersebut baik karena kurangnya tekanan air dari pompa ataupun masuknya kotoran kedalam alat tersebut. Jadi Portable butterworth harus dilakukan berkala, karena apabila tidak dilakukan perawatan secara berkala ada kemungkinan ada kotoran yang dapat menyumbat portable butterworth tersebut. Dari permasalahan tersebut diatas dapat dianalisis dengan menggunakan USG :

PROSES PENENTUAN MASALAH MELALUI U.S.G
NO MASALAH ANALISIS
BANDING U S G NILAI
U NILAI
S NILAI
G NILAI
T PRIORITAS
A Kurangnya pengetahuan
Abk dalam melakukan tank cleaning dg benar A – B
A – C
A – D
A – E
A - F A
A
A
A
A B
A
A
A
A A
C
A
A
F 5 4 3 12

I
B Tekanan pompa air yang kurang sehingga tdk mencapai tekanan yang diinginkan B – C
B – D
B – E
B – F
B
D
B
F B
B
B
F C
D
E
F 2 4 - 6

V
C Sisa minyak dan air dalam line pipa C – D
C – E
C - F C
E
F C
E
C D
E
C 1 2 3 6
I V
D Sisa karat dan kotoran yang ada dlm tanki dan line pipa D – E
D - F E
F E
F E
F 1 - 2 3
VI
E Jarak dan waktu yg pendek E - F E E E 3 3 4 10 II
F Portable butterworth yg kurang terawat - - - - 3 2 3 8
III


KETERANGAN PENDEKATAN U.S.G

U = URGENCY
Adalah masalah yang apabila tidak segera diatasi akan berakibat fatal dalam jangka panjang

S = SERIOUSNESS
Adalah masalah yang apabila terlambat diatasi akan berdampak fatal terhadap kegiatan tetapi berpengaruh pada jangka pendek

G = GROWTH
Adalah masalah potensial untuk tumbuh dan berkembangnya masalah dalam jangka panjang dan timbulnya masalah baru dalam jangka panjang masalah

Berdasarkan hasil analisa dengan metode USG maka prioritas dari masalah yang diperoleh adalah :

“ Kurangnya Pengetahuan ABK Dalam Melakukan Prosedur Tank Cleaning Yang Benar.“

















BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan identifikasi masalah pada bab III melalui metode USG didapat masalah pokok yang paling dominan yaitu :
“ Kurangnya Pengetahuan ABK Dalam Melakukan Prosedur Tank Cleaning yang benar. . “
A.Penyebabnya
1. ABK Yang Baru Sign On di Atas Kapal Kurang Berpengalaman Didalam Pekerjaan Tank Cleaning
Pekerjaan tank cleaning di atas kapal memerlukan keahlian dan ketrampilan abk dalam pekerjaan ini,karena ketrampilan abk dalam mempergunakan peralatan untuk tank cleaning yang ada diatas kapal harus digunakan secara baik dan maksimal, maksimal disini adalah menggunakan sesuai dengan fungsi secara baik dan benar,dan ini sangat menentukan keberhasilan dari hasil pekerjaan tank cleaning tersebut. Salah satu penyebab kurang Pengalaman abk yang bertugas disebabkan karena belum pernah bekerja/bertugas diatas kapal tanker minyak. Dengan adanya hal tersebut merupakan kendala terhadap kegiatan tank cleaning, karena abk tersebut harus mempelajari bagaimana alat-alat yang digunakan untuk tank cleaning.
Penggunaan alat-alat yang akan digunakan untuk tank cleaning harus di familiarisasikan terhadap semua crew yang telah sign on diatas kapal dan yang mempunyai tugas secara langsung terhadap pekerjaan tank cleaning di atas MT.Sinar Emas. Hal –hal yang perlu diberikan familiarisasi dan tugas pekerjaan yang dilakukan pada saat tank cleaning. Karena dalam melakukan pekerjaan tank cleaning merupakan pekerjaan team yang tidak dapat dikerjakan secara perseorangan anak buah kapal.
2. ABK Kurang Memahami Mengenai Perawatan Alat-alat Tank Cleaning , Alat-alat Pengukur Gas,Serta Perawatan Terhadap Ruang Muat.
Kemampuan abk dalam melakukan perawatan alat-alat yang ada di atas kapal berbeda-beda antara anak buah kapal satu dengan abk lainnya. Untuk abk yang telah lama bekerja di atas kapal tanker minyak mempunyai ketrampilan yang lebih dalam melakukan perawatan terhadap alat-alat yang digunakan untuk tank cleaning daripada abk yang belum pernah bekerja diatas kapal tanker. Perawatan yang baik terhadap alat-alat yang digunakan untuk tank cleaning merupakan salah satu faktor untuk membantu kelancaran dalam pekerjaan tank cleaning.
Penyebab lain perbedaan pemahaman mengenai sumber daya manusia terutama abk yang bekerja di atas kapal. Untuk abk yang mempunyai kelebihan ilmu dalam bidang mesin atau abk yang mempunyai kelebihan ilmu dalam bidang mesin atau abk yang mempunyai latar belakang pendidikan mesin akan lebih cepat memahami mengenai perawatan terhadap alat-alat tank cleaning yang ada diatas kapal.
Hal demikian terjadi dikarenakan ada sebagian crew yang belum pernah bekerja diatas kapal ataupun ada beberapa crew yang belum pernah sama sekali bekerja diatas kapal tanker sehingga tidak mengetahui beberapa prosedur mengenai perawatan alat-alat yang digunakn setelah melakukan kegiatan tank cleaning diatas kapal tanker.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perawatan tangki yang digunakan untuk ruang muat. Karena apabila terlalu banyak karat yang ada di dalam tangki maka karat di dalam tangki dapat mengakibatkan perubahan warna terhadap muatan yang dimuat nantinya.





B. PEMECAHANNYA

1. ABK Yang Baru Sign On di Atas Kapal Kurang Berpengalaman Di dalam Pekerjaan Tank Cleaning
Dengan adanya permasalahan abk yang kurang memahami permasalahan mengenai pekerjaan tank cleaning yang baik dan benar, maka sangat mempengaruhi proses pekerjaan tank cleaning tersebut. Hal demikian terjadi dikarenakan ada beberapa abk yang kurang mengerti pekerjaan apa yang harus dilakukan dan bagaimanakah pekerjaan tersebut dapat dengan aman dan baik terhadap dirinya sendiri ataupun aman buat rekan pada saat melakukan pekerjaan tank cleaning tersebut.
Permasalahannya mengenai ketrampilan abk dapat ditingkatkan dengan berbagai cara. Adapun hal-hal yang dapat meningkatkan ketrampilan anak buah kapal diatas kapal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Diberikan familiarisasi dan pemahaman mengenai prosedur tank cleaning pada kapal tanker

Menurut Capt.Arso Martopo,M.Mar. (2008: 51), Familiarisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara,antara lain :
- Orientasi di kapal
- Program familiarisasi
- Handing over
- Training Video
- Menggunakan safety manual dan booklet.
Perihal utama yang harus dimengerti mengenai mengapa perlu dilakukan dalam tank cleaning, tank cleaning dilakukan untuk mempersiapkan tangki muatan agar benar-benar siap untuk dimuati muatan yang berbeda jenis dengan muatan yang telah dibongkar dipelabuhan bongkar. Karena di dalam operasional kapal tanker minyak jumlah muatan dan beberapa jenis muatan ditentukan oleh pencharter sesuai dengan kebutuhan dari pencharter.
Maka dalam hal ini kapal merupakan alat yang dicharter maka kapal harus mempersiapkan ruang muat dengan baik agar pada saat pemuatan dan pengangkutan muatan dapat berjalan tanpa mengalami kendala,kendala tersebut antara lain adalah kerusakan muatan. Kerusakan muatan ini harus dapat dihindari dengan cara mempersiapkan ruang muat dengan baik dengan cara melakukan tank cleaning dengan baik dan sesuai prosedur yang benar dan baik.


KODE PEMBERSIHAN TANGKI

1. TIDAK PERLU PEMBERSIHAN, CUKUP DI DRAIN DENGAN BAIK
2. BOTTOM FLUSHING DENGAN AIR LAUT ATAU AIR BALLAST, KEMUDIAN DI DRAIN DENGAN BAIK.
3. SEPERTI NO.2, KEMUDIAN DI GAS FREE
4. BUTTERWORTH DENGAN AIR LAUT, GAS FREE, BUANG SLUDGE/ SEDIMEN PIPA/PIPA, DI DRAIN SAMPAI KERING, TANGKI DIBERSIHKAN DAN DI MOOP SAMPAI KERING
5. TIDAK DAPAT DIMUAT TANPA PEMBERSIHAN KHUSUS/CHEMICAL METHOD.
Berdasarkan Dari buku tank cleaning guide, karangan DR.Verweys halaman 173 diatas , yang telah ditentukan mengenai pekerjaan tank cleaning yang baik diharapkan langkah pekerjaan dalam melakukan tank cleaning dengan baik yang dapat berjalan dengan aman dan tidak mengalami kendala pada saat pemuatan muatan yang akan dimuat nantinya
Selain penjelasan dari mualim satu yang langsung bertanggung jawab secara langsung mengenai pekerjaan tank cleaning, mualim satu dalam memberikan penjelasan secara langsung visual atau praktek pada pekerjaan tank cleaning. Hal demikian dapat dengan cepat abk mengerti mengenai tata cara pekerjaan tank cleaning tersebut.
Adapun pada saat pekerjaan tank cleaning berlangsung abk yang belum mengerti mengenai di berikan waktu untuk belajar secara langsung dengan cara memperhatikan pekerjaan secara visual, adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan tank cleaning adalah :
i. Butterworth merupakan alat yang utama untuk melakukan pekerjaan tank cleaning. Karena butterworth merupakan sarana yang utama dalam melakukan tank cleaning dimulai. Alat ini dimasukkan ke dalam tangki yang dihubungkan menggunakan selang yang tahan terhadap tekanan air yang akan digunakan untuk tersebut.
Selang yang digunakan untuk melakukan pekerjaan butterworth merupakan selang yang mempunyai ketahanan terhadap penggunaan air panas dan tahan terhadap tekanan yang dialirkan di dalam selang tersebut. Setelah butterworth disambungkan dengan selang menggunakan connection serta telah di kunci ( di pasang dengan menggunakan baut ) maka selang dapat di aliri air yang dialirkan dari pompa general service yang ada di kamar mesin.
Untuk menghindari kerusakan dari lapisan coating yang ada didalam tangki melalui lubang yang ada diatas tangki. Jadi untuk mempermudah menentukan kedalaman tank maka pada selang yang digunakan untuk tank cleaning diberikan tanda untuk setiap meter,dengan demikian maka dapat ditentukan berapa meter selang telah masuk kedalam tangki.
Akan tetapi pada saat pekerjaan tank cleaning tersebut hendaknya harus diperhatikan apakah nozzle dari butterworth tersebut dapat berputar dan menjangkau dengan baik dinding tangki. Karena apabila butterworth tidak dapat berputar dengan baik maka akan mengakibatkan tidak berhasilnya tank cleaning. Dengan berputarnya butterworth maka semua minyak yang menempel pada dinding dan gading- gading kapal yang ada didalam tangki akan mengalir kebawah tangki dikarenakan tangki dikarenakan oleh tekanan air dialirkan dari butterworth tersebut.
ii. Selain butterworth ada hal yang merupakan harus diperhatikan adalah pompa-pompa yang akan digunakan untuk memompa sisa tank cleaning dari tangki yang dibersihkan dan dialirkan kedalam slop tank. Maka semua valve,power pompa yang digunakan harus disiapkan. Valve merupakn hal yang utama sebagai sarana penghubung antara line pipa yang ada di dalam tangki ataupun line pipa diatas tangki muatan serta line pipa yang ada di kamar pompa. Karena media utama yang digunakan untuk tank cleaning kapal tanker oil product merupakan air laut maka valve yang digunakan untuk menghubungkan air laut dengan pipa tank cleaning harus dapat beroperasi dengan baik. Adapun valve penghubung dengan air laut untuk tank cleaning terletak di kamar mesin karena pompa tank cleaning terletak di kamar mesin. Maka valve tersebut harus dapat dipergunakan sewaktu-waktu. Sedangkan pompa yang digunakan untuk menghisap tank cleaning adalah cargo pump. Karena cargo pump selain digunakan untuk pembongkaran muatan dapat digunakan untuk menghisap ( membongkar tank cleaning ) dari tangki yang telah dilakukan tank cleaning. Adapun crew yang mengoperasikan pompa harus crew yang telah familier dan berpengalaman mengenai line beserta pompa yang akan digunakan. Karena apabila salah dalam mengoperasikan pompa beserta line akan dapat menyebabkan kesalahan yang fatal dan dapat menyebabkan kerusakan pompa beserta line pipa. Maka dalam pengoperasian ditentukan oleh mualim 1 crew yang mengoperasikan adalah mualim jaga atau pada saat kapal sedang berlayar mualim yang sedang tidak bertugas jaga dan telah mengerti dan memahami mengenai line beserta valve dan pompa yang akan digunakan. Karena pompa bekerja berdasarkan putaran dari elektrometer yang ada di kamar mesin maka harus dilakukan perawatan mechanical pompa secara baik dan benar, karena apabila tidak dilakukan perawatan dengan baik maka dapat menyebabkan kerusakan pompa tersebut. Karena cargo pump bekerja setiap pada pembongkaran muatan di pelabuhan bongkar, jadi harus diperhatikan dalam penggunaannya, maka pada saat dipergunakan cargo pump harus diberikan pendinginan menggunakan air pendingin agar pompa tidak panas pada saat dipergunakan. Karena pompa terdiri dari beberapa bearing dan as pompa apabila tidak dilakukan pendinginan maka akan menyebabkan panas dan dapat merusak bearing pompa serta menyebabkan kerusakan pada pompa. Selain itu dibutuhkan kerja sama antara crew yang mengoperasikan pompa cargo serta crew yang bekerja diatas deck dengan menggunakan handy talky,dengan demikian pekerjaan tank cleaning dapat dikerjakan dan tidak mengalami hambatan yang diakibatkan karena pompa belum siap.
iii. Fan yang digunakan untuk gas free tangki harus disiapkan apabila akan digunakan, selain itu sarana bantu selang yang akan digunakan untuk menggerakkan fan yaitu selang harus disiapkan pada saat tangki sedang di lakukan tank cleaning. Adapun fungsi dari fan adalah sebagai alat untuk memasukkan udara ke dalam tangki . Penggerak utama dari fan ini adalah tekanan air. Karena media air merupakan tenaga penggerak yang paling aman untuk digunakan diatas kapal tanker. Fan diletakkan di atas man hole tangki sesuai dengan jumlah man hole yang ada pada masing-masing tangki. Fan ini dioperasikan setelah semua tangki selesai dilakukan proses pekerjaan pencucian tangki. Karena fan merupakan alat yang utama untuk membebaskan gas yang ada di dalam tangki maka fan harus diberikan perawatan dengan baik agar fan dapat berfungsi dengan baik. Karena fan digerakkan menggunakan media air laut maka fan dapat terjadi karat ataupun penumpukkan garam pada gigi mekanikal fan tersebut. Dari pengalaman yang kami alami maka perawatan yang baik untuk fan adalah apabila setelah dipergunakan maka fan hendaknya dilakukan pencucian dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan garam baik yang ada di dalam fan ataupun pada body fan tersebut. Dengan dibersihkan dengan menggunakan air tawar maka diharapkan karat yang disebabkan oleh garam dari air laut dapat dikurangi.
iv. Setelah dilakukan pembebasan gas dalam tangki menggunakan fan maka setiap saat secar berkala dilakukan pengetesan kadar hydrocarbon yang ada di dalam tangki seberapa besar yang ada didalam tangki. Pengetesan itu menggunakan alat hydrocarbon test. Karena gas premium dapat merusak muatan seperti kerosene ataupun avtur apabila akan dimuati. Selain dilakukan test kadar hydrocarbon maka juga harus dilakukan test kadar oksigen yang ada didalam tangki,maksud dari pengukuran gas oksigen adalah memastikan berapa besar kadar oksigen yang ada didalam tangki maka dapt dipastikan aman tidaknya untuk crew yang akan melakukan pekerjaan di dalam tangki. Dengan dilakukan pengukuran gas maka dapat ditekan kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh gas beracun yang ada didalam tangki. Maka hal yang perlu dipahami adalah perawatan alat-alat yang digunakan untuk pengukuran gas hydrocarbon dan kadar oksigen yang ada didalam tanki,adapun alat tersebut adalah oksigen tester beserta hydrocarbon tester. Perawatan yang layak dilakukan diatas kapal adalah dilakukan penggantian battery yang digunakan sebagai sumber tenaga untuk alat tersebut. Dengan dilakukan penggantian battery secara terjadwal di harapkan alat dapat dipergunakan setiap saat. Agar diberikan pengukuran yang akurat maka hendaknya dilakukan kalibrasi oleh perusahaan yang ditunjuk oleh kantor pusat untuk kalibrasi. Dengan dilakukan kalibrasi maka diharapkan pengukuran gas di dapatkan hasil yang sebenarnya sesuai dengan kadar gas yang sebenarnya yang ada di dalam tangki tersebut. Untuk menggunakan peralatan ini crew kapal yang harus mengerti cara pengoperasiannya peralatan ini crew kapal yang harus mengerti cara pengioperasiannya adalah khususnya mualim yang ada di atas kapal begitu juga terhadap perawatan terhadap alat tersebut.
v. Untuk sisa dari tank cleaning di tampung kedalam slop tank.
Karena pelayaran yang sangat dekat dengan pulau dan jarak yang dekat maka sisa tank cleaning yang merupakan minyak kotor dan air laut dibuatkan sertifikat slop yang nantinya harus dibongkar di pelabuhan muat ditampung di tangki slop pelabuhan muat. Karena sisa tank cleaning merupakan campuran dari air laut serta minyak yang tersisa dari tangki muatan maka tidak boleh dibuang langsung ke laut karena dapat terjadi pencemaran terhadap laut. Setelah pekerjaan tank cleaning selesai dan air sisa dari tank cleaning telah ditampung kedalam slop tank maka harus dihitung berapa jumlah sisa tank cleaning yang ada di dalam slop tank. Adapun sisa dari tank cleaning tersebut harus dipompa ke tangki penampungan darat, karena tidak dapat dilakukan pembuangan dilaut karena jarak pelayaran yang dekat pada saat kami berlayar diatas kapal MT.Sinar Emas. Maka saat kapal sandar dilakukan pemuatan diminyakan kepada loading master untuk dapat menerima sisa air tank cleaning yang ada diatas kapal. Apabila pihak darat selaku penerima sisa tank cleaning kedarat, tetapi sebelum dilakukan pemompaan harus dilakukan perhitungan berapa jumlah sisa air tank cleaning yang akan di pompa ke tangki penerima di darat. Setelah dilakukan pemompaan maka dibuatkan sertifikat pembuangan air sisa tank cleaning yang diterima oleh pihak darat.
vi. Setelah dilakukan tank cleaning maka dilakukan pengeringan semua line pipa dengan cara membuka semua valve berhubungan dengan kamar pompa serta lubang penutup strainer pompa harus dibuka. Dengan demikian maka semua cairan yang ada di line pipa akan mengalir kedalam strainer pompa dengan demikian maka line akan bersih dari sisa cairan dari sisa tank cleaning. Maka air sisa tank cleaning akan mengalir ke dalam kamar pompa dengan demikian maka kamr pompa akan dipenuhi dengan genangan sisa air tank cleaning. Sisa air tank cleaning yang ada di got kamar pompa hendaknya di pompa ke dalam slop tank sehingga kamar pompa menjadi kering, karena setelah selesai dari pekerjaan tank cleaning maka line pipa menuju ke kamar pompa. Pemompaan air dari sisa tangki tank cleaning dipompa dan ditampung di dalam slop tank. Maka setelah kering dari sisa air tank cleaning. Karena sisa dari air tank cleaning mengandung sisa minyak yang ada didalam line pipa tersebut sehingga mengeluarkan gas yang berbahaya bagi orang yang akan memasuki kamar pompa apabila kadar gas beracun didalam kamar pompa tersebut tinggi. Untuk crew yang baru naik di atas kapal diberikan familiarisasi mengenai tata cara memasuki kamar pompa yang aman dan harus mematuhi peraturan yang ada di atas kapal. Karena ruangan kamar pompa merupakan ruangan yan berhubungan langsung dengan minyak sehingga rentan terhadap gas beracun yang dikeluarkan oleh minyak yang diangkut oleh kapal. Maka hendaknya crew yang baru naik diatas kapal dan berhubungan langsung bekerja di dalam kamar pompa hendaknya mengerti betul mengenai tata cara memasuki dan bekerja yang aman didalam kamar pompa sehingga dapat ditekan kecelakaan kerja yan diakibatkan oleh gas beracun yang ada di dalam kamar pompa.
vii. Adapun pekerjaan yang lain yang tidak dapat ditinggalkan dalam tank cleaning adalah pekerjaan pengeringan tangki dan pembersihan tangki dari kotoran beserta karat yang ada di dalam tangki. Hal ini dibutuhkan untuk beberapa karakter jenis minyak tertentu sebagai contoh adalah minyak jenis avtur. Pembersihan tangki ini dilakukan dengan cara crew langsung masuk kedalam tangki untuk langsung membersihkan tangki tersebut. Akan tetapi untuk memasuki tangki harus dilakukan beberapa prosedur yang dibuat oleh perusahaan untuk menghindari keracunan gas berbahaya yang ada di dalam tangki. Tindakan awal perlu dilakukan setelah dilakukan pembebasan gas maka sebelum memasuki tangki perlu dilakukan enclose space permit check list,dari check list ini dilakukan beberapa tahap mengenai tindakan yang perlu dilakukan sebelum memasuki tangki ruang tertutup. Setelah dilakukan check list dan telah sesuai dengan standar yang aman untuk memasuki ruangan tertutup dan minim gas beracun serta kadar oksigen yang aman buat manusia maka crew dapat di ijinkan memasuki tangki dan harus ada orang yang bertanggungjawab terhadap pekerjaan tersebut serta harus dilakukan komunikasi dengan cara salah satu orang di atas man hole tangki yang dimasuki terswebut. Maka setelah benar-benar aman untuk dimasuki orang maka crew yang akan masuk kedalam tangki dapat masuk ke dalam tangki tersebut. Pekerjaan yang utama adalah pembersihan kotoran beserta karat yan ada di dalam tangki serta tangki dikeringkan dari sisa air yang ada di dalam tangki. Maka hendaknya semua valve yang masuk didalam tangki yang disebut dengan valve pipa isap dan valve pipa yang akan digunakan untuk memuat muatan ,harus dalam keadaan terbuka dengan demikian di harapkan semua air yang tersisa di dalam lile akan jatuh mengalir ke dalam tangki . Air yang ada didalam kotak pipa isap dikeringkan dengan menggunakan bantuan pompa wilden pump. Hal ini perlu dilakukan adalah pembersihan tangki muatan dengan cara di sapu dan dikeringkan dari sisa air yang menempel pada dinding tangki muatan serta dasar tangki muatan. Maka seharusnya pekerjaan pembersihan tangki dilakukan dengan baik sehingga mencegah kecelakaan terhadap pengguna avtur tersebut. Untuk pembersihan kotoran yang ada didalam tangki dilakukan hanya untuk tangki yang akan dimuati avtur. Bila tangki lain akan dimuati muatan selain avtur,pembersihannya bila ada cukup waktu sehingga tangki dapat terawat dengan baik dan menekan meluasnya karat yang ada didalam tangki muatan. Untuk pekerjaan dalam tangki ini khusus crew yang belum pernah melakukan, hendaknya diberikan penjelasan mengenai tata cara dari awal sampai akhir mengenai tata cara yang aman bekerja didalam tangki muatan.Dengan dilakukan familiarisasi dengan baik dan benar terhadap kapal tanker,maka diharapkan setelah diberikan penjelasan secara langsung diatas kapal maka apabila dilakukan pekerjaan tank cleaning kembali diatas kapal diharapkan crew dapat bekerja dengan baik dan benar.
b. Dilakukan training dikantor mengenai prosedur tank cleaning yang benar.
Peningkatan ketrampilan terhadap anak buah kapal dapat dilakukan dengan berbagai cara,hal yang utama dalam meningkatkan ketrampilan anak buah kapal dapat dilakukan training mengenai prosedur tank cleaning pada kapal tersebut,sebelum sign on atau sebelum abk akan bekerja diatas kapal.
Menurut Capt.Arso Martopo,M.Mar. (2008:52), perusahaan harus mengidentifikasi kebutuhan training dan memberikan training kepada karyawan darat dan kapal.Pelaksanaan training dapat dilakukan sebagai berikut:
- Menggunakan institusi training
- Menggunakan trainer specialist
- On the job training
- Shore-based training
Assesment kebutuhan training dapat dilakukan setahun sekali.
Departemen personalia ini hendaknya menyeleksi terhadap abk yang akan bekerja diatas kapal tanker yang telah memiliki kursus tanker familiarization,dan bila persyaratan tersebut telah terpenuhi,hendaknya pihak perusahaan mengadakan training mengenai prosedur tank cleaning pada kapal tanker dimana dia akan bekerja,karena setiap kapal tanker terdapat specifikasi yang harus diketahui oleh crew tersebut guna memperlancar operasi kapal. Karena ada beberapa crew yang akan sign on diatas kapal tanker belum pernah bekerja diatas kapal tanker, hal ini terjadi karena departemen personalia mengalami kekurangan tenaga kerja yang berpengalaman di kapal tanker. Jadi departemen personalia mengambil tenaga kerja yang sudah berpengalaman di kapal cargo akan tetapi crew tersebut sudah melakukan kursus minimal tanker familiarization.
Walaupun abk yang belum pernah bekerja diatas kapal dan telah melakukan training untuk melakukan tugasnya diatas kapal tanker kadang kala mengalami kesulitan. Hal ini terjadi karena perbedaan cara pengoperasian kapal tanker dengan kapal cargo, hal yang demikian memerlukan pemahaman mengenai pengoperasian alat-alat adan tugas-tugas yang ada diatas kapal tanker sesuai dengan jabatan diatas kapal. Maka dari pihak perusahaan mengharuskan agar semua crew yang akan sign off harus memberikan serah terima jabatan mengenai segala macam tugas dan tanggungjawabnya diatas kapal.
Dengan adanya serah terima jabatan dan tanggung jawab kepada crew yang akan sign on maka diharapkan crew yang sign on tidak mengalami kendala dalam menghadapi tugas dan tanggung jawab di tempat crew tersebut bekerja. Selain itu dibutuhkan rasa tanggungjawab crew yan sign on untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
Untuk perwira pada saat diadakan timbang terima jabatan sebagian besar banyak yang telah dimengerti pada saat serah terima jabatan tersebut, dan ada beberapa bagian mengenai cara pengerjaan pekerjaan tersebut karena belum pernah melakukan praktek akan tetapi telah mendapatkan informasi baik pada saat timbang terima jabatan ataupun dari training yang telah dilakukan pekerjaan tank cleaning hendaknya abk yang baru diberikan penjelasan dengan baik dan benar serta diberikan . Perusahaan dalam hal ini memberikan waktu serah terima 2 hari setelah abk yang akan sign off kepada abk yang sign on.
Akan tetapi kesiapan abk dalam melaksanakan tugasnya amat dibutuhkan dalam pengoperasian alat-alat yang digunakan untuk tank cleaning . Hal demikian terjadi karena pada saat timbang terima hanya memberitahukan mengenai peralatan yang digunakan ,akan tetapi abk yang baru sign on belum pernah bekerja di kapal tanker.
Selain itu untuk mualim jaga yang baru sign on diatas kapal yang baru mengenal kapal tanker membutuhkan sedikit waktu untuk mengoperasikan pompa yang akan digunakan untuk tank cleaning.Karena kapal tanker menggunakan sarana utama yang berupa cargo pump untuk melakukan pembongkaran muatan dan sarana pendukungnya adalah adalah pipa atau yang sering disebut cargo line. Untuk seorang mualim yang baru naik diatas kapal harus mempunyai pemahaman yang lebih banyak mengenai peralatan,untuk hal demikian dibutuhkan pemahaman mualim dengan cepat karena operasional kapal harus tetap terus menerus berlanjut walaupun telah berganti crew diatas kapal. Maka dalam melakukan timbang terima harus dilakukan dengan benar dan baik.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah di dalam perekrutan abk yang baru hendaknya dilakukan secara test dengan memperhatikan keahlian dari abk sesuai dengan memperhatikan keahlian dari abk sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Adapun test tersebut diharapkan agar dalam tugasnya diatas kapal dapat bertugas dengan baik dan benar sehingga kapal tidak terkendala menegenai pengoperasian kapal tanker. Karena kapal tanker merupakan kapal yang memerlukan pemahaman yang berbeda dengan kapal container ataupun kapal general cargo, karena kapal tanker mempunyai kualifikasi khusus dalam penanganan muatan. Yang dimaksud dengan kualifikasi khusus adalah perbedaan dalam pengoperasian pembongkaran muatan dan pemuatan muatan serta persiapan khusus dalam pemuatan,sarana yang utama dalam pemuatan adalah line pipa beserta valve yang digunakan sebagai sarana penghubung antara tanki satu dengan tanki yang lainnya. Sedangkan untuk pembongkaran menggunakan sarana utama cargo pump beserta line pipa baru dapat dilakukan pembongkaran.
Maka hendaknya dalam perekrutan abk yang baru,diharapkan telah berpengalaman,sehingga diharapkan dapat dengan cepat mengerti mengenai tugas dan tanggung jawabnya diatas kapal. Karena untuk abk yang belum mempunyai pengalaman bekerja diatas kapal akan lebih lama memahami pekerjaan diatas kapal tanker,walaupun abk tersebut telah melaksanakan training mengenai operasional tanker.

2. ABK Kurang Memahami Mengenai Perawatan Alat-Alat Tank Cleaning,Alat-Alat Pengukur Gas,Serta Perawatan Terhadap Ruang Muat.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk kapal tanker adalah perawatan terhadap alat-alat tank cleaning beserta alat-alat pendukung lain serta perawatan terhadap tangki muatan untuk mengurangi karat yang ada di dalam tangki baik yang disebabkan oleh air laut yang digunakan untuk tank cleaning ataupun karat yang disebabkan oleh pengaruh muatan yang dimuat.Karena semakin banyak karat maka sisa minyak dapat menempel pada lapisan karat,hal lain yang perlu diperhatikan adalah karat dapat menimbulkan perubahan warna terhadap muatan apabila ada karat yang banyak di dalam tangki.
Untuk melakukan peningkatan pengetahuan abk terhadap perawatan alat-alat tank cleaning,alat-alat pengukur gas serta perawatan tangki muatan maka dilakukan beberapa hal antara lain :
a. Dilakukan training di kantor mengenai bagaimana perawatan alat-alat tank cleaning,alat-alat pengukur gas,serta perawatan ruang muat.

Hal utama untuk meningkatkan pengetahuan terhadap abk adalah diberikan training bagaimana perawatan alat-alat tank cleaning serta perawatan ruang muat,sehingga dalam pekerjaan diatas kapal,abk tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaannya. Dalam hal ini perekrutan abk yang dilakukan oleh kantor pusat harus benar-benar selektif dan benar-benar berpengalaman mengenai pekerjaan diatas kapal tanker baik mengenai perawatan ataupun pekerjaan lainnya.Maka untuk lebih meningkatkan abk sebelum naik bekerja diatas kapal dilakukan training mengenai kapal tanker untuk abk yang akan naik bekerja di atas kapal tanker.Sehingga abk walaupun belum pernah bekerja diatas kapal tanker akan memiliki dasar pengetahuan mengenai bagaimana perawatan alat-alat tank cleaning ,alat-alat pengukur gas,serta perawatan ruang muat.

b. Diberikan familiarisasi diatas kapal mengenai perawatan alat-alat tank cleaning,Pengukur Gas serta perawatan ruang muat.

Walaupun sudah dilakukan training di kantor pusat akan tetapi ada beberapa abk yang kurang memahami dengan baik akan training tersebut. Agar abk yang baru bekerja diatas kapal tanker tersebut dapat mengerti dan dapat mengimplementasikan training tersebut,hendaknya abk yang hendak sign off untuk memberikan penjelasan yang baik mngenai operasional serta pekerjaan yang perlu dikerjakan khususnya untuk pekerjaan perawatan alat-alat tank cleaning serta pekerjaan lainnya.
Selain itu untuk lebih meningkatakan pengetahuan terhadap abk dilakukan training diatas kapal atau diberikan penjelasan terhadap abk ,khususnya abk yang bekerja di deck oleh mualim satu. Adapun penjelasan itu antara lain :
i. Diberikan penjelasan mengenai fungsi dan perawatan butterworth yang sering digunakan untuk tank cleaning .Butterworth merupakan mesin yang digerakkan menggunakan tekanan air laut,sehingga apabila ada kotoran yang sudah terlalu lama akan menyebabkan kemacetan butterworth tersebut. Selain itu media yang digunakan untuk menggerakkan adalah air laut maka garam akan menumpuk pada alat tersebut. Untuk menghindari kemacetan apabila telah digunakan maka segera bersihkan alat tersebut menggunakan air tawar sehingga air laut yang ada di dalam butterworth tersebut akan bersih dan tidak terjadi penumpukan garam pada alat tersebut. Dan setelah dibersihkan segera dikeringkan dan merendam pada wadah yang berisi oli . Dengan demikian maka alat tersebut dapat terlumasi denagn baik dan apabila digunakan dapat bekerja dengan baik. Hal-hal lain yang harus dilaksanakan gar butterworth dapat dioperasikan dengan baik adalah dilaksanakan perawatan berkala. Dengan dilakukan perawatan 2 bulan sekali maka dapat membantu alat tersebut dapat berfungsi dengan baik apabila akan dipergunakan.
ii. Fan yang digunakan untuk melakukan kegiatan dalam pembebasan tangki harus benar-benar bekerja dengan baik, sehingga pada saat digunakan alat tersebut dapat menekan udara kedalam tangki dengan baik maka harus dilakukan perawatan dengan baik. Karena tenaga yang digunakan untuk menggerakkan fan adalah air laut maka dapat menimbulkan korosive terhadap alat tersebut. Apabila terjadi karat terhadap fan maka akan menimbulkan kurang maksimalnya tekanan udara yang dihasilkan oleh fan tersebut. Apabila fan tidak bekerja dengan maksimal maka gas dalam tangki akan teramat sulit keluar dari tangki tersebut. Perawatan awal yang mudah dilakukan antara lain adalah apabila setelah selesai digunakan segera lakukan pembilasan dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan air laut yang ada di fan tersebut. Apabila terjadi korosive terhadap alat tersebut lakukan perawatan fan secara continue dan terjadwal dengan baik. Karena karat yang ada pada body fan mengakibatkan kebocoran-kebocoran tekanan air yang mengalir pada fan tersebut. Selain itu perawatan yang lain adalah lakukan pengecatan terhadap fan tersebut sehingga air laut tidak menyirami secara langsung terhadap body fan dan mengurangi korosive yang diakibatkan oleh air laut. Karena kebocoran air laut yang disalurkan ke dalam line fan maka tenaga tekanan air akan sangat berkurang.
iii. Selain fan yang digunakan untuk pembebasan tangki ada alat pendukung yang harus digunakan untuk menentukan apakah tangki tersebut dapat dimasuki dan telah bebas dari gas yang berbahaya terhadap manusia atau tidak. Alat tersebut adalah oksigen meter dan gas tester dengan menggunakan alat tersebut maka dapat diketahui dengan benar. Adapun kekurangan dalam alat tersebut adalah menggunakan sumber tenaga dari battery, apabila batterry kurang bagus powernya maka penunjukkan terhadap gas dan oksigen dalam tangki tidak akurat atau tidak sesuai dengan sebenarnya. Kendala yang dialami adalah seringkali bahwa battery kurang dilakukan penggantian secara terjadwal dengan baik . Seringkali battery dibiarkan begitu saja tanpa ada penggantian sehingga menimbulkan kendala pada saat akan digunakan. Adapun penggantiannya dapat dilakukan selama setiap bulan. Untuk membantu keakuratan terhadap penunjukkan dari gas dan ksigen meter dapat dimintakan ke kantor pusat untuk dilakukan kalibrasi terhadap alat tersebut karena yang dapat melakukan kalibrasi adalah independent surveyor yang mempunyai keahlian untuk melakukan pekerjaan tersebut dan ditunjuk oleh perusahaan dan tdak dapat dilakukan oleh pihak kapal . Kalibrasi ini harus dilakukan setiap 2 tahun sekali. Jadi hendaknya kapal mempunyai masing-masing 2 buah untuk oksigen meter dan combustible gas detector. Apabila satu buah alat dilakukan kalibrasi maka ada satu buah alat lagi yang dapat digunakan untuk melakukan test terhadap tangki yang dilakukan pembebasan gas. Denagn demikian pekerjaan pembebasan tangki tidak terganggu selama salah satu tersebut berada di kantor pusat untuk di kalibrasi.
Dengan dilakukan training di kantor pusat dan familiarisasi diatas kapal maka diharapkan semua pekerjaan mengenai operasional kapal tanker tidak mengalami kendala sehingga tidak menyebabkan delay oleh pencharter sehingga kapal dapat beroperasi dengan baik aman dan nyaman . Karena bekerja di atas kapal tanker harus mengutamakan keselamatan hal yang utam perlu diperhatikan dalam bekerja di atas kapal tanker adalah factor keselamatan. Hal ini demikian terjadi karena dalam operasionalnya kapal tanker mengangkat muatan cair yang berbahaya baik kapal dalam keadaan kosong ataupun dapat menimbulkan pencemaran dalam keadaan ada muatan.Sehingga harus ditekankan untuk semua anak buah kapal untuk mencegah pencemaran di laut ataupun di semua perairan. Karena kadar pembuangan limbah minyak telah diatur didalam undang-undang dan apabila dilanggar akan mendapatkan hukuman pidana sesuai tidakan yang telah di langgar.



BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat dibuat oleh penulis dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pemberian familiarisasi dan pemahaman terhadap anak buah kapal diatas kapal mengenai prosedur tank cleaning yang benar ,dimana hal ini sangat perlu bagi kelancaran pekerjaan tank cleaning.
2. Mengadakan training bagi anak buah kapal dikantor pusat mengenai prosedur tank cleaning yang benar.
3. Pemberian familiarisasi terhadap anak buah diatas kapal mengenai perawatan alat-alat tank cleaning,alat-alat pengukur gas serta perawatan terhadap ruang muat .
4. Mengadakan training bagi anak buah kapal dikantor pusat mengenai perawatan alat-alat tank cleaning,alat-alat pengukur gas serta perawatan terhadap ruang muat.

SARAN
1. Kepada pimpinan diatas kapal hendaknya menentukan program familiarisasi yang disesuaikan waktu kerja diatas kapal mengenai prosedur tank cleaning yang benar guna meningkatkan kinerja,dan efisiensi pekerjaan tank cleaning diatas kapal
2. Kepada pimpinan dikantor pusat hendaknya memberikan training dengan waktu yang efesien,dan diberikan buku manual mengenai prosedur tank cleaning yang benar,guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia anak buah kapal yang akan bekerja diatas kapal.
3. Kepada pimpinan diatas kapal hendaknya menentukan program familiarisasi yang disesuaikan dengan waktu kerja diatas kapal, mengenai perawatan alat-alat tank cleaning,alat-alat pengukur gas,serta perawatan terhadap ruang muat.
4. Kepada pimpinan kantor pusat hendaknya diadakan training dikantor pusat dengan waktu yang efesien,dan diberikan buku manual mengenai perawatan alat-alat tank cleaning,alat-alat pengukur gas serta perawatan terhadap ruang muat, Guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bertujuan memberi kemampuan pola pikir dan pola sikap terhadap tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tugas dan tanggungjawab crew yang bersangkutan.






















DAFTAR PUSTAKA


1. Capt. Arso Martopo, M.Mar. (penyunting) (2008), International Safety Management(ISM) Code, Amanded in 2002, Jakarta:PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERHUBUNGAN LAUT.
2. DR.Verweys (2007), Tank Cleaning Guide,(Fourth Ed),London: International Maritime Organization.
3. Engkos Kosasih, M.Mar.E., S.E., M.M dan Capt.Hananto Soewedo, M.Mar.,S.E.,M.M.,Ph.D (2007 ), Manajemen Perusahaan Pelayaran:Suatu Pendekatan Praktis Dalam Usaha Pelayaran, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.





Readmore »»