Sunday, June 7, 2009

STUDI IMPLEMENTASI ISO 9000 : 2000 PADA PERUSAHAAN KONSTRUKSI

Indra
Jurusan STMT Trisakti
STMT Trisakti


Abstract
Systematic quality management could reduce cost of defect of product and service. Therefore a standard is required to do
efficient work by creating quality consistency. In the year 2004, LPJK released a regulation that large construction com
categorized as B grade have to apply system of quality management of ISO 9000:2000. Context of this study is to analyze
quality management that employ in construction firms in Makassar and to identify processes which can be improved to obtain
optimal customer satisfaction and continuous improvement. This research cover tools and system of quality management,
quality
document,
quality
system,
quality activity in company, quality dimension, culture of quality, and process approach in quality system. Research show that
construction firms in Makassar have accommodated quality system in their business, its indicated by most of construction
company have special unit on quality, quality document, system of quality and quality activity that supporting process for
quality management. Level of Quality system at company applying ISO 9000:2000 is laid on steps of quality assurance.
Spearman Correlation test show quality cultures and activities have significantly affected quality processes within construc
firms.
Key words: Quality, Management system, ISO 9000:2000, Process, Implementation.
Abstrak
Pengelolaan mutu yang sistematik dapat mengurangi biaya kegagalan produk dan jasa. Oleh karena itu diperlukan standar
untuk melakukan pekerjaan yang efisien dengan menciptakan konsistensi mutu. Peraturan LPJK pada tahun 2004
mensyaratkan perusahaan konstruksi berkategori B (besar) untuk menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9000:2000. D
konteks tersebut studi ini bertujuan untuk menganalisa manajemen mutu yang ada pada perusahaan konstruksi yang ada di
Makassar
dan mengetahui proses-proses yang dapat diperbaiki guna memperoleh kepuasan pelanggan yang optimal dan peny
berkelanjutan. Penelitian ini meliputi kelengkapan dan sistem manajemen mutu, dokumen mutu, sistem mutu, alat-alat mutu
yang digunakan, kegiatan mutu dalam perusahaan, dimensi mutu, budaya mutu,dan pendekatan proses dalam sistem mutu. Dari
penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil perusahaan konstruksi di Makassar sudah mengakomodasi sistem mutu dalam
perusahaannya yang ditandai dengan sebagian besar perusahaan konstruksi telah memiliki unit kerja khusus dibidang m
dokumen mutu, sistem mutu dan kegiatan mutu yang menunjang proses dari manajemen mutu. Tingkatan sistem mutu pada
perusahaan yang menerapkan ISO 9000:2000 terletak pada tahapan penjaminan mutu. Uji korelasi Spearman menunjukkan
bahwa budaya mutu dan kegiatan mutu mempengaruhi secara signifikan proses mutu yang ada di dalam perusahaan konstruksi
Kata kunci: Mutu, Sistem Manajemen, ISO 9000:2000, Proses, Implementasi.
1. PENDAHULUAN
Mutu merupakan salah satu tujuan dan sekaligus indikator kesuksesan suatu proyek konstruksi terutama oleh
pemilik proyek (owner) terhadap produk dan jasa layanan pelaksana konstruksi (kontraktor). Dalam konteks ini,
mutu dianggap sebagai salah satu elemen kunci dari metode dan teknik manajemen proyek konstruksi. Sebagai
konsekuensinya, sistem manajemen mutu harus diterapkan baik di tingkat perusahaan (corporate level) maupun di
proyek (project level).
Project Management Institute (PMI, 2000) menyatakan bahwa manajemen mutu proyek merupakan proses
diperlukan untuk meyakinkan bahwa proyek akan memenuhi harapan dan kebutuhan, termasuk semua kegiatan dari
semua fungsi manajemen yang menentukan kebijakan, tujuan dan tanggung jawab mutu, da
mengimplementasikannya sedemikian hingga seperti perencanaan mutu (quality planning), penjaminan mutu
(quality assurance), pengendalian mutu (quality control) dan penyempurnaan mutu (quality improvement).
ISO 9000 adalah salah satu standar sistem manajemen mutu internasional yang dapat diterapkan baik indu
manufaktur maupun jasa konstruksi untuk penyempurnaan mutu prosedur dan produk. Adapun tahapan yang
diperlukan untuk menerapkan standar sistem manajemen mutu ISO 9000 adalah mulai dari tahap persiap
implementasi hingga sampai kepada tahap sertifikasi. Sertifikasi ISO 9000 dalam industri konstruksi telah diter
secara meluas oleh banyak negara termasuk Indonesia, dan jumlah sertifikat untuk perusahaan konstruksi bertambah
dari tahun ke tahun.
2. TUJUAN DAN METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian
________________________________________
Page 3
2 of 9
ini dilakukan pada beberapa perusahaan konstruksi di Makassar untuk mengetahui sejauh mana penerapan konsep
dan praktek-praktek standar ISO 9000 di dalam organisasi perusahaan dan batasan jarak yang ada dalam penerap
ISO 9000 dalam perusahaan konstruksi tersebut..
Bahasan penulisan ini terfokus pada studi penerapan standar/sistem manajemen mutu
perusahaan-perusahaan
konstruksi
di
Makassar
dengan merujuk kepada standar/sistem manajemen mutu ISO 9000:2000. Adapun batasan masalah dari penulisan
ini adalah sebagai berikut:

Pendekatan proses sistem manajemen mutu yang dipakai adalah pada tingkat perusahaan bukan pada tingk
proyek

Perusahaan Konstruksi yang menjadi target sampel adalah perusahaan konstruksi berkualifikasi besar (B) di
kota
Makassar
baik yang belum atau sudah menerapkan sistem/standar manajemen mutu ISO 9000 : 2000. Perusahaan
kualifikasi kecil (K) atau Menengah (M) tidak dilibatkan dalam penelitian ini.

Alat analisis yang digunakan adalah self assessment list ISO 9000:2000 dari Australian & New Zealand
Standard (AS/NZS ISO 9004:2000)

Klausul yang dipakai adalah klusul 4 (empat) dan klausul 5 (lima). Dimana pada klusul 4 (empat) berisi sistem
manajemen kualitas dimana pada kalusul ini banyak menekankan pada kebutuhan umum untuk penerapan IS
9001 : 2000. Sedangkan pada klausul 5 (lima) berisi tanggung jawab manajemen dimana pada klaus
tanggungjawab manajemen dalam mendefinisikan kebijaksanaan, sasaran perencanaan dan sistem manaje
kualitas yang dibutuhkan ketika mempersiapkan umpan balik melalui peninjauan kembali terhadap manajem
untuk merubah peraturan dan menemukan proses yang dapat memperbaiki ke depan.
Dalam penelitian ini digunakan metode angket atau kuesioner. Selain itu juga diadakan interview (wawan
apabila terdapat data-data yang dirasa kurang jelas. Hal ini dikarenakan pada perusahaan konstruksi tersebut,
dituntut untuk mempunyai sistem mutu yang menjamin kepuasan pelanggan sehingga pada akhirnya standar ISO
9000 akan diterapkan sesuai dengan peraturan LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi) pada tahun 2004.
Pada penelitian ini kami lebih memfokuskan pada perusahaan konstruksi berkualifikasi B yang berafiliasi
dengan GAPENSI serta dari BUMN yang berdomisili di wilayah Makassar. Adapun jumlah yang terdaftar dala
Badan Usaha Anggota Gapensi Tahun 2003 golongan B sebanyak 16 perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara
yang ada di wilayah Makassar sebanyak 7 buah.
3. TINJAUAN PUSTAKA
Mutu biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk atau jasa, seperti : kinerja (performance),
kehandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan lain sebagainya (Vincent
Gaspersz,2001). ISO 8402 mendefinisikan mutu sebagai keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersama, dan manajem
mutu
sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakan mutu, tujuan-tujua
dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui metode perencanaan mutu (Quality Planning),
pengendalian mutu (Quality Control), jaminan mutu (Quality Assurance) dan peningkatan mutu (Quality
Improvement).
ISO 9001 : 2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu yang menetapkan
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, ya
bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang dan/atau jasa) yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. ISO 9001: 2000 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk (barang dan/atau jasa), tetapi hanyalah merupakan standar
sistem
manajemen.
ISO 9001:2000 juga terdiri dari 8 Klausul yaitu (1) Klausul Ruang Lingkup; (2) Klausul Referensi Normatif;
Klausul Istilah dan Definisi; (4) Klausul Sistem Manajemen Mutu; (5) Klausul Tanggung Jawab Manajemen;
Klausul Manajemen Sumber Daya; (7) Klausul Realisasi Produk; dan (8) Klausul Analisis, pengukuran dan
peningkatan. (Vincent Gaspersz, 2001).
ISO 9001 : 2000 disusun berlandaskan pada 8 (delapan) prinsip manajemen mutu yang dapat digunakan
oleh manajemen senior sebagai kerangka kerja (framework) yang membimbing organisasi menuju peningkatan
kinerja yaitu (1) Fokus Pelanggan; (2) Kepemimpinan; (3) Keterlibatan Orang-orang; (4); Pendekatan Pros
Pendekatan Sistem terhadap Manajemen; (6) Peningkatan Terus Menerus; (7) Pendekatan Faktual dalam Pembuatan
Keputusan; dan (8) Hubungan Pemasok yang Saling Menguntungkan.
Dalam menerapkan standar ISO 9000 untuk perusahaan di dalam industri konstruksi, ada beberapa kebutuhan y
harus dipenuhi yaitu Tanggung jawab manajemen, Peninjauan ulang terhadap kontrak, Pengendalian terhadap
desain, Pengendalian terhadap dokumen, Pembelian, Pengendalian terhadap proses, Tindakan korektif, Pelatihan,
________________________________________
Page 4
3 of 9
dan Peninjauan ulang dan audit.
Ada beberapa model untuk audit internal dalam organisasi terhadap kriteria sistem manajemen mutu. Mod
yang paling banyak diketahui dan paling sering digunakan adalah model kualitas nasional dan regional ynag
mengacu kepada model terbaik di dunia. Pendekatan audit internal dengan menggunakan Gap Analisis ISO 9000
2000 merupakan cara termudah untuk mengetahui tingkat kematangan dari sebuah sistem manajemen mut
perusahaan dan area utama dimana perbaikan dibutuhkan.
Memang menjadi bahan perdebatan jika prosedur konstruksi dapat distandarisasi (seperti industr
manufaktur), diketahui bahwa produk dari konstruksi selalu unik, setiap proses konstruksi melibatkan tenaga kerj
dan supplier yang beragam, dan lingkungan dimana proses ini dilaksanakan sering menjadi faktor yang
menghambat
(Chung,1999).
Di Indonesia kondisi ini lebih rumit lagi karena melibatkan penggunaan tenaga kerja berpendidikan rendah dan sifat
pekerjaan cenderung merupakan pekerjaan tangan (Prijono, 1997). Belum lagi format standar yang ada sering
membawa kepada penerjemahan yang beragam dan penerapan, kegunaan, serta hasil dari ISO 9000 dapat beragam
di antara berbagai perusahaan dan negara (Bubshait dan Al-Atiq, 1999). Hal inilah yang menyebabkan kesulitan
dalam pengukuran dan pengawasan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Jumlah populasi yang dijadikan objek penelitian ini berjumlah 23 (dua puluh tiga). Perusahaan yang terdiri atas 7
(tujuh) perusahaan milik pemerintah (BUMN) dan 16 (enam belas) perusahaan swasta yang berkualifikasi besar
(B) dalam daftar anggota Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) dalam wilayah k
Makassar. Dari hasil distribusi kuesioner yang diadakan sebanyak 15 responden merespon positif dan
mengembalikan kuesioner sedangkan sisanya tidak dapat dihubungi atau merespon negatif.
Perusahaan yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang berpengalama
minimal 6 (enam) tahun dalam berbagai proyek konstruksi di Sulawesi Selatan. Pengalaman kerja lebih dari 16
tahun dimiliki oleh perusahaan yang bersertifikasi ISO 9000 : 2000. Untuk perusahaan yang belum memiliki
sertifikat
ISO
9000
:
2000
ada sekitar 29% perusahaan yang berumur antara 6 sampai 15 tahun selebihnya berumur 16 tahun keatas.
Tabel 1 Nilai Kontrak
Tahun
Perusahaan ISO
Perusahaan Non ISO
0-3 M
4-9 M
10-15
M
16-20 M
>20 M
0-3 M
4-9 M
10-15 M
16-20 M
>20 M
Tahun
2002
0,0%
0,0%
0,0%
12,5%
87,5%
12,5%
25,0%
25,0%
12,5%
25,0%
Tahun
2003
0,0%
0,0%
0,0%
12,5%
87,5%
14,3%
0,0%
28,6%
28,6%
28,6%
Perusahaan yang memiliki sertifikat ISO 9000 : 2000 mempunyai nilai kontrak rata-rata 16 sampai 20
milyar
keatas.
Perusahaan yang mempunyai nilai kontrak 16 sampai 20 milyar hanya sebesar 12,5% sedangkan sisanya
mempunyai nilai kontrak di atas 20 milyar. Nilai kontrak perusahaan non ISO 9000 : 2000 mengalami perubahan
dari tahun ketahun meskipun secara keseluruhan nilai kontraknya masih dibawah perusahaan yang memiliki ISO
9000 : 2000. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki ISO mempunyai kemudahan untuk
mendapatkan nilai kontrak yang lebih tinggi. Dari hasil interview yang dilakukan kemudahan mendapatkan ni
kontrak yang lebih tinggi disebabkan adanya kepercayaan dari konsumen pengguna jasa konstruksi dimana
pelanggan merasa mempunyai sebuah jaminan bahwa proyek akan selesai tepat pada waktunya dengan standar
mutu yang telah disepakati.
Seperti yang diketahui bahwa bahwa ISO 9000 : 2000 mempunyai beberapa kelengkapan sistem
mendukung dari ISO 9000 : 2000 itu sendiri, berupa unit kerja dokumen-dokumen mutu dan sistem mutu y
digunakan. Dari hasil kuesioner yang diedarkan maka dihasilkan gambaran bahwa responden yang memiliki unit
yang khusus menangani mutu hanya 93,3% dan sisanya sebesar 6,7% tidak memiliki unit khusus yang menanga
mutu. Untuk perusahaan yang bersertifikat ISO 9000 : 2000 mempunyai unit kerja mutu yang menangani
manajemen mutu dalam perusahaan tersebut sedangkan pada perusahaan yang tidak bersertifikat ISO 9000 : 20
hanya 85,7% yang mempunyai unit kerja mutu dan sisanya belum memiliki unit kerja khusus untuk menangani
mutu. Fakta ini menunjukkan bahwa sistem mutu sudah diakomodasi dalam struktur organisasi pada perusah
kostruksi di Makassar. Dengan terdapatnya unit mutu diperusahaan maka pengelolaan mutu akan menjadi su
kegiatan berstruktur dan sistematis. Untuk dokumen mutu yang digunakan ada tiga yaitu (1) Pedoman Mutu
(Quality Control); (2) Prosedur Sistem Mutu; dan (3) Instruksi Kerja.
Tabel 2 Jumlah Dokumen Mutu
Jumlah dokumen
Perusahaan ISO
Perusahaan Non ISO
________________________________________
Page 5
4 of 9
3 dokumen
85.71%
25.00%
2 dokumen
14.29%
0.00%
1 dokumen
0.00%
62.50%
tidak ada
0.00%
12.50%
Kelengkapan dokumen mutu ini kurang dimiliki oleh perusahaan yang tidak menerapkan ISO 9000
Responden yang tidak memiliki ISO 9000 : 2000 sebanyak 62,5% hanya menggunakan sebuah dokumen mutu
12,5% sama sekali tidak mempunyai sistem mutu. Hanya 25% responden non ISO 9000 : 2000 yang mengguna
ketiga dokumen mutu dalam menerapkan sistem mutunya. Dari hasil interview yang dilakukan, responden non I
9000 : 2000 yang memiliki ketiga dokumen mutu adalah perusahaan konstruksi yang berada pada tahap sertifi
standar sistem manajemen mutu ISO 9000 : 2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perusahaan yang bersertifikat ISO 9000:2000 seharu
dilengkapi dengan dokumen instruksi kerja, sedangkan perusahaan yang belum mengantongi ISO 9000:2000 ma
harus menambah dokumen mutunya berupa pedoman mutu dan instruksi kerja untuk dapat memenuhi standar
sistem manajemen mutu berbasis ISO 9000. Salah satu pendekatan dalam pengelolaan proses adalah menyed
panduan kerja yang jelas.
Dari hasil kuesioner yang diedarkan maka diperoleh informasi penggunaan alat mutu yang biasa digunakan
perusahaan konstruksi khususnya yang berkualifikasi B di Makassar yang digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3 Intensitas Alat Mutu
Nomor
Item
ISO
Non ISO
Total
1
Checklist/Lembar Periksa
35
30
65
2
Inspeksi/Pemeriksaan/Pengujian
34
29
63
3
Flowchart/Diagram Alir
36
25
61
4
Diagram Kontrol/Peta Kendali
34
27
61
5
Sampling Statistik
30
21
51
6
Histogram
31
20
51
7
Diagram Pareto
31
20
51
8
Diagram Sebab Akibat
29
18
47
Tabel di atas menunjukkan bahwa alat mutu yang paling banyak digunakan adalah Cheklist dengan total
nilai 65 dan alat mutu yang paling jarang digunakan adalah diagram sebab-akibat dimana nilai totalnya hanya
sebesar 47. Dari hasil interview yang kami lakukan, perusahaan konstruksi memilih menggunakan Check
dikarenakan kemudahan dan keterbiasaan dalam menggunakan alat tersebut. Temuan ini juga senada denga
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdulaziz A. Bubshait dan Tawfiq H. Al-Atiq (1999).
Tabel 4 Intensitas Kegiatan Mutu Dalam Perusahaan
Nomor
Item
ISO
Non ISO
Total
1
Sistem Mutu
37
32
69
2
Audit
35
33
68
3
Ekspedisi
34
33
67
4
Pelatihan Mutu Terhadap Karyawan
34
32
66
5
Evaluasi Desain
35
31
66
6
Evaluasi Metode Konstruksi
33
30
63
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa kegiatan mutu yang paling sering dilaksanakan adalah sistem mu
dengan nilai total 69 dan audit dengan nilai total yang tidak banyak selisihnya yaitu 68. Kebalikan dari kegiatan
tersebut
evaluasi
metode konstruksi merupakan kegiatan yang menurut para responden yang terendah yang biasa dilakukan
perusahaan konstruksi melalui hasil yang kami dapatkan dari responden dengan nilai total sebesar 63. Hal
menandakan bahwa perusahaan konstruksi yang berkualifikasi B dimakassar telah memperhatikan peningkatan
mutu dari barang/jasa yang dihasilkan dengan cara memperbaiki proses kinerja dari perusahaan sebagaiman
dinyatakan oleh Chini dan Valdez (2003) tetapi harus meningkatkan kegiatan mutu pada bagian evaluasi metode
konstruksi.
Tabel 5 Karateristik Mutu
Nomor
Item
ISO
Non ISO
Total
________________________________________
Page 6
5 of 9
1
Ketepatan waktu
36
32
68
2
Kehandalan
35
31
66
3
Comformance/Kesesuaian
36
30
66
4
Kelengkapan
35
30
65
5
Ketelitian
35
30
65
6
Responnsiveness/tanggapan
34
31
65
7
Aestetics/Estetika
34
30
65
8
Performance/ Kinerja
34
29
63
9
Konsistensi
35
28
63
10
Serviceability
34
28
62
11
Aksebilitas dan kemudahan
33
29
62
12
Daya tahan
33
27
60
13
Perceived Quality
30
30
60
14
Feature/Fitur
33
26
59
15
Coutesy/Kebanggaan
34
25
59
Dari tabel di atas terlihat bahwa ketepatan waktu merupakan karateristik yang paling banyak dipilih oleh
para responden sebagai karateristik yang sangat penting dengan nilai total 68. Ketepatan waktu adalah kem
perusahaan konstruksi untuk menepati jadwal baik dari segi waktu kontrak dimulai, masuk waktu tunggu sampa
masa pekerjaan serta penyelesaian kontrak. Kehandalan dan kesesuaian menempati urutan kedua dari peringk
variabel karateristik mutu berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan dengan total nilai 66. Hal ini dikaren
responden menganggap tingkat akurasi terhadap kesesuaian terhadap pelayanan dan spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan
keinginan
pelanggan harus dipenuhi selanjutnya
seperti
responsiveness/tanggapan, ketelitian, kelengkapan, konsistensi, estetika dan serviceability mempunyai nilai total
sebesar 62 diikuti oleh aksebilitas/kemudahan dengan jumlah total yang sama sedangkan daya tahan dan perceived
quality
memiliki nilai total yang sama pula sebesar 60. Dengan nilai total 59 yang merupakan nilai total terendah
kebangaan dan fitur menepati urutan terakhir.
Fitur adalah karateristik yang melengkapi fungsi dasar fasilitas berkaitan dengan tambahan
performance/fungsi dasar dan pengembangannya. Dari hasil interview yang dilakukan terhadap responden
menempati urutan terakhir dikarenakan pelanggan perusahaan konstruksi di Makassar biasanya terfokus pada
kebutuhan dasar dan menganggap fitur hanya sebagai pelengkap saja.
Untuk perusahaan yang menerapkan standar sistem mutu ISO 9000 : 2000 karyawan dan staf mem
kebanggaan yang lebih tinggi dalam menjalankan sistem mutu guna mendapatkan kepuasan pelanggan yang leb
tinggi lagi. Kebanggaan yang ada pada perusahaan yang tidak menerapkan standar sistem mutu ISO 9000 : 20
kurang dimiliki oleh para karyawan dan staf . Hal ini menandakan bahwa standar sistem mutu ISO 9000
meningkatkan kepercayaan karyawan dan staf dalam menjalankan sistem mutu yang ada.
Dari nilai skor yang ada menandakan bahwa perusahaan konstruksi telah menyadari bahwa pada um
pelanggan menginginkan produk yang memiliki karateristik yang lebih cepat dan lebih baik. Pada industri j
ketepatan waktu pelayanan dan akurasinya merupakan faktor yang penting yang diinginkan oleh pelanggan
(Vincent Gaspersz,1997).
Tabel 6 Budaya Mutu
Nomor
Item
ISO
Non ISO
Total
1
Kepemimpinan
37
29
66
2
Pengembangan parnetship/kemitraan
34
31
65
3
Informasi dan analisis
35
30
65
4
Fokus pelanggan
36
28
64
5
Pemberdayaan karyawan
36
26
62
6
Perbaikan terus menerus
35
27
62
Pada perusahaan konstruksi budaya mutu merupakan suatu kegiatan yang harus dikembangkan un
mendukung proses mutu atau mempertahankan sistem mutu yang ada perusahaan. Adapun budaya mutu yang
paling tinggi nilai totalnya berdasarkan hasil kuesioner adalah kepemimpinan sebagai suatu kegiatan dari perubahan
budaya yang sangat penting dengan mendapatkan nilai total sebesar 66. Dengan nilai total sebesar 62 menepatkan
pemberdayaan karyawan dan perbaikan terus menerus sebagai pilihan terendah.
Khusus untuk perusahaan yang menerapkan standar sistem mutu ISO 9000 : 2000 kepemimpinan
menempati urutan tertinggi pada budaya mutu pada perusahaan yang ada. Pemberdayaan karyawan dan fok
pelanggan menempati urutan kedua dengan nilai total 36. Nilai terendah sebesar 34 dimiliki oleh pengemba
________________________________________
Page 7
6 of 9
kemitraan yang menempati urutan terakhir.
Kepemimpinan dan pemberdayaan karyawan merupakan salah satu bagian dari tanggung jawab manajemen
dan merupakan faktor yang paling mudah untuk diimplementasikan oleh perusahaan konstruksi di Indonesia
(Setiawan dan Setyanto,2004).
Pemberdayaan karyawan pada perusahaan yang tidak menerapkan sistem mutu ISO 9000 : 2000 menempati
urutan
terakhir
pada budaya mutu yang ada pada perusahaan tersebut. Hal ini menandakan diperlukannya peningkatan
kepemimpinan dan pemberdayaan karyawan pada perusahaan tersebut.
Karyawan adalah pelaku manajemen yang seharusnya dilibatkan dalam evaluasi. Dengan demikian
karyawan pada jenjang orgainisasi merasa ikut bertanggung jawab terhadap proses dan kinerja yang dihasilkan serta
secara sadar turut menjalankan siklus manajemen-PDCA secara utuh dan proporsional.
Efektif tidaknya implementasi ISO 9001 : 20000 sangat tergantung pada kemampuan pemimpin
mempengaruhi dan memotivasi karyawan agar mau mengikuti sistem yang dibangun. Kebiasaan yang dipraktekk
oleh atasan akan dilakukan juga oleh bawahan karena itu pemimpin senantiasa dituntut untuk menjadi model da
sikap dan prilaku. Kadar komitmen mutu pada atasan dapat terlihat oleh bawahan karena itu jangan menyala
bawahan kalau mereka meniru model atau contoh yang tidak baik yang dilakukan oleh atasan.
Audit internal merupakan cara untuk mengavaluasi hasil atau menilai keefektivitasan dan efisiena
perusahaan serta menandakan seberapa matang sistem mutu yang dipunyai perusahaan tersebut. Pendekatan a
internal dengan menggunakan Gap Analisis ISO 9000 : 2000 merupakan cara termudah untuk mengetahui
kematangan dari sebuah sistem manajemen mutu perusahaan dan area utama dimana perbaikan dibutuhka
Pendekatan
proses
dengan
self
assessment
ISO 9004 untuk setiap klausulnya mempunyai skala dari 1 (tidak ada sistem formal) sampai dengan 5 (terbaik
dalam prestasi). Berikut ini adalah tabel variable dan skala self assessment dan perbaikan apa yang harus ditempuh
dalam tiap tahapan skala tersebut (AS/NZS ISO 9004 : 2000, 2001).
Tabel 7 Penjelasan Skala Self Assessment
Skala
Tingkat Kematangan
Keterangan
1
Tidak
ada pendekatan
resmi
Tidak ada bukti pendekatan sistematis, yang jelas, hasil yang
tak dapat diramalkan
2
Pendekatan reaktif
Pemecahan masalah berdasarakan pendekatan sistematis tetapi
data yang tersedia minimum dan sudah memungkinkan untuk
perbaikan
3
Pendekatan sistem formal
yang stabil
Berdasarakan pendekatan proses yang sistematis, merupakan
langkah awal yang sistematis. Tersedianya data mengenai
kesesuaian produk dengan sasaran hasil dan bukti dari
kecenderungan perbaiakan
4
Peningkatan
berkesinambungan
Menggunakan pendekatan proses, hasil yang baik dan
menopang kecenderungan peningkatan
5
Terbaik dalam performa
Peningkatan proses yang betul-betul terintegrasi dan terbaik
menurut hasil benchmark (titik acuan prestasi) yang dilakukan
Dengan menggunakan skala tersebut diperoleh hasil audit sebagaimana disajikan pada table 8. Klausul yang di
adalah klausul 4 (Sistem manajemen mutu) dan klausul 5 (Tanggung jawab manajemen). Hal ini dikarenakan
klausul tersebut merupakan klausul yang harus dipenuhi dalam awal penerapan ISO 9001 : 2000.
Tabel 8 Pendekatan proses
Nomor
Variabel
ISO
Non ISO
total
Total
Mean
Total
Mean
Total
Mean
1
Pengidentifikasian kebutuhan dan
harapan pelanggan
33
4.1
31
4.4
64
4.3
2
Kepemimpinanan, keterlibatan dan
komitmen manajemen puncak
34
4.3
28
4.0
62
4.1
3
Dokumen guna mendukung operasi
yang efektif dan efisien
35
4.4
26
3.7
61
4.1
4
Pengidentifikasin kebutuhan
masyarakat bagi perusahaan
32
4.0
29
4.1
61
4.1
5
Tanggung jawab diinformasikan kepada
semua orang dalam perusahaan
31
3.9
30
4.3
61
4.1
6
Pengevaluasian informasi guna
meningkatakan efisiensi dan efiktivitas
dari proses perusahaan
30
3.8
31
4.4
61
4.1
________________________________________
Page 8
7 of 9
7
Kebijakan yang mendorong kearah
perbaikan dan keinginan terhadap
peningkatan
32
4.0
27
3.9
59
3.9
8
Pertimbangan terhadap undang-undang
dan aturan yang berlaku
32
4.0
27
3.9
59
3.9
9
Kebijakan terhadap harapan dan
kebutuhan pelanggan dan berbagai
pihak yang berkepentingan.
32
4.0
26
3.7
58
3.9
10
Ketersediaan sumber daya yang
diperlukan dalam memenuhi sasaran
hasil
32
4.0
26
3.7
58
3.9
11
Penetapan parnertship (kerjasama) dan
keuntungannya
29
3.6
29
4.1
58
3.9
12
Penerapan pendekatan proses guna
menghasilkan peningkatan dalam
pencapaian mutu
30
3.8
26
3.7
56
3.7
13
Penyebaran sasaran hasil kedalam
proses manajemen guna mengukur
kontribusi individu terhadap prestasi
32
4.0
23
3.3
55
3.7
14
Kebijakan mutu dalam visi kedepan
33
4.1
23
3.3
56
3.7
15
Mengemukakan kebutuhan dan
pemenuhan kewajiban dalam
peningkatan pencapaian
30
3.8
25
3.6
55
3.7
16
Penerjemahan kebijakan mutu kedalam
hasil yang terukur.
32
4.0
22
3.1
54
3.6
17
Ketersediaan masukan informasi yang
sah guna peninjauan ulang manajemen
31
3.9
23
3.3
54
3.6
18
Faktor lain yang mempengaruhi sasaran
hasil
29
3.6
23
3.3
52
3.5
Angka total dan mean yang terdapat pada table 8 merupakan jumlah dan rata-rata dari akumulasi pilihan dari
seluruh perusahaan yang menjadi responden penelitian. Dengan jumlah responden sebanyak 15 perusahaan maka
nilai total akan berjumlah minimal 15 sampai maksimal 40. Nilai mean menunjukkan tingkat kinerja kematangan
mutu berdasarkan skala 1 – 5 yang diadopsi dari standar mutu AS/NZS ISO 9004 : 2000 dengan makna
sebagaimana yang disajikan dalam table 7 di atas. Skala 1 menandakan kematangan mutu yang buruk, sampai skala
4 yang menyatakan tingkat kematangan terbaik dalam kinerja mutu.
Dari tabel 8 di atas terlihat bahwa pengidentifikasian kebutuhan dan harapan pelanggan merupakan hal yang
paling mudah dipenuhi, dengan nilai mean yang dicapai sebesar 4.3 (rentang skala 1 – 5), dan nilai total 64 (rentang
jumlah 15 – 75). Hal ini menandakan bahwa perusahaan konstruksi di Makassar sudah mencapai tingkat
kematangan mutu yang meningkat secara berkesinambungan, dimana pendekatan proses sudah dipakai yang
berujung kepada hasil yang baik. Pendekatan proses dengan cara peningkatan yang berkesinambungan pada sistem
mutu merupakan pendekatan proses yang digunakan oleh standar sistem mutu ISO 9000 : 2000 guna memperb
proses manajemen mutu yang ada dalam perusahaan (AS/NZS ISO 9004 : 2000, Quality management sistem
Guidelines for performance improvements,2001).
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa kematangan sistem mutu yang dimiliki oleh perusahaan konstruksi di
Makassar
hampir mencapai standar sistem mutu ISO 9001: 2000. Hal ini terlihat dari adanya prinsip fokus pelanggan
ditunjang oleh proses-proses yang ada dalam sistem mutu tetapi perusahaan perlu meningkatkan prose
mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi sasaran hasil. Kelemahan dalam hal ini membuat perusahaan yan
ada
di
Makassar
mengalami hambatan guna memperoleh informasi yang bermanfaat dalam memenuhi sasaran hasil dalam m
kepuasan pelanggan.
Pada perusahaan konstruksi di Makassar yang sudah menerapkan standar sistem mutu ISO 9000 : 2000 kematangan
proses yang paling tinggi terlihat pada penyediaan dokumen guna mendukung operasi efektif dan efisien serta
diikuti oleh kepemimpinan, keterlibatan dan komitmen manajemen puncak terhadap sistem mutu yang diterapk
Faktor lain yang mempengaruhi sasaran hasil perlu ditingkatkan kematangan prosesnya karena dalam pelaksan
sistem mutu proses ini dapat mempengaruhi kinerja dari proses yang lain. Kelemahan pada hal ini membua
responden yang menerapkan ISO 9000 : 2000 kurang memperhatikan faktor yang mendukung sasaran hasil
terutama pada proses penetapan partnership dan keuntungan yang diperoleh dari kerjasama tersebut.
Masih banyak proses yang perlu ditingkatkan bagi perusahaan yang belum mendapatkan sertifikasi ISO
9000
:
2000
guna mendapatkan kematangan sistem mutu yang ada pada tahap sertifikasi ISO 9000 : 2000, khususnya dalam
________________________________________
Page 9
8 of 9
bidang penerjemahan kebijakan mutu kedalam sasaran hasil yang terukur.
Dalam Studi juga dilakukan uji inferensi untuk mencari hubungan antara (1) Kematangan proses mutu dengan
budaya mutu; (2) Kematangan proses mutu dengan kegiatan mutu; dan (3) Kematangan proses mutu denga
perusahaan. Dari hasil perhitungan diperoleh uji korelasi yang diringkaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 9 Hubungan Nilai R
s
Dengan T
Hubungan
r
s
t
Signifikansi
budaya mutu dengan kematangan proses mutu
0,6
3,07
Cukup
kegiatan manajemen mutu dengan kematangan proses
mutu
0,6
2,98
Cukup
usia perusahaan dengan kematangan proses mutu
0,4
1,65
Kurang
Dari hasil uji korelasi yang dilakukan terlihat dengan jelas bahwa budaya mutu dan kegiatan mutu
mempengaruhi proses mutu yang ada di dalam perusahaan konstruksi. Semakin tinggi budaya mutu dan kegiatan
mutu yang ada di perusahan maka akan semakin matang proses mutu yang dimiliki oleh perusahaan konstruk
tersebut. Hal ini dikarenakan sasaran hasil yang ada harus diterjemahkan oleh proses mutu kedalam budaya mutu
dan kegiatan mutu di dalam perusahaan. Tanpa adanya budaya mutu dan kegiatan mutu yang mendukung proses
mutu maka sasaran hasil tidak akan tercapai dan terukur dengan jelas. Berbeda dengan kedua hal di atas un
perusahaan konstruksi tidak mempengaruhi kematangan proses mutu yang ada di dalam perusahaan tersebut, dan
tidak berarti semakin tua usia perusahaan semakin tinggi pula nilai kematangan proses yang dimiliki. Kematangan
proses mutu yang ada ditunjang oleh kemampuan perusahaan dalam mematangkan kegiatan mutu dan budaya m
yang ada dalam perusahaan dan biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkannya.
Standar sistem mutu ISO 9001: 2000 sendiri menekankan kematangan proses mutu guna mendapatkan mu
produk/jasa dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan kematangan proses mutu yang ada diharapkan se
tahapan dalam perusahaan penyedia jasa konstruksi akan menghasilkan output yang bermutu untuk proses
selanjutnya hingga produk/jasa sampai ditangan pelanggan atau pengguna jasa konstruksi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Permasalahan
konstruksi
di
kota
Makassar
khususnya perusahaan yang memiliki kualifikasi besar (B) sudah mengakomodasi sistem mutu dalam s
organisasinya. Hal ini ditandai dengan dimilikinya unit kerja khusus di bidang mutu, dokumen-dokumen mutu,
sistem mutu, kegiatan-kegiatan mutu yang menunjang proses dari manajemen mutu. Hanya sebagian kecil
responden yang tidak memiliki kelengkapan di bidang unit mutu dan dokumen-dokumen mutu.
Dari pendekatan proses yang dilakukan terhadap responden pada pemenuhan klausul yang ada dapa
diketahui bahwa identifikasi kebutuhan dan harapan pelanggan merupakan proses yang mempunyai kematan
tertinggi disusul oleh kepemimpinan, keterlibatan, dan komitmen manajemen puncak serta dokumentasi y
mendukung operasi yang efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan hasil uji spearman yang membuktikan bah
terdapat hubungan linear antara kematangan proses dengan budaya mutu yang kuat. Merujuk pada variabel-variabel
audit dalam standar panduan mutu (AS/NZS ISO 9004 : 2000, Quality management sistem Guidelines for
Performance Iimprovements, 2001) tampak bahwa perusahaan konstruksi di Makassar sudah mencapai peningkatan
yang berkesinambungan pada kematangan prosesnya.
Dari hasil uji korelasi Spearman yang dilakukan terlihat dengan jelas bahwa budaya mutu dan kegiatan
mutu mempengaruhi proses mutu yang ada di dalam perusahaan konstruksi. Sedangkan usia perusahaan konstru
tidak mempengaruhi kematangan proses mutu yang ada di dalam perusahaan-perusahaan tersebut.
5.2
Saran-saran
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa perusahaan konstruksi klasifikasi B di Makassar yang belu
memperoleh sertifikasi standar sistem mutu ISO 9000: 2000 masih harus meningkatkan sistem manajemen mutu
yang
ada
untuk memenuhi kelengkapan sistem yang mendukung ISO 9001 : 2000 yaitu unit kerja khusus di
dokumen-dokumen mutu dan sistem manajemen mutu yang digunakan.
Mengingat penelitian ini masih terbatas pada kontraktor golongan besar, maka diperlukan studi lanjut ya
lebih komprehensif yang mencakup semua klasifikasi perusahaan konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
________________________________________
Page 10
9 of 9

AS/NZS ISO 9001 : 2000, (2000). Quality Management systems - requirements, ISO, Australia/New Zealand.

AS/NZS ISO 19011 : 2003, (2003). Guidelines for Quality and/for environmental management systems
auditing, ISO, Australia/New Zealand.

AS/NZS ISO 9000 : 2000, (2000). Quality Management systems – Fundamentals and Vocabulary, ISO,
Australia/New Zealand.

AS/NZS ISO 9004 : 2000, (2000). Quality Management systems – Guidelines for Performance Improvements ,
ISO, Australia/New Zealand.

Abubshait,A.A, dan Al Atiq.A, T.H. (1999). ISO 9000 Quality Standard in Construction, Journal of
Management.

Chung, C. (1999) Understanding Quality Assurance in Constrution (A practical guide to ISO 9000 for
Contractors, E & FN Spon, Sydney.

Gaspersz, Vincent, (2001). ISO 9001: 2000 and Continual Quality Improvement, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Gaspersz, Vincent, (2001). ISO Total Quality Management, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gaspersz, Vincent, (1997). Membangun Tujuh Kebiasaan Kualitas dalam Praktek bisnis global, PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Project Management Institute, (2000). A Guide to The Project Management Body of Knowledge, Newtown
Square, Pennsylvania USA.

Wiryodinigrat, Prijono, (1997). ISO 9000 untuk Kontraktor, PT. Gramedia, Jakarta, 1997.

Setyanto dan Setiawan, (2004). Evaluation on The Implementation of Management Responsibility in ISO 9001:
2000
By
Contractors
in
Indonesia,
The Ninth East Asia-Pacific Conference on Structural Engineering and Construction.