Friday, February 13, 2009

Peranan Analisis Break Even Point Dalam Penetapan Tarif Angkutan Laut Di Indonesia Wilayah Barat Pada MT.SOECHI PRATIWI Pada PT. Sukses Ocean Khatulis

NAMA : MUHAMMAD ARIF
NIP : 244 308 003
TUGAS : PROPOSAL SEMINAR


NAMA : MUHAMMAD ARIF
NIP : 244 308 003
TUGAS : PROPOSAL SEMINAR
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang masalah

Indonesia adalah negara kepulauan (Archipelagic State) dengan jumlah pulau-pulau yang sangat banyak sekali dan telah ditetapkan oleh Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) III, tahun 1982 yang kemudian diratifikasi pada tahun 1985 dan telah di akui oleh Hukum Internasional pada tahun 1994. Indonesia sebagai negara kepulauan jelas sangat banyak memiliki keunggulan alamiah, dua pertiga wilayah negara Indonesia adalah lautan dengan panjang garis pantainya yang kedua di dunia setelah Kanada dan letak geografisnya yang berada pada posisi silang pada dua benua dan dua samudra. Hal ini merupakan faktor geografis yang sangat menguntungkan bagi bangsa Indonesia dan juga usaha dunia pelayaran Indonesia yang sebagaimana telah dicanangkan kembali dalam Asas Cobutage pada tanggal 28 Maret 2005 Inpres No. 5 Tahun 2005. Dalam asas Cobutage di harapkan dapat melindungi usaha dunia pelayaran Nasional kita dalam pengangkutan muatan dan pendistribusian muatan / barang di perairan Indonesia, dengan demikian diharapkan dunia usaha pelayaran Nasional dapat menjadi tuan rumah di Negara sendiri.
PT. Sukses Osean Khatulistiwa Linesa ( Soechi Lines ) merupakan suatu perusahaan pelayaran niaga swasta Indonesia yang bergerak di bidang pengangkutan muatan dengan kapal laut yang melayani wilayah domestik Indonesia dan Asia dalam bentuk kapal tanker. PT. Soechi Linesi memiliki kapal yang terdiri dari;

1. MT.SUKSES XI GT.3500O
2. MT. ALISA GT.30000
3. MT. SOECHI PRATIWI GT.4800
4. MT.SOECHI ANINDYA GT.5500
5. MT.SOECHI LAKSMANA GT.4300
6. MT.CHRISTIN GT.3400
7. MT.SILVIA GT.2500
8. MT.CHEMICAL I GT3500
9. MT.CHEMICAL 7 GT3000
10.MT.CHEMICAL XVIII GT5000
11.DAN 12 KAPAL LAINNYA
Selain itu PT. Soechi Lines juga harus bersaing dengan perusahaan pelayaran Indonesia lainnya yang antara lain dari perusahaan pelayaran BUMN dan swasta, juga tidak luput juga persaingan dengan perusahaan pelayaran asing lainnya yang semakin banyak jumlahnya secara gross tonnage di dunia ini dan juga memiliki kwalitas yang sangat baik, maka menimbulkan banyak masalah dalam penetapan tarif angkut atau tarif uang tambang, hal ini dikarenakan menyangkut tarif jasa angkutan yang ditawarkan perusahaan pelayaran dan juga tingkat kesesuian dengan permintaan pasar, namun pada jalur pelayaran di Indonesia Wilayah barat,dengan persaingan armada yang cukup banyak.barang atas muatan hasil industri untuk wilayah Indonesia barat. Sehingga pada perusahaan PT. Soechi Lines dengan mengoperasikan kapalnya (MT.SOECHI PRATIWI) pada PT.PERTAMINA apakah menguntungkan atau tidak, karena itu untuk menyelesaikan atau memecahkan permasalahan tersebut maka digunakanlah teori analisis titik impas atau Break Even Point Analysis.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menganalisa permasalahan ini dan mengambil judul “ Peranan Analisis Break Even Point Dalam Penetapan Tarif Angkutan Laut Di Indonesia Wilayah Barat Pada MT.SOECHI PRATIWI Pada PT. Sukses Ocean Khatulistiwa Lines tahun 2005-2008 “




B. Perumusan masalah
1. Identifikasi masalah
a. Adanya kecendrungan peningkatan jumlah produktifitas muatan hasil industri yang di angkut kapal MT.SOECHI PRATIWI pada wilayah Indonesia Barat.
b. Penetapan tarif angkutan laut untuk wilayah Indonesia Barat yang cukup bersaing.
2. Pembatasan masalah
a. Penetapan atau penentuan tarif angkutan laut pada MT.SOECHI PRATIWI dari tahun 2005-2008 untuk Wilayah Indonesia Timur
b. Dengan menggunakan analisis BEP (Break Even Point)
3. Pokok masalah
a. Bagaimana produktifitas muatan hasil industri yang di angkut kapal MT.SOECHI PRATIWI pada wilayah Indonesia barat ?
b. Bagaimana cara penetapan Tarif angkutan laut Pada MT.SOECHI PRATIWI di wilayah Indonesia Barat tahun 2005-2008 ?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian adalah :
a. Untuk mengetahui nilai margin of safety dan nilai margin of safety ratio pada jenis muatan yang dipilih.
b. Untuk mengetahui tarif uang tambang angkutan laut yang telah ditetapkan PT. Soechi Lines dari tahun 2005-2008 untuk wilayah Indonesia Barat dapat bersaing.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai bahan perbandingan dalam mengetahui tarif uang tambang angkutan laut.
b. Sebagai referensi yang ingin memperdalam penelitian tentang penetapan tarif angkutan laut dalam BEP untuk wilayah Indonesia bagian Barat
D. Metodologi penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode evaluasi.
“Penelitian evaluasi dapat dinyatakan sebagai evaluasi, tetapi dalam hal lain juga dapat dinyatakan sebagai penelitian. Sebagai evaluasi berarti hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan “(Sugiyono 9 : 2006)
Kesimpulan penulis dalam penelitian ini, menggunakan metode penelitian evaluasi. Metode evaluasi merupakan suatu evaluasi, juga dapat dinyatakan sebagai penelitian yang berfungsi menjelaskan suatu fonemena dan metode evaluasi mempunyai dua jenis bentuk penelitian yaittu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian lapangan (Field Research)
Dengan menggunakan metode observasi. Penulis mengadakan pengamatan dan mencatat hal-hal yang berkaiatan dengan masalah penelitian, maka penulis melakukan observasi di perusahaan tempat penulis bekerja untuk mengumpulkan data primer.
b. Penelitian kepustakan (Library Research)
Penulis mengadakan pengamatan dan penelitian dengan mempelajari literature, diktat kuliah, jurnal dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dalam penyusunan skripsi ini. Tujuannya untuk memperoleh data sekunder.
c. Wawancara
Dengan melakukan wawancara atau interview kepada para manajer, DPA
(Designeted Person Authority) dan Nakhoda beserta karyawan lainnya.
3. Teknik analisis data
a. Menggunakan Teknik Analisis Evaluasi atau Perbandingan.
Dengan mengevaluasi atau membandingkan data-data perusahaan yang ada dari tahun ketahun. Sebagai evaluasi berarti hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standard program yang telah ditetapkan dan alat yang digunakan dalam menganalisis data-data dari perusahaan pelayaran adalah dengan menggunakan analisis titk impas atau break even point analysis
Rumus yang digunakan diambil dari diktat Manajemen Transportasi
Pengarang : Prof. Capt. Hananto Soewedo M.Mar. SE. MM. PhD.
Ada dua cara dalam pemecahan Titik Impas (BEP) :
1. Dengan rumus matematika/aljabar
2. Dengan menggunakan grafik


BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam melaksanakan analisis ini, dibutuhkan teori-teori yang relevan sesuai dengan topik permasalahan dan dijadikan sebagai landasan teori dengan dasar pertimbangan-pertimbangan yang menunjang untuk pemecahan masalah dalam topik ini sehingga dapat di tarik kesimpulan yang lebih obyektif.
Pemberian batasan pada landasan teori ini adalah bertujuan untuk memberikan ketegasan tentang teori-teori yang akan di bahasa dan tentunya teori yang berdasarkan para pakar di bidang yang sedang penulis teliti ini.
A. Pengertian Uang Tambang dan Pengertian Muatan Kapal Laut
1. Pengertian uang tambang atau freight menurut para pakar adalah;
“Uang tambang atau freight adalah imbalan yang dibayarkan kepada pengangkut bagi pengangkutan dan penyerahan barang dengan selamat” (Sudjatmiko. 2007:129)
“Sebagai imbalan atas pemberian jasa ruangan kapal untuk pengangkutan dan penumpang, maka kapal menarik “uang tambang” yang dikenal dengan istilah cargo freight dan passenger freight” (Abbas Salim.1995:16)
“Amount of money paid to shipowner or shipping line for the carriage of cargo” (Petter Brodie.1999:164)
Artinya: Sejumlah uang yang dibayarkan kepada pemilik kapal atau perusahaan pelayaran untuk pengangkutan muatan/barang
Pendapatan freight atau uang tambang, mengenai hal ini Hananto Soewedo dan Engkos Kosasih (2007:208) menjelaskan: adalah balas jasa angkutan laut untuk menyampaikan muatan/barang dari pelabuhan muat sampai dengan pelabuhan tujuan. Ada freight prepaid yang dibayar di pelabuhan muat dan ada freight collect yang dibayar dipelabuhan tujuan.
“Ungkapan freight ton atau shipping ton berhubungan dengan ton yang menjadi dasar tagihan uang tambang, apakah ukuran atau berat” J.Bes ( 1981:51)
Maka kesimpulan penulis tentang uang tambang ;
Uang tambang adalah uang yang di bayarkan sebagai imbalan dari jasa pengangkutan barang atas jasa penyediaan ruangan untuk muatan/ruang muat.baik berupa barang atau pun orang oleh pihak kapal dan mengangkutnya sampai dengan kepelabuhan tujuan dengan aman dan selamat untuk di serahkan kepada pemilik muatan (consignee) atau turun dari kapal di pelabuhan tujuan dengan aman dan selamat.
Pada kenyataanya dalam praktek, biasanya carrier dan shipper menetapkan cara pembayaran uang tambang oleh shipper atau cosignee kepada carrier, bagi jasa angkutan laut yang mereka pergunakan.
Ketentuan mengenai itu tertera dalam klausal uang tambang di bayar dimuka( freight prepaid) atau dengan freight payable as destination atau biasa juga disebut dengan freight collect (uang tambang dibayar di pelabuhan tujuan), dan ada juga yang menetapakan klausal freight payable as arranged (uang tambang di bayar sesuai persetujuan) dimana hal ini dituangkan dalam syarat pembayaran di dalam B¬¬¬/L masing-masing.
Dengan demikian semuanya menunjukan tentang cara-cara pembayaran uang tambang secara jelas, tegas, dan pasti, terkecuali pada jenis pembayaran dengan klausal freight payable as arranged di karenakan tidak tampak terlihat dari luar, contohnya; pada pihak pembeli B/L tentang berapa besarnya nilai uang tambang yang sudah dibayarkan atau akan dibayarkan dan bagaimanakah cara bentuk arrangement pembayaran tersebut.
a.1 Prinsip-prinsip Penetapan Tarif Angkutan Laut
Prinsip penetapan tarif angkutan laut menurut (F.D.C. DSudjatmiko 130 : 2007) menerangkan, Penetapan tinggi rendahnya tarif uang tambang angkutan laut yang harus dibayarkan terhadap penggunaan ruang muatan yang dipakai oleh pemuatan muatan merupakan suatu bagian yang paling penting dalam konstelasi pengangkutan pada umumnya dan khususnya pada angkutan laut. Penetapan tarif angkutan adalah sangat penting sekali dilakukan dengan benar dan tepat sasaran dan memperhitungkan dari nilai Break Even Piont untuk suatu jenis muatan yang diangkut dan juga jarak tempuh ke pelabuhan tujuan, hal ini mengingat bahwa maju atau mundurnya perusahaan, perdagangan, dan prekonomian tegantung dari pada penetapan tarif angkutan tersebut.
Akibat yang ditimbulkan terhadap masalah ini adalah bukan sedikit kekacauan yang timbul akibat tidak adanya kejelasan tentang penetapan tarif angkutan yang disepakati oleh dunia usaha pelayaran baik untuk pelayaran domestik maupun foreign going, hal ini timbul karena adanya tingkat persaingan yang tidak sehat antara perusahaan pelayaran leader dengan perusahaan pelayaran sebagai challenger. Umumnya yang terjadi perusahaan challenger menetapkan rate tarif angkutan lebih rendah dari perusahaan leader bahkan mungkin jauh dibawahnya dengan memberikan discount yang hampir jauh dibawah rate normal suatu tarif angkutan laut (discount<50%) feright="Tonage/Ton)"> 1,116 M³/ ton maka dikenakan tarif atas dasar volume atau freight of measurement (Freight = Volume /M³)
c. Pada hal-hal lainnya pengangkut berhak menetapkan ketentuan untuk tarif angkutannya berdasarkan keputusan dari Carrier atau pengangkut yaitu mixing weight or measurement. Ketentuan ini diberlakukan pada muatan dengan cara packaging (pengepakan)yang tidak seragam, sehingga mempunyai perbandingan volume dan bobot tidak semuanya dalam ukuran yang sama.
2. Pengertian muatan kapal laut menurut para pakar ;
Adapun pengertian muatan kapal laut menurut para pakar adalah;
“Segala macam barang dan barang dagangan (goods and merchandise) yang diserahkan kepada pengangkutuntuk diangkut dengan kapal, guna diserahkan kepada orang atau badan hukum di pelabuhan tujuan” (Sujatdmiko. 2007:64)
“Semua jenis komoditas termaksud hewan yang dibongkar/muat dari dan ke kapal” (Suranto. 2004:178)
Maka kesimpulan penulis tentang muatan ;
Muatan kapal adalah segala sesuatu jenis komoditas baik untuk yang akan diperdagangkan atau untuk distribusi kemanusiaan yang diangkut dengan menggunakan kapal laut dan disertakan dengan dokumen pemuatan/pengapalan untuk suatu pelabuhan tujuan yang ditentukan dan agar diserahkan kepada si penerima muatan (consignee) yang ditunjuk sesuai dengan dokument kepemilikan muatan tersebut.
Sedangkan banyaknya muatan yang diangkut untuk satu kali pelayaran (one round voyage) oleh kapal adalah tergantung dari cargo capacity and DWT (Dead Weight Ton)
Bagi pengangkutan laut, muatan adalah suatu sumber penghasilan bagi suatu perusahaan pelayaran niaga, dengan berbagai cara yang dilakukan oleh perusahaan pelayaran guna mendapatkan muatan untuk diangkut ke kapalnya dengan sebanyak-banyaknya. Jadi muatan kapal adalah suatu obyek pengangkutan laut dimana perusahaan pelayaran mendapatkan penghasilan atau earnig guna penentuan kelangsungan hidup perusahaannya tersebut.
B. Pengertian produktivitas
Produktivitas yang dimaksudkan disini yaitu suatu yang lebih mengarah kepada alat dan bukan kepada sumber daya manusia dan yang memang tidak dapat dipungkiri bahwa ouput alat pun bergantung pada kualitas sumberdaya manusia dibalik alat tersebut namun hal tersebut tidak akan dijelaskan lebih jauh oleh penulis.
Produktivitas ialah sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu. (Sinungan Muchdarsyah. 2000:8)
Menurut Bayu Swasha dan Ibnu Sukotjo (1995:281 ), produktivitas ialah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang dan jasa yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa produktivitas merupakan hasil perbandingan antara hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan pada satu satuan waktu terhadap tingkat input sumber daya selama periode tertentu.
Dalam hal ini yang akan menjadi fokus dari penulis yaitu tingkat produktivitas muatan hasil industri yang diangkut oleh kapal laut, dengan mengunakan teknik pengevaluasian jumlah muatan yang di angkut dan menggunakan konsep dari analisis titik impas.
C. Analisis Titik Impas atau Break Even Point Analysis
“Break Even Point dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan didalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita rugi” (Syafaruddin Alwi.MS. 1994 : 265)
“Analisis titik impas dalam oprasional transportasi laut, analisis titik impas dapat digunakan untuk menghitung jumlah muatan yang harus diangkut oleh kapal agar dalam operasional tidak mengalami kerugian atau keuntungan” (Hananto Soewedo. 2001 : 18)
“Hubungan antara besarnya pengeluaran investasi dan volume yang diperlukan untuk mencapai profitabilitas disebut analisis pulang pokok (breakeven point analisys). Analisis pulang pokok merupakan alat untuk menentukan titik dimana penjualan akan impas menutupi biaya-biaya” (J.Fred Weston & Thomas E. Copeland 1995 : 298)
“Sebuah metode penetapan harga yang didasrkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya adalah dengan analisa break event ” (Basu Swastha.DH. 1984:159)
“Analisis pulang pokok (breakeven analysis) sering juga disebut analisis kontribusi laba-merupakan teknik analisis penting yang digunakan untuk mempelajari hubungan-hubungan antara biaya, penerimaan, dan laba” (Lincolin Arsyad. 1993:274)
Maka kesimpulan dari keempat teori diatas adalah Break Even Point merupakan suatu titik dimana perusahaan masih dapat mengikuti permintaan pasar dan mengoperasikan tanpa memperoleh kentungan dan atau juga menderita kerugian. Jadi dengan titik impas (break even point) hanya menjalankan usahaanya dan mendapatkan hasil usahaanya dalam bentuk modal pokok saja.

1. Konsep Dari Analisis Titik Impas
Mengenai konsep analisis titik impas, Hananto Soewedo (59:2007) menjelaskan : Konsep analisis titik impas ini dapat diaplikasikan Penggunaannya bagi kapal-kapal yang mengangkut muatan yang bersifat Homogeneus terhadap suatu pelayaran baik berupa Bulk (muatan curah) ataupun berupa Cargo in Bags (muatan dalam karung-karungan), akan tetapi bagi kapal yang barng yang modern atau konvensional / Break Bulk dimana muatannya pada umumnya adalah muatan yang bersifat General Cargo (muatan campuran) atau muatan Heterogeneous sebaiknya dianjurkan menggunakan konsep Expanded Break Even Analysis For Multy Products, begitu juga untuk kapl-kapl full container, dalam kalkulasi yang berhubungan dengan Analisis Titik Impas dapat dibedakan dari sudut ukuran panjang container yaitu 20’ , 35’ , 40’ dan 45’ sebagai komoditi yang bersifat Heterogen. Akan tetapi apabila ukuran panjang ini dijabarkan dalam TEUS (Twenty Equivalent Unit’s), maka muatan dalam container dapat dianggap sebagai komoditi yang bersifat Heterogeneus.
Secara praktisi dikapal, Break Even Point dapat dilihat pada kondisi yang dinamakan dengan full and down, dimana suatu keadaan tercapainya maximum capacity cargo hold and maximum daft (merkah kembangan/plimsol mark) sehingga perusahaan dapat mengetahui nilai break even pointnya atau mendapatkan break even pointnya.
Penulis dalam skripsi ini menggunakan konsep analisis titik impas karena muatan yang diangkut oleh kapal KM. SILUMBA yang merupakan tempat penulis mengadakan penelitiaan melakukan kegiatan pengoperasian kapalnya dengan cara memuat muatan bersifat homogeneous saja.
Dalam dunia usaha, baik yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa, tidak pernah terlepas akan biaya-biaya variabel dan biaya tetap sebagai pengeluaran bagi perusahaan tersebut selama usaha tersebut masih bergerak. Dalam analisis titik impas ini dipengaruhi biaya-biaya yang harus di keluarkan untuk menunjang pengoperasian usahanya tersebut atau organisasinya. Adapun penjelasan mengenai biaya sebagai berikut :
a). Biaya variabel (variable cost) menurut para pakar ;
Syafaruddin Alwi. MS (1994:266) menjelaskan: merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan. Perubahan ini tercermin dalam biaya variabel secara total. Sehingga dalam pengertian ini, variabel cost dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
“Jenis-jenis biaya yang naik turun bersama-sama dengan volume kegiatan” (Soehardi Sigit. 1990:5)
“Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya jumlah hasil” (Basu Swastha D.H. dan Ibnu Sukotjo. 1991:217)
“Biaya variabel ialah biaya yang besarnya berubah tergantung pada biaya pengoprasian alat pengangkutan” (Abbas Salim. 1997:40)
Maka dari empat pengertian yang tersebut diatas tentang biaya variabel dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah mengikuti jumlah volume penjualan yang dihasilkan dari suatu usaha atau organisasi.
Pada perusahaan pelayaran, biaya variabel ditentukan dari hasil pengopersian kapal sebagai alat angkut, besaran biaya variabel juga ditentukan oleh kelas dari suatu pelabuhan tujuan dan bendera kapal yang digunakan sebagai sarana pengangkutnya. Disini dapat kita ketahui beberapa biaya yang masuk dalam biaya variabel, yaitu;
a) Fuel oil
b) Fresh water
c) Loading/unloading
d) Port expense
e) Stevadoring

Sehingga biaya variabel dalam pengoperasian kapal sebagai angkutan dikenal juga adanya biaya disbursement kapal. Biaya disbursement kapal adalah biaya yang harus dkeluarkan kapal untuk pengoperasian kapalnya selama kapal tersebut berada di pelabuhan.
b). Biaya tetap (fixed cost) menurut para pakar ;
Mengenai hal ini Lincolin Arsyad (1993:258) menjelaskan: biaya-biaya yang tidak tergantung pada tingkat output disebut biaya tetap (fixed cost) termaksud juga bunga pinjaman modal, biaya sewa peralatan dan pabrik, tingkat depresiasi yang ditetapkan, pajak kekayaan, dan gaji para manajer eksekutif (direksi).Karena semua biaya jangka panjang ini bersifat variable, maka konsep biaya tetap hanya terbatas untuk analisis jangka pendek saja. Biaya tetap (Fixed Cost) selalu konstan tanpa memandang berapa pun jumlah output yang dihasilkan, maka FC tersebut ditunjukan oleh garis yang mendatar. Grafik pulang-pokok memungkinkan seseorang memusatkan perhatiannya tehadap unsur-unsur pokok dari laba seperti: penjualan, biaya tetap (FC), dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah: “Jenis–jenis biaya yang selama satu priode kerja adalah tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan” (Soehardi Sigit. 1990:4)
“Biaya yang dikeluarkan tetap setiap bulannya” (Abbas Salim. 1997: 40)
“Biaya yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk setiap tingkatan sejumlah hasil yang diproduksi” (Basu Swastha. D.H dan Ibnu Sukotjo.1991:217)
“Jenis biaya yang selalu tetap, dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama priode tertentu” (Syafaruddin Alwi, M.S. 1994:267)
Kesimpulan tentang biaya tetap oleh penulis, biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu badan usaha, perusahaan, atau juga oleh suatu organisasi yang tetap jumlah pengeluarannya dan tidak tergantung oleh besar-kecilnya hasil yang didapatnya sehingga disebut dengan biaya yang konstant.
c).Biaya total (total cost)
“Biaya total (TC) adalah merupakan seluruh biaya yang akan di keluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain, biaya total ini merupakan jumlah dari biaya variabel dan biaya tetap” (Basu Swastha D.H. 1991:217)
“Biaya total adalah merupakan jumlah biaya tetap dan biaya variabel atas jumlah barang yang di produksi atau dihasilkan” (Martono, SU dan Agus Harjito. M 2001 : 269)
Kesimpulan biaya total menurut penulis adalah jumlah dari keseluruhan biaya-biaya yang harus atau akan dikeluarkan dari jumlah kedua biaya variabel dan biaya tetap atas hasil yang produksi yang dihasilkan atau akan direncanakan.
D. Teori Analisis Titik Impas atau Break Even Point
Teori analisis titik impas dapat digunakan bagi kapal laut dalam operasionalnya, mengenai hal ini Hananto Soewedo (58 : 2007) menjelaskan : Dalam operasional angkutan laut, analisis titik impas dapat digunakan untuk menghitung muatan yang dapat diangkut oleh kapal agar dalam operasionalnya tidak mengalami kerugian atau keuntungan. Dengan kata lain sampai berapa banyak muatan yang harus diangkut oleh kapal mengalami impas dalam operasionalnya. Konsep titik impas ini merupakan paduaan antara biaya, kuantitas muatan dan laba yang didapat (Cost, Volume and Profit).
Untuk menentukan penetapan tarif minimum muatan kapal laut, dapat digunakan teori break even point analysis atau analisis titik impas. Rumus yang digunakan diambil dari diktat Manajemen Transportasi, pengarang : Prof. Capt. Hananto Soewedo M.Mar. SE. MM. PhD.
Ada dua cara dalam perhitungan Titik Impas (BEP) ;
1. Menggunakan Grafik (Graph Method)
Grafik Break Even Point di halaman berikut ;

Grafik titik impas ini memungkinkan seseorang dapat mengkonsentrasikan kepada unsur-unsur pokok dari laba seperti penjualan, biaya tetap (FC), biaya variabel ( VC), kemudian grafik titik impas ini merupakan analisis linier yang dilukiskan mulai dari tingkat out put dimana sama dengan nol dan hingga dengan tingkat out put yang paling tinggi, sehingga grafik titik impas impas ini menggambarkan sekitar output tertentu yang relevan saja dan dalm kisaran tersebut fungsi linier mempunyai kemungkinan yang sangat tepat.

2. Dengan menggunakan rumus matematika / aljabar
Rumus Break Even Point (BEP) ;
2.1. BEP volume : FC
CM/Ton

2.2 BEP nilai : FC
CMR
Untuk menghitung perencanaan laba yang didapat, maka dapat digunakan juga konsep analisis titik impas ini sebagai perhitungannya, maka secara aljabar di uraikan rumus diatas menjadi seperti berikut dengan P sebagai profit ;
2.3. BEP volume : FC + π /P
CM / Ton

2.4. BEP nilai : FC + π /P
CMR
Konsep analisis titik impas juga dapat digunakan untuk menghitung ;
2.5. Margin of Safety (MS) : Pendapatan bersih – BEP nilai
2.6. Margin of Safety Ratio (MSR) : ____ MS______
Pendapatan Bersih
Sedangkan rasio keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan Rasio Marginal Keamanan (Margin Of Safety Ratio) Marginal Kontribusi Rasio ;
2.7. P = CMR x MSR
2.8. Penentuan harga berdasarkan kebijakan 10-20 % dari BEP margin profit
Keterangan :
FC : Fixed Cost
CM : Contribution Margin
CMR : Contribution Margin Ratio
π /P : Profit
MSR : Margin Of Safety Ratio
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan break even point sebagai dasar untuk menentukan penetapan tarif angkutan laut adalah :
a) Pendapatan dari uang tambang kapal (KM. SILUMBA)
b) Biaya-biaya yang dikeluarkan
c) Kapasitas ruang muat
d) Volume muatan yang diangkut
Teori titik impas ini dapat membantu pimpinan perusahaan untuk mengambil keputusan atau kebijakan dalam menentukan dasar perencanaan laba minimum angkutan laut dan langkah-langkah perusahaan, antara lain;
a) Batas jumlah muatan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
b) Sebagai patokan bagi nilai uang tambang yang harus dicapai perusahaan agar memperoleh keuntungan tertentu
c) Seberapa jauhkah, atau berkurangnya jumlah muatan agar perusahaan tidak mengalami kerugian
d) Untuk mengetahui effek perubahan jumlah muatan yang di angkut, biaya dan pendapatan total pada jumlah muatan tersebut tehadap kentungan yang akan diperoleh.
Sedangkan unsur-unsur dalam break even point atau titik impas yang dapat digunakan sebagai acuan dasar untuk menetapkan suatu dasar perencanaan laba minimum angkutan laut bagi perusahaan pelayaran adalah :
a) Biaya rendah
b) Volume naik tinggi
c) Profit tinggi
Menurut Hananto Soewedo (2001 : 14) syarat analisis break even point adalah ;
a) Untuk diaplikasikan pada kapal dengan muatan homogeneos
b) Harus diketahui jumlah muatan yang diangkut oleh kapal
c) Harus diketahui pendapatan bersih dari kapal
d) Harus diketahui biaya variabel dan biaya tetap.

Konsep titik impas dari Hananto Soewedo ini yang saya gunakan untuk menghitung dan menganalisa BEP pada kapal MT.SOECHI PRATIWI milik PT.SOECHI LINES.
Selain digunakan untuk menghitung nilai BEP juga digunakan untuk menghitung Margin of Safety karena terjadinya peningkatan jumlah muatan semen Tonasa in bag’s untuk Indonesia Wilayah Timur. Selama satu tahun terakhir ini, jelaslah hal tersebut sangat berpengaruh dan mempunyai peranan penting dalam penetapan biaya tarif angkutan(uang tambang) untuk Indonesia Wilayh Timur yang kompetitif.
E. Teori Analisis Deret Berkala
Menurut para pakar, analisis deret berkala (Time Series)“ Merupakan suatu cara penyusunan nilai data observasi berurutan dari waktu kewaktu atau dengan kata lain Analisis deret berkalamerupakan alat untuk memepelajari perubahan suatu nilai variabel dan alat untuk mempelajari perubahan nilai variabel dinamakan Analisis Regresi. ” Adenan Suhalis (1995 : 159)
Menurut teori klasik terhadap analisis deret berkala dibagi kedalam empat kelompok yang dapat mempengaruhi nilai variabel dari waktu ke waktu yaitu; ternd sekular, fluktuasi skilis, variasi musim, dan gerak tak beraturan.
Disini penulis membatasi terhadap trend sekular dengan metode tangan bebas.
1. Pengertian umum trend sekular
Merupakan gerakan yang berjangka panjang, bergerak lambat dan cendrung menurut kesuatu arah, menaik atau menurun.” (Adenan suhailis. 1995 : 159) Trend sekular yang linear digunakan dalam kondisi yang berjangka pendek, karena apabila garis linear sudah agak mendatar, penggunaan trend linear tidak efekti lagi harus menggunakan trend non linear.
2. Metode tangan bebas.
Merupakan cara yang lebih sederhana dan mudah dibandingkan dengan metode lainnya karena tidak menggunakan rumusa-rumusan tertentu, tapi cukup melihat gambaran secara grafik dari data yang tersedia.