Wednesday, June 3, 2009

Mutu Pelabuhan dalam Kegiatan Transportasi Laut

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN MUTU
EKO DARYANTO
244. 308. 002


A. Latar belakang masalah
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan jumlah penduduk yang besar, sumber daya alam yang melimpah dan tersebar di ribuan pulau memerlukan jasa tranportasi laut untuk melayani mobilitas manusia, barang dan jasa, merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah yang belum berkembang, menunjang sektor perdagangan, ekonomi dan sektor lainnya, mendukung daya saing komoditas produksi nasional baik produksi dalam negeri maupun luar negeri serta sebagai sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan besar dan pentingnya peranan tersebut transportasi laut merupakan urat nadi kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya, maupun pertahanan dan keamanan negara kepulauan Indonesia. Harus pahami bersama bahwa dengan geografi indonesia sebagai negara maritim, transportasi laut memegang peranan yang cukup penting dan strategis.
Sebagai suatu sistem transportasi laut yang merupakan bagian dari sistem tranportasi nasional di dukung oleh elemen kegiatan angkutan laut, kepelabuhan, kelaik-lautan kapal, kenavigasian, serta penjagaan dan penyelamatan yang saling berinteraksi secara terpadu guna mewujudkan tersedianya angkutan laut yang efektif dan efisien. Kegiatan angkutan laut mencakup peralatan sistem dan jaringan serta pengembangan armada angkutan laut nasional dan internasional. Kegiatan kepelabuhan mencakup peralatan sistem jaringan prasarana dan operasional ke pelabuhan nasional dan internasional. Kegiatan kelaiklautan kapal mencakup penegakan konvensi internasional dalam masalah kelaiklautan kapal antara negara dan wilayah. Kegiatan kenavigasian mencakup penataan sistem dan jaringan lalu lintas laut nasional dan internasional.
Penyelenggaraan transportasi laut saat ini menghadapi ancaman akibat masih rendahnya kinerja dan daya saing transportasi laut nasional yang dapat dilihat dari indikasi bisnis angkutan laut nasional yang masih kurang berkembang, pelayanan jasa kepelabuhan yang relatif masih rendah dan keselamatan transportasi laut yang masih memprihatinkan akibat kurang seriusnya dalam melaksanakan peraturan-peraturan keselamatan baik dari sektor kapal, perusahaan pelayaran dan pemerintah yang terkait. Permasalahan-permasalahan ini berakumulasi mengakibatkan penyelenggaraan transportasi yang high cost dan high risk.
Sebagai negara maritim, laut harus di pandang sebagai potensi yang dapat di daya gunakan semaksimal mungkin sehingga dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi negara, termasuk dalam sektor transportasi. Ketidak mampuan untuk memanfaatkan potensi laut dalam bentuk suatu sistem transportasi yang mampu menjembatani berbagai pelosok daerah di tanah air akan banyak menimbulkan kerugian, sebaliknya jika mampu mewujudkan suatu sistem transportasi laut yang handal, banyak manfaat yang di petik, bahkan tidak hanya sekedar efisiensi namun juga keutuhan wilayah dan integritas nasional akan terjaga.
Dengan pesatnya perkembangan transportasi laut di dunia dewasa ini, maka agar kapal sebagai sarana angkutan laut yang memegang peranan penting dalam menunjang dan melancarkan transportasi di laut dapat lebih efektif dan efisien, di perlukan suatu langkah-langkah untuk mendukung kelancaran dalam bisnis transportasi laut. Langkah tersebut tentunya menyangkut bagaimana cara untuk mengatasi maupun menghindari hambatan-hambatan yang akan mengganggu kelancaran alat transportasi laut. Jika kapal tiba di pelabuhan mengalami keterlambatan maka pihak pemilik muatan tentunya akan merasa dirugikan dan jika hal ini selalu terjadi maka akan berpengaruh terhadap kelancaran bisnis dari pengusaha kapal tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji dan mengemukakan dalam bentuk sebuah makalah dengan judul : ” Mutu Pelabuhan dalam Kegiatan Transportasi Laut “.

B. Pokok Masalah
Pengertian Mutu :
Mutu adalah derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk (barang / jasa) yang mencukupi persyaratan dan kepuasan pelanggan.
Service quality : “ if you can’t measure it, you can’t manage it ( Nigel Hill ; 1996).
Pengukuran mutu pelayanan service pelanggan meliputi :
- Wujud / bukti nyata ( tangibles )
- Keandalan ( reliability )
- Keresponsifan ( Responsiveness )
- Jaminan ( Assurance )
- Empati ( Empathy )
Delapan (8) prinsip manajemen mutu yaitu :
1. Fokus pelanggan
2. Kepemimpinan
3. Ketertiban SDM
4. Pendekatan Proses
5. Pendekatan sistematik
6. Peningkatan berkelanjutan
7. Pengambilan keputusan
8. Kerjasama dengan pemasok

Pelabuhan
PELABUHAN merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan penyelenggaraan Transportasi laut. Keberadaan pelabuhan sebagai titik tumpu kapal dan barang muatan, sungguh sangat diperlukan dalam menunjang transportasi laut. Dari titik pandang demikian, mutu pelabuhan turut menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan perjalanan kapal dalam memindahkan barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Tanpa ketersediaan fasilitas dan mutu baik pelabuhan dengan memadai, kelancaran angkutan laut tidak mungkin dapat diwujudkan. Sejalan dengan hal tersebut, maka usaha mengoperasikan kapal untuk mengangkut penumpang dan barang, harus mempertimbangkan dan memperhitungkan keberadaan pelabuhan. Dalam upaya mengoptimalkan pengoperasian kapal, pengusaha angkutan dituntut memiliki data dan informasi yang lengkap mengenai pelabuhan dan fasilitas yang dimilikinya.
Pada umumnya, pengusaha angkutan laut yang akan mengoperasikan kapal ke suatu pelabuhan, senantiasa membutuhkan berbagai data kepelabuhanan. Data itu mencakup: kedalaman alur pelayaran, kedalaman air di depan dermaga atau kolam pelabuhan, panjang dermaga, jenis dan kapasitas peralatan bongkar muat, kecepatan bongkar muat dan sebagainya. Dengan memiliki data tersebut, pengusaha dapat merencanakan rute yang akan dilayari kapal. Begitu juga jadwal pengoperasian kapal. Tanpa memiliki data yang lengkap dan akurat, pengoperasian kapal tidak mungkin dapat dilakukan secara tepat dan menguntungkan. Di samping itu, dari titik pandang manajemen pemasaran jasa angkutan laut, keberadaan pelabuhan berkait erat dengan kegiatan distribusi produk. Artinya, keberhasilan perusahaan angkutan laut menyalurkan produknya, yaitu jasa pengangkutan, sangat tergantung pada kesiapan fasilitas dan kecepatan operasional pelabuhan, baik pelabuhan keberangkatan maupun pelabuhan tujuan.
Distribusi produk jasa pengangkutan barang dan penumpang, pada hakikatnya dapat ditentukan. Tetapi, dalam praktik, distribusi tersebut jarang dapat dipenuhi tepat waktu. Awal dan akhir kegiatan distribusi produk (pemberian pelayaran kepada masyarakat pemilik barang atau calon penumpang), jarang dapat dinyatakan dalam waktu yang pasti. Awal dan akhir pelayanan tersebut selalu berupa perkiraan, yaitu ETD (estimate time departure) atau perkiraan waktu keberangkatan dan ETA (estimate time arrival) atau perkiraan waktu kedatangan kapal.

Keberangkatan Tak Tetap
Perkiraan waktu keberangkatan kapal bisa berubah-ubah. Dalam banyak kasus, perubahan ini dapat terjadi karena muatan kapal terlambat tiba di pelabuhan, sehingga kapal harus menunggu lebih lama di pelabuhan. Penyebab lain adalah kelambatan menyelesaikan pembongkaran dan pemuatan barang. Kelambatan tersebut bisa disebabkan barang yang akan diangkut terlambat tiba di pelabuhan seperti disebut di muka, pelabuhan mengalami kongesti sehingga kapal tidak segera memperoleh tambatan. Tetapi kelambatan itu, sering juga akibat kegiatan operasional pelabuhan tidak mencapai standar, seperti produktivitas atau kecepatan bongkar muat yang rendah. Rendahnya produktivitas bongkar muat, dapat disebabkan kurangnya keterampilan tenaga bongkar muat. Dapat juga karena tidak tersedianya peralatan bongkar yang memenuhi persyaratan.
Perubahan waktu keberangkatan kapal, tentu akan mengakibatkan pengeseran waktu kedatangan di pelabuhan tujuan. Pengeseran waktu kedatangan kapal, tentu akan mempengaruhi waktu labuh dan sandar kapal, terutama untuk penyelesaian kegiatan pembongkaran di pelabuhan. Dan dengan terpengaruhnya waktu penyelesaian pembongkaran muatan, waktu penyerahan barang kepada pemiliknya akan terpengaruh juga. Dengan kata lain, penyerahan barang menjadi terlambat. Keterlambatan penyerahan barang memang tidak akan meningkatkan ongkos angkutan yang harus dipikul pemilik barang, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutannya. Tetapi kelambatan penyerahan barang ini dapat menimbulkan kerugian bagi pemilik barang, misalnya barang tidak segera dapat dimanfaatkan dalam proyek, barang tidak dapat segera dipasarkan, perputaran arus uang terlambat, utang bunga bank meningkat dan sebagainya.
Akibat seringnya waktu keberangkatan dan kedatangan mengalami perubahan, jasa pelayaran menjadi sulit dipasarkan. Satu mata rantai pemasaran yang memungkinkan terjadinya pertukaran nilai (produk/jasa), yakni distribusi, tidak dapat ditentukan secara pasti. Dengan kata lain, waktu penyerahan produk tidak selalu dapat dilakukan tepat waktu, sehingga tidak mungkin dijadikan sebagai unsur dalam memuaskan pelanggan.

Titik Lemah
Keberadaan pelabuhan dengan segala mutu dan aktivitasnya, memang sering menjadi titik lemah dalam kegiatan pemasaran dan pengoperasian kapal. Di samping mempengaruhi ketepatan penyerahan produk kepada pelanggan, keberadaan pelabuhan juga akan mempengaruhi penentuan harga jual produk, yakni tarip angkutan laut.
Selama berada di pelabuhan, kapal harus membayar biaya-biaya jasa kepelabuhan, seperti biaya labuh dan tambat. Biaya jasa kepelabuhan ini tidak termasuk biaya pengoperasian kapal selama di pelabuhan (daily operation cost), seperti biaya bahan bakar, gaji dan biaya ABK dan sebagainya.
Tidak disangsikan lagi, makin lama kapal berada di pelabuhan, khususnya tanpa kegiatan yang produktip, makin besar biaya pengeluaran kapal. Besarnya biaya pengeluaran tersebut, berpotensi menimbulkan kerugian perusahaan.
Kondisi inilah yang selalu dihindari perusahaan angkutan laut. Pemilik kapal selalu berupaya mempercepat dan memperpendek waktu persinggahan kapal di pelabuhan supaya pendapatan kapal dari jasa angkutan tidak hilang lenyap untuk membayar biaya kepelabuhanan. Tapi, persinggahan yang singkat seperti itu, tidak selalu dapat diwujudkan di beberapa pelabuhan yang ada di Indonesia. Soalnya, mutu dan fasilitas pada pelabuhan tersebut tidak cukup memadai untuk melayani kapal dan barang muatan.
Masa menunggu kapal (waiting time) di beberapa pelabuhan, tetap cukup tinggi. Ini menyebabkan pengoperasian kapal menjadi tidak efisien dan sering menimbulkan kerugian. Jika dilakukan penelitian yang seksama, maka inefisiensi di pelabuhan merupakan salah satu penyebab perusahaan angkutan laut rugi.

C. Kesimpulan dan penutup
Menurut pembahasan diatas maka penulis memberikan kesimpulan singkat sesuai dengan judul makalah di atas yaitu : Mutu pelabuhan merupakan factor yang “sangat penting” dalam kegiatan transportasi laut. Saran penulis semoga pemerintah benar-benar memperhatikan hal ini dan terus meningkatkan mutu seluruh pelabuhan di Indonesia tecinta ini.
Demikian makalah ini saya buat. Semoga menambah khasanah dan wawasan ilmiah bagi penulis. khususnya dalam hal teori manajemen mutu. Disamping itu makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen Osman Arofat, Mata kuliah: Manajemen Mutu di Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti Jakarta.
Akhirnya, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan makalah ini. Mohon maaf jika ada kata dan kalimat yang salah. Sekian dan trima kasih.