Friday, February 20, 2009

USAHA PENINGKATAN SDM TENAGA KERJA BONGKAR MUAT OLEH KOPERASI TKBM DALAM RANGKA MENUNJANG KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SU

RENLI FERDIAN
NIM : 244307013

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan pelabuhan akan sangat ditentukan oleh perkembangan aktivitas perdagangannya. Semakin ramai aktivitas perdagangan di pelabuhan tersebut maka akan semakin besar pelabuhan tersebut. Perkembangan perdagangan juga mempengaruhi jenis kapal dan lalu lintas kapal yang melewati pelabuhan tersebut. Dengan semakin berkembangnya lalu lintas angkutan laut, teknologi bongkar muat, meningkatnya perdagangan antar pulau dan luar negeri, hal ini menuntut pelabuhan dalam meningkatkan kualitas peran dan fungsinya sebagai terminal point bagi barang dan kapal. Karena semakin meningkatnya tuntutan pelanggan sehingga peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan dapat mengimbangi laju pertumbuhan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, setiap negara berusaha membangun dan mengembangkan pelabuhannya sesuai dengan tingkat keramaian dan jenis perdagangan yang ditampung oleh pelabuhan tersebut. Dengan demikian, perkembangan pelabuhan akan selalu seiring dengan perkembangan ekonomi negara. Dengan kegiatan serta aktivitas pelabuhan yang sangat komplek sehingga perlu adanya pembagian tugas secara seimbang sesuai kebutuhan baik kuantitas maupun kualitas sumber daya manusianya. Hal tersebut sebagai pendukung kelancaran operasional yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan. Karena pentingnya operasional pelabuhan agar tidak terjadi kemacetan mengingat dampak kelambatan operasional sangat berpengaruh pada ekonomi di suatu daerah.
Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan yang terbesar di Jawa Timur. Pelabuhan ini berperan penting untuk melayani kegiatan pelayaran di Jawa Timur dan seluruh wilayah di Indonesia. Sebagai perantara perdagangan antar pulau, bahkan antar negara, Pelabuhan Tanjung Perak sudah siap menghadapi persaingan di dunia global.
Dengan meningkatnya arus kedatangan kapal dan arus barang serta bongkar muat, semua pihak yang terkait di bidang pelayaran akan semakin meningkatkan kualitas kerjanya demi terciptanya kelancaran segala aktivitas yang ada di pelabuhan. Salah satu pihak yang terkait dalam aktivitas bongkar muat di pelabuhan adalah tenaga kerja buruh atau di sebut juga buruh pelabuhan. Buruh pelabuhan sangat berperan aktif dalam proses bongkar muat di pelabuhan, karena mereka yang terjun langsung di lapangan, sehingga sangat membantu dalam kelancaran proses bongkar muat. Dalam bekerja, buruh pelabuhan juga dilengkapi dengan peralatan yang menunjang kegiatan. Berbagai peralatan canggih disediakan untuk membantu kelancaran proses bongkar muat tersebut.
Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, maka buruh pelabuhan perlu dibimbing dan dibina agar menjadi tenaga kerja yang berkualitas dan menjadi lebih profesional dalam menjalankan kegiatan bongkar muat tersebut. Maka dalam penanganannya, perlu dibentuk suatu wadah yang berfungsi untuk membimbing, membina, dan mengarahkan segala aktivitas yang berkaitan dengan proses bongkar muat. Serta perlu juga dibentuk suatu lembaga yang berguna untuk menyampaikan aspirasi demi kesejahteraan para buruh pelabuhan, sehingga tidak mengganggu kelancaran proses bongkar muat. Karena itulah dibentuk Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat, yang sejak dulu hingga sekarang telah mengalami beberapa kali bentuk wadahnya. Semua itu dilakukan demi terciptanya keseimbangan kerja yang dilakukan buruh pelabuhan. Semakin baiknya kesejahteraan yang diberikan kepada buruh pelabuhan, maka akan semakin terciptanya kelancaran proses bongkar muat di pelabuhan.
Dari sinilah dapat kita lihat seberapa pentingnya peranan koperasi sebagai wadah perkumpulan para buruh pelabuhan. Selain itu, karena semakin besarnya permintaan masyarakat akan pelayanan pelabuhan dalam kelancaran proses bongkar muat yang masuk dan keluar dari pelabuhan untuk kepentingan perdagangan maupun industri, maka peranan buruh pelabuhan digunakan sebagai tolok ukur bagi pihak koperasi tenaga kerja bongkar muat untuk memberikan pelayanan yang baik bagi pengguna jasa tenaga kerja bongkar muat hingga pihak perusahaan bongkar muat secara maksimal. Sehingga dapat dipercaya dan semakin lama semakin meningkatkan kualitas para anggotanya sesuai yang diharapkan.
Dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional, diharapkan koperasi tenaga kerja bongkar muat mampu menjadikan anggotanya untuk mengupayakan pelayanan bongkar muat yang lebih memuaskan dan sesuai yang diharapkan oleh pengguna jasa. Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya dengan memberikan latihan dan ketrampilan yang matang. Dari sini kita akan melihat seberapa besar usaha koperasi untuk mewujudkan kualitas tenaga kerja yang profesional dan yang sesuai dengan harapan para pengguna jasa buruh pelabuhan dan tentunya bagi kelancaran proses bongkar muat. Maka dari itulah, pada skripsi ini penulis memberikan judul : “USAHA PENINGKATAN SDM TENAGA KERJA BONGKAR MUAT OLEH KOPERASI TKBM DALAM RANGKA MENUNJANG KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA."

B. RUMUSAN MASALAH
Koperasi tenaga kerja bongkar muat sangat bertanggung jawab dalam mengatur tenaga kerja bongkar muat agar dapat menciptakan kelancaran dan kenyamanan dalam proses bongkar muat di pelabuhan. Dengan ini, maka dapat dikatakan bahwa koperasi memegang peranan sangat besar dalam pelaksanaan bongkar muat barang oleh tenaga kerja bongkar muat, sehingga penulis akan menguraikan beberapa permasalahan yang ada dalam skripsi ini, yaitu ;
a. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Koperasi TKBM untuk meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat.
b. Masalah-masalah yang dihadapi Koperasi TKBM dalam usahanya untuk meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat.
c. Hasil apa saja yang telah dicapai oleh Koperasi TKBM dalam usahanya tersebut.

C. RUANG LINGKUP
Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada saat melakukan praktek darat mulai bulan Januari sampai dengan Februari 2005 di Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, yang berada di : Jln. Kalimas Baru No. 107 Surabaya,Telp. (031) 8291685 – 3291689
Objek yang diteliti oleh penulis adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Koperasi TKBM beserta usaha-usaha untuk meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat terhadap kelancaran proses bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Untuk menghindari perluasan pembahasan yang berada diluar kemampuan penulis, maka penulis membatasi ruang lingkup penulisan skripsi ini pada usaha-usaha Koperasi TKBM untuk meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat, permasalahan-permasalahan yang dihadapi Koperasi TKBM, dan hasil yang telah dicapai oleh Koperasi TKBM tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penulis untuk mengadakan penelitian.
Dengan penguraian pembahasan ini, diharapkan dapat dengan cepat untuk memahami usaha Koperasi TKBM untuk meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat dalam rangka menunjang kelancaran proses bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

D. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum, penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui usaha Koperasi TKBM untuk meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat dan penulis berusaha mengangkat permasalahan yang terjadi tanpa menyimpang dari rumusan masalah yang ada. Berdasarkan perumusan masalah diatas, secara khusus penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui usaha Koperasi TKBM dalam meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat.
b. Untuk mengetahui masalah apa saja yang dihadapi oleh Koperasi TKBM untuk meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat.
c. Untuk mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai oleh Koperasi TKBM.

E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan dunia pelayaran, dunia keilmuan dan pengetahuan serta bagi individu, seperti :
a. Bagi para taruna taruni dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pengalaman baru, sebagai awal menuju dunia kerja pada suatu saat nanti. Selain itu, juga sebagai bahan pembanding antara ilmu teori yang didapat dari kampus dengan ilmu yang didapat saat praktek.
b. Bagi institusi, penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana yang dapat menambah pengetahuan yang lebih. Dapat juga sebagai bahan pengembangan ilmu dari tahun ke tahun.
c. Bagi instansi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi semangat baru bagi pihak-pihak terkait, agar dapat lebih meningkatkan tenaga kerja yang lebih mandiri dan profesional.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan penyusunan yang ada didalam skripsi ini, maka penulis membagi penulisan ini dalam beberapa bab dan sub bab antara lain:
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menjelaskan tentang keadaan atau kondisi pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, serta asal berdirinya Koperasi TKBM yang semakin berusaha untuk meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat dari tahun ke tahun.
B. Rumusan Masalah
Menjelaskan permasalahan-permasalahan, hasil yang telah dicapai, dan hal-hal yang berkaitan dengan usaha Koperasi TKBM dalam meningkatkan SDM tenaga kerja bongkar muat.
C. Tujuan Penelitian
Menjelaskan tujuan penulis untuk mengangkat permasalahan dalam skripsi ini.
D. Manfaat Penelitian
Menjelaskan manfaat penelitian bagi pihak-pihak yang terkait, seperti taruna-taruni, institusi, maupun instansi itu sendiri.
E. Ruang Lingkup
Menjelaskan tempat dan waktu penelitian yang dilakukan penulis.
F. Sistematika Penulisan
Memberikan urutan daftar penyusunan skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini, penulis akan menguraikan beberapa hal mengenai koperasi, hukum perburuhan, serta arah dan sasaran pembinaan SDM tenaga kerja bongkar muat.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian, antara lain:
A. Spesifikasi Penelitian
B. Waktu dan tempat Penelitian
C. Subjek Penelitian
D. Metode Pengumpulan Data1. Data Primer
2. Data Sekunder

















BAB II
LANDASAN TEORI

A. KOPERASI
1. Pengertian Koperasi
Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja Hadhikusuma, SH, M.H secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam bahasa inggris dikenal istilah Co dan Operation, dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperative Vereneging yang berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kata Cooperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai kooperasi yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela, oleh karena itu koperasi dapat didefinisikan sebagai berikut : Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
Dalam buku Koperasi oleh Ima Suwandi, koperasi menurut P.E Weeraman adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya dengan cara keuntungan, usaha tersebut baru didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi.
Masih dalam Buku Koperasi oleh Ima Suwandi, Koperasi menurut Drs. Chaniago adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan cara bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
Sedangkan Koperasi, menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Selain itu, menurut buku Beberapa Aspek Koperasi pada umumnya dan koperasi Indonesia di dalam Perkembangan oleh Nindyo Pramono, Koperasi merupakan suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
2. Landasan dan Asas Koperasi
Menurut ketentuan Bab II, bagian pertama, pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian, disebutkan bahwa landasan hukum Koperasi adalah Pancasila, dengan berasaskan kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini adalah asas yang memang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dan telah berakar-akar dalam jiwa bangsa Indonesia. Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H, Koperasi berasaskan kekeluargaan.
3. Tujuan, Fungsi dan Peranan Koperasi
a. Tujuan
Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja, SH, M.H, pada bab II, bagian kedua pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1945.
b. Fungsi dan Peranan Koperasi
Tertuang dalam pasal 4 bahwa fungsi dan peran Koperasi adalah :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

4. Anggaran Dasar Koperasi
Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja Hadikusuma, SH, M.H, anggaran dasar adalah merupakan keseluruhan aturan yang mengatur secara langsung kehidupan dan hubungan antara koperasi dengan para anggotanya untuk terselenggaranya tertib organisasi. Didalam praktek, biasanya anggaran dasar koperasi memuat ketentuan-ketentuan pokok, yang antara lain :
a. Nama koperasi
b. Maksud dan Tujuan
c. Syarat keanggotaan
d. Tentang Permodalan
e. Hak, kewajiban dan tanggung jawab anggota
f. Pengurus dan pengawas koperasi
g. Rapat anggota dan keputusan rapat anggota
h. Penetapan tahun buku



5. Ciri-ciri Koperasi TKBM
Berdasarkan hukun Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardjo, SH,M.H.
Ciri-ciri Koperasi adalah :
a. Koperasi bukan suatu organisasi perkumpulan modal, tetapi perkumpulan orang-orang yang berasaskan sosial, kebersamaan bekerja dan bertanggung jawab.
b. Keanggotaan koperasi tidak mengenal adanya paksaan apapun dan oleh siapapun, bersifat sukarela, netral terhadap berbagai aliran.
c. Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dengan cara bekerja sama secara kekeluargaan.

6. Prinsip Koperasi TKBM
Berdasarkan Hukum Koperasi Indonesia oleh R.T Sutantya Rahardja SH, M.H. Dalam Bab II bagian Kedua pasal 5 Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, diuraikan bahwa koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
e. Kemandirian

B. HUKUM PERBURUHAN
1. Arti Kata Hukum Perburuhan
Menurut Buku Pengantar Hukum Perburuhan oleh Prof. Iman Soepomo SH, Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak, yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Kata “per-buruh-an”, yaitu kejadian atau kenyataan dimana seseorang, biasanya disebut buruh, bekerja pada orang lain, biasanya disebut majikan, dengan menerima upah, dengan sekaligus mengenyampingkan persoalan antara pekerjaan bebas (diluar hubungan kerja) dan pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan (= bekerja pada) orang lain, mengenyampingkan pula persoalan antara pekerjaan (arbeid) dan pekerja (arbeider).
Bahwasanya hukum perburuhan ini – lain halnya dengan hukum tenaga kerja atau hukum angkatan kerja – tidak juga meliputi pekerjaan bebas (diluar hubungan kerja) yang menurut Van Esveld adalah bertentangan dengan tujuan yang utama, yaitu melindungi mereka yang perekonomiannya lemah, tidak usah disimpulkan bahwa bukan buruh yang perekonomiannya lemah itu, dengan sendirinya tidak akan mendapat perlindungan pula. Sila keadilan sosial yang ditujukan kepada seluruh rakyat, bahkan kepada seluruh umat manusia, jadi juga kepada bukan buruh. Soalnya hanyalah bahwa perlindungan bagi bukan-buruh ini terletak diluar bidang hukum perburuhan (Indonesia).
Untuk sekedar membuktikan bahwa perumusan ini adalah selaras dengan perundang-undangan perburuhan dewasa ini, dapat dilihat antara lain dalam Undang-Undang Kerja nomor 12 tahun 1948 yang dapat dipandang menduduki tempat yang sangat penting dalam hukum perburuhan, dimana dikatakan bahwa pekerjaan ialah “pekerjaan yang dijalankan oleh buruh untuk majikan dalam hubungan kerja dengan menerima upah.”
Bila kita menyelidiki dengan lebih seksama perumusan itu, maka tampak beberapa hal yang memerlukan penjelasan,antara lain :
a. Himpunan peraturan
Himpunan atau kumpulan peraturan ini hendaknya jangan diartikan seolah-olah peraturan-peraturan mengenai perburuhan telah lengkap dan telah dihimpun secara teratur (sistimatis), misalnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perburuhan.
Perlu diperhatikan bahwa peraturan-peraturan itu, baik dalam arti-kata formil maupun dalam arti-kata materiil, ada yang ditetapkan oleh penguasa dari atas (heteronoom) dan ada pula yang timbul didunia perburuhan sendiri, ditetapkan oleh buruh, majikan atau bersama-sama buruh dan majikan (otonom).
b. Bekerja atau melakukan pekerjaan pada orang lain.
Bekerja pada orang lain atau badan bila majikan itu merupakan badan hukum, dengan sendirinya dapat dikatakan, mengenyampingkan semua pekerja lainnya secara bebas (swa-pekerja). Bekerja pada orang lain pada umumnya berarti melakukan pekerjaan dibawah pimpinan pihak lainnya itu. Tetapi ada kalanya bahwa walaupun pekerjaan itu dilakukan secara bebas, namun hubungannya adalah hubungan kerja. Sebaliknya ada pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain, tetapi pekerjaan itu tidak masuk perburuhan, misalnya pekerjaan yang dilakukan orang lain secara suka rela, pekerjaan yang dilakukan karena perintah negara (pekerjaan orang hukuman).
c. Dengan menerima upah
Upah ini merupakan imbalan dari pihak majikan yang telah menerima pekerjaan dari pihak buruh itu dan pada umumnya adalah tujuan dari buruh untuk melakukan pekerjaan. Bila tiada upah, pada umumnya juga tiada hubungan kerja.
d. Soal-soal yang berkenaan.
Hukum perburuhan dalam beberapa hal telah mulai berlaku juga sebelum terjadinya hubungan antara buruh dengan majikan (penempatan dalam arti-kata yang luas, soal magang), tetap berlaku juga bila pada waktu buruh tidak dapat melakukan pekerjaan (misalnya sakit, mendapat kecelakaan) atau tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran, latihan kerja, pemberian pekerjaan darurat dan lain-lain) dan terus berlaku juga bila hubungan antara buruh dan majikan itu diputuskan karena buruh itu tidak mampu lagi melakukan pekerjaan karena usia tinggi, cacat badan dan lain-lain.
2. Hakekat Hukum Perburuhan.
Prinsip negara kita adalah : tidak seorangpun boleh diperbudak, diperulur atau diperhamba; perbudakan, perdagangan budak dan perhambaan dan segala perbuatan berupa apapun yang bertujuan kepada itu dilarang. Yuridis buruh adalah memang bebas. Tetapi sosiologis buruh adalah tidak bebas. Karena sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup lain daripada tenaganya itu, ia terpaksa untuk bekerja pada orang lain. Dan majikan inilah yang pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja itu.
Tenaga buruh yang terutama menjadi kepentingan majikan merupakan sesuatu yang sedemikian melekatnya pada pribadi buruh, sehingga buruh itu selalu harus mengikuti tenaganya ketempat dan pada saat majikan memerlukannya serta mengeluarkannya menurut kehendak majikan itu. Dengan demikian, maka buruh juga jasmaniah dan rohaniah tidak bebas.

3. Sifat Hukum Perburuhan
Menempatkan buruh pada suatu kedudukan yang terlindung terhadap kekuasaan majikan berarti menetapkan peraturan-peraturan yang memaksa majikan bertindak lain daripada yang sudah-sudah.
Sanksi terhadap pelanggaran atas pelanggaran atas peraturan ini biasanya ialah tidak sahnya atau batalnya tindakan yang melanggar itu diancam pula dengan pidana kurungan atau denda.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1602s menetapkan bahwa dalam hal upah buruh seluruhnya atau sebagian ditetapkan berupa pemondokan, makan atau keperluan hidup lainnya, majikan wajib memenuhinya menurut kebiasaan setempat.

C. ARAH DAN SASARAN PEMBINAAN SDM TENAGA KERJA BONGKAR MUAT
Menurut buku Seri Kelima Referensi Kepelabuhan BAB II hal.10, arah dan sasaran pembinaan sumber daya manusia pelabuhan diarahkan pada pemberdayaan SDM terutama pada kualitas maupun kuantitas tenaga kerja yang ada, dalam mengantisipasi permintaan layanan dari pelanggan atau mitra kerja yang semakin kompleks, sehingga diperlukan layanan spesifik atau khusus terhadap jasa pelabuhan. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan tenaga-tenaga yang handal, profesional, tangguh, dan ulet. Kepuasan pelanggan yang menjadi tujuan utamanya dan yang lain adalah pemupukan keuntungan usaha serta kesejahteraan para karyawannya. Selanjutnya pembinaan SDM pelabuhan diarahkan pada :
- Pengelola SDM dengan prinsip kuantitas minimal, kualitas maksimal.
- Pengembangan SDM dengan pola jenjang karier yang jelas dan diklat yang terarah dan merata dengan titik berat pada ketrampilan.
- Penataan dan penyesuaian struktur penghasilan personil.
- Pemantapan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan lainnya.
- Mewujudkan iklim organisasi yang sehat dan dinamis.
- Peningkatan keterlibatan bidang hukum pada setiap produk hukum.
Adapun aspek yang akan dibahas pada arah dan sasaran SDM Pelabuhan antara lain :
1. Tuntutan Pelanggan
Dalam dunia usaha yang sangat kompetitif perlu memiliki keunggulan dan daya saing yang berkelanjutan, karena keunggulan dalam pelayanan merupakan aset besar bagi perusahaan yang sangat dibutuhkan oleh para pelanggan, maka diperlukan inovasi layanan secara terus menerus sebagai upaya untuk memenuhi keinginan pelanggan terhadap SDM Pelabuhan antara lain :
a. Keandalan (Realibility)
Suatu kemampuan untuk memberikan layanan jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya, kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan dan tanpa kesalahan.
b. Ketanggapan (Responsiveness)
Suatu kebijakan untuk membantu memberikan layanan yang cepat (responsif) kepada pelanggan. Tidak membiarkan pelanggan menunggu dalam waktu lama tanpa alasan yang akhirnya menimbulkan citra layanan yang kurang profesional.
c. Jaminan/Kepastian (Assurance)
Pengetahuan dan keramahan karyawan serta kemampuan melaksanakan tugas secara spontan yang dapat menjamin kinerja layanan, sehingga menimbulkan kepercayaan dan keyakinan kepada pelanggan.
d. Empaty (Empathy)
Memberikan perhatian yang bersifat individual atau pribadi kepada pelanggan dan berupaya untuk memahami keinginan konsumen.
e. Berwujud (Tangibles)
Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik harus dapat diandalkan, juga tanggap terhadap lingkungannya, serta bukti nyata layanan yang diberikan.
f. Jaminan (Security)
Memberikan jaminan atas keselamatan barang dari bahaya kerusakan, termasuk kerusakan fisik.
Selanjutnya secara umum tuntutan layanan jasa dari pelanggan antara lain :
- Cepat dan tanggap dalam kegiatan.
- Tepat waktu dalam pelayanan.
- Aman di dalam penanganan.
- Tarif yang wajar.
- Teliti dalam penyerahan.
2. Profesionalisme
Arah dan sasaran pembinaan SDM Pelabuhan yang profesional, untuk mencapai tingkatan profesional harus diketahui dahulu tingkat tugas dan jabatan organisasi, serta basic yang dibutuhkan sehingga jelas arah pembinaannya. Karena kita tahu bahwa SDM yang ada di pelabuhan sangat heterogen, baik dari segi pendidikan, budaya, bakat, minat, dan pengalaman, maka diperlukan keterpaduan dalam pembinaan paling tidak ada program yang jelas dan terarah serta dilakukan secara berkesinambungan.
Selanjutnya sebagai upaya meningkatkan profesional SDM, alternatif yang paling berhasil adalah dengan pelaksanaan diklat, karena untuk merubah sikap (attitude), meningkatkan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan/keahlian (skill) dan peningkatan wawasan agar perilaku pegawai dalam lingkungan dimana bekerja akan lebih baik.
Demikian pula dalam suatu jabatan terdapat persyaratan yang dibutuhkan untuk memangku jabatan misalnya aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap, pengalaman, kematangan, dan wawasan luas, maka dengan program yang mantap dan terpadu diklat tersebut diharapkan agar :
- Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan pegawai kepada Negara dan Perusahaan.
- Menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki wawasan yang luas dalam melaksanakan misi dan visi perusahaan.
- Meningakatkan produktivitas dan kepercayaan diri pegawai.
- SDM lebih siap dalam melaksanakan tugas.
Untuk tujuan tersebut upaya yang dilakukan adalah meningkatkan semua pegawai baik sebagai pelaksana maupun para pimpinan untuk meningkatkan pengetahuan sebagai dasar pengembangan. Hal tersebut diarahkan pada :

1. Pengembangan profesi
Dalam hal ini tenaga kerja diberikan pendidikan dan pelatihan sesuai bidangnya masing-masing, sehingga benar-benar ahli. Diklat ini dilakukan dengan tujuan menciptakan tenaga-tenaga spesialis dan profesional. Dan pendidikan ini harus diikuti oleh seluruh berkesinambungan, sedangkan pendidikan melekat merupakan tanggung jawab atasan langsung masing-masing.

2. Pengembangan Manajerial
Sebagai langkah kesinambungan pengembangan profesi dilanjutkan para pimpinan dimulai dari tingkat yang paling bawah (first level management) sampai dengan tujuan untuk menciptakan pimpinan dan manajer yang handal. Dan pengembangan diklat manajerial diarahkan pada perencanaan strategi perusahaan baik bisnis/pemasaran, keuangan, teknologi, SDM maupun pengawasan sehingga para manajer benar-benar ahli dibidangnya dan menjadi pimpinan yang berwawasan ke depan dan berjiwa wira usaha.
Dengan pola pengembangan tersebut diharapkan dapat membentuk SDM profesional dan berjiwa wira usaha mengingat hal-hal sebagai berikut :
- Mempunyai keahlian kemampuan yang diperoleh melalui :
• Pendidikan dan latihan
• Pengalaman
• Penerapan keahlian
• Penguasaan informasi
- Pengakuan tentang keahliannya.
- Disiplin dan etos kerja yang kuat.
Selain itu diharapkan bagi para manajerial adalah :
- Mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan peluang bisnis yang tinggi.
- Mampu memanfaatkan ancaman menjadi peluang untuk mengembangkan usaha.
- Memanfaatkan semua sumber daya yang ada menjadi kekuatan optimal.
- Memandang masa depan dengan penuh optimis disertai :
 Percaya diri
 Berorientasi pada tugas dan hasil
 Bertanggung jawab serta berani menanggung resiko setiap kebijakan yang dilakukan
 Pemimpin yang penuh inovatif dan berorientasi ke masa depan
Perlu adanya pembinaan karier secara terpadu yang dapat mendorong dan menumbuhkan semangat serta etos kerja kepada para karyawan, dan selain itu tidak dianggap sebagai bawahan namun diperlakukan sebagai mitra kerja. Sehingga semua potensi dapat dikembangkan dan akhirnya timbul rasa memiliki terhadap perusahaan itu tinggi, walaupun tanpa disuruh, dipaksa untuk bekerja lebih giat, karena sudah termotivasi.
Selain hal diatas, sebagai pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia perlu perencanaan yang terprogram dengan mantap. Karena perencanaan merupakan hal yang sangat penting dalam pembinaan sumber daya manusia, maka perencanaan SDM disusun untuk menjamin kebutuhan akan tenaga kerja tetap terpenuhi secara konstan dan memadai. Perencanaan demikian ini dapat dicapai melalui analisis kebutuhan ketrampilan, lowongan kerja serta perluasan dan penciutan unit-unit (perampingan) organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Sebagai tindak lanjut dari analisis ini dikembangkan rencana-rencana untuk melaksanakan langkah-langkah dalam proses staffing. Karena terkadang organisasi yang tidak merencanakan kebutuhan sumber daya manusia yang akurat seringkali akan mengalami tidak terpenuhinya persyaratan ketenagakerjaan maupun tujuan organisasi keseluruhan secara efektif.
Perencanaan tenaga kerja agar memperhatikan faktor-faktor :
- Faktor primer yang harus dipertimbangkan adalah rencana strategis organisasi pelabuhan yang meliputi strategi dasar, sasaran-sasaran terperinci, tujuan-tujuan dan taktik-taktik untuk mewujudkan strategi penentuan kebutuhan tenaga kerja bagi perusahaan pelabuhan.
- Faktor ekstern organisasi pelabuhan antara lain kemungkinan adanya perubahan pada lingkungan organisasi, karena banyak hal yang dapat mempengaruhi fungsi staf, misalnya :
 Perubahan teknologi akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan organisasi akan tenaga kerja khusus.
 Perubahan tuntutan serikat buruh (SPSI) akan mempengaruhi kebijakan pengurangan/pengalihan tenaga kerja.
 Perubahan peraturan-peraturan kepegawaian.
Dengan demikian perencanaan bidang sumber daya manusia sangat menentukan efektif atau tidaknya pemanfaatan tenaga kerja yang ada. Selanjutnya untuk mencapai efektifitas pemanfaatan tenaga kerja maka disusunlah rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang dengan menentukan skala kebutuhan tenaga kerja sesuai program yang telah ditetapkan.

Readmore »»

Tuesday, February 17, 2009

PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA AWAK KAPAL SV.KENARI MILIK PT BARUNA RAYA LOGISTIC DI JAKARTA PERIODE TAHUN 2005-2008

Mustajaluddin

NAMA ; MUSTAJALUDDIN
NIM ; 244308029

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia adalah salah satu aset perusahaan yang utama, selain didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, keberhasilan tujuan perusahaan juga didukung oleh penggunaan alat atau teknologi yang canggih. Sebab ke dua hal tersebut sangat mutlak diperlukaan dalam rangka pencapaian produktivitas yang maksimal. Perusahaan yang tidak menggunakan alat yang canggih akan bisa berakibat fatal, sehingga akan mengurangi produktivitas karyawan dalam bekerja. Salah satu dampak negative dari penggunaan alat yang tidak berkualiatas adalah sering terjadinya kecelakaan kerja yang pada ujungnya berakibat pada turunnya produktivitas karyawan.
Pelaksanaan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari perlindungan bagi karyawan. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 14 Th. 1999 tentang keselamatan dan kesehatan kerja, sesuai dengan hal tersebut maka perlu dilakukan antisipasi guna mengurangi tingkat resiko yang dilakukan oleh perusahaan terdiri dari : identifikasi bahaya, perkiraan akibat bahaya, sarana pengawasan operasional, perencanaan tindakan darurat. Penyebarluasan informasi kepada pemilik atau manajemen perusahaan sehingga dapat dijadikan acuan bagi mereka agar dapat memahami betapa pentingnya penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan.
Dampak perkembangan pasar dunia bebas, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) telah menjadi isu global, dan mempunyai kedudukan startegis, karena selain menyangkut aspek perlindungan tenaga kerja, lingkungan kerja, cara kerja, proses produksi, sangat erat pula kaitannya dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan salah satu pilar tegaknya Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh kerena itu dengan diadakannya program K3 sangat mendorong dalam penciptaan lingkungan kerja yang nyaman dan sehat, yang menjadi salah satu penentu daya saing perusahaan. Karena itu pelaksanaan K3 jangka panjang sangat berpengaruh terhadap kualitas manajemen, serta efisiensi kerja dan produktivitas perusahaan.
Upaya mendorong peningkatan penerapan standar K3, selain merupakaan tugas fungsi instansi ketenagakerjaan, juga merupakaan tugas dan fungsi berbagai instansi. Antara lain bidang industri, perdagangan dan bidang kesehatan dikalangan perusahaan, Karena K3 tidak hanya memberi keutungan bagi perusahaan, tapi juga memberi kepuasan terhadap para konsumen yang berkepentingan.
Salah satu perusahaan yang rentan dengan kecelakaan adalah perusahaan pelayaran, khususnya karyawan yang ada dikapal (Anak Buah Kapal). karena mereka langsung berhadapan dengan alam setiap mereka kerja (Sedang berlayar). Oleh sebab itu setiap karyawan yang ada dikapal harus ada sertificate keselamatan. Perusahaan pelayaran dalam hal ini lebih berhati-hati dalam memilih orang atau karyawan yang akan ditempatkan pada bagian kapal, hal ini salah satu cara untuk menghindari terjadinya kecelakaan di laut. Sebab karyawan yang handal, berkualitas dan mempunyai ketrampilan yang sesuai dengan SOLAS dan STCW 95 bagian deck dan mesin.
Keselamatan adalah : Suatu keadaan dalam lingkungan kerja yang dapat menjamin secara maksimal keselamatan orang-orang yang berada didalam atau tempat kerja tersebut, baik orang tersebut karyawan atau bukan karyawan dari organisasi kerja itu. (Ida Rahmawati, 2001:9)
K3 sangat besar peranannya dalam peningkatan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia dan segala kerugian akibat kecelakaan tersebut, dan secara positif untuk mewujudkan kualitas hidup masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan. Dengan demikian K3 yang berjalan dengan baik dapat mendorong dan memicu produktivitas dan produksi.
PT Baruna Raya Logistic adalah salah satu perusahaan pelayaran nasional. Dimana perusahaan tersebut telah ikut meramaikan perusahaan pelayaran di Jakarta. Perusahaan PT Baruna Raya Logistic didirikan dengan modal perorangan. PT Baruna Raya Logistic bergerak dalam bidang : Armada atau kepemilikan kapal, Agent kapal. Begitu beragamnya kelebihan dari PT Baruna Raya Logistic, sehingga peneliti tertarik untuk membahas skripsi dengan judul ” PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA AWAK KAPAL SV.KENARI MILIK PT BARUNA RAYA LOGISTIC DI JAKARTA PERIODE TAHUN 2005-2008 ”


B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dibuat identifikasi permasalahan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana penerapan keselamatan dan kesehatan kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic ?
b. Berapa besar kecelakan kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic?
c. Berapa besar motivasi kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic ?
d. Berapa besar pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic ?
e. Bagaimana program keselamatan dan kesehatan kerja pada PT Baruna Raya Logistic ?
2. Pembatasan Masalah
Sebagai dampak dari pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja akan berdampak positif, diantaranya kenyamanan karyawan dalam bekerja dan rasa profesional yang tinggi, dengan demikian produktivitas kerja akan tinggi dan tujuan perusahaan akan bisa tercapai secara maksimal. Merujuk uraian diatas maka peneliti membatasi penelitiannya pada “PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA AWAK KAPAL SV.KENARI MILIK PT BARUNA RAYA LOGISTIC DI JAKARTA PERIODE TAHUN 2005-2008’’
” sebagai judul dalam skripsi ini. Dimana keselamatan dan kesehatan kerja disini adalah jumlah kecelakaan kerja dan motivasi kerja awak kapal selama periode tahun 2005 sampai dengan 2008.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut berikut
a. Bagaimana penerapan keselamatan dan kesehatan kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic ?
b. Berapa besar kecelakan kerja dan motivasi kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic?
c. Berapa besar pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penerapan keselamatan dan kesehatan kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic.
b. Untuk mengetahui besar kecelakan kerja dan motivasi kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic.
c. Untuk mengetahui besar pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic.
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini memberikan beberapa manfaat antara lain bagi:
a. Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai masukan dan menambah pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan pada perusahaan yang bersangkutan.
b. Bagi pihak akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah perpustakaan khususnya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Bagi para praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT Baruna Raya Logistic untuk meningkatkan program keselamatan dan kesehatan kerja sehingga dapat tercapai produktivitas karyawan yang maksimal.
d. Bagi masyarakat, memberikan gambaran kepada masyarakat luas bahwa PT Baruna Raya Logistic telah melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan undang-undang No. 14 tahun 1999.

D. Hipotesis
Berdasarkan uraian konsepsional diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis statistiknya, sebab berdasarkan data-data yang akan diperoleh akan diuji kebenaran dan diketahui berapa besar pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tingkat produktivitas kerja karyawan. Adapun hipotesis statistiknya :
Ho :  = 0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic
Ha :  ≠ 0 : terdapat pengaruh yang signifikan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak kapal pada PT Baruna Raya Logistic

E. Metodologi Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan :
a. Riset Kepustakaan
Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan cara mengambil literarur berbagai buku yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas untuk mendapatkan teori dan definisi yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini.
b. Riset Lapangan
Penelitian yang dilakukan langsung ke objeknya yaitu PT Baruna Raya Logistic guna memperoleh data yang dibutuhkan melalui dua cara :
1) Wawancara, yaitu bertanya jawab langsung dan lisan dengan pihak yang bersangkutan.
2) Observasi, yaitu memperoleh data atau bahan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara teliti mengenai permasalahan yang akan diteliti.

2. Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian
Berikut variabel, dimensi dan indikator penelitian yang digunakan dalam kuesioner :
NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
1 K-3 1. Kapal.
2. Awak Kapal.
3. Peraturan.
4. Prasarana.
5. Pemerintah. 1. Manajemen kapal.
2. Standar Peralatan.
3. Sertifikat Laik-laut.
4. Sistem Monitor.
5. Surat-surat kapal (Ships Papers).
6. Pengesahan oleh pemerintah
7. Standar peralatan di atas kapal (IMO Regulation).
8. Undang-undang Pelayaran.
9. Manajemen keselamatan (ISM Code)
10. Pencegahan pencemaran di laut (MARPOL).
Sumber : SOLAS 74, STCW 78/95, Hukum Laut
Undang-undang No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
2 1. Kebutuhan
2. Penghargaan
3. Dorongan
4. Disiplin 1. Fisikologis
2. Harga Diri
3. Gaji
4. Promosi
5. Tantangan
6. Bonus
7. Waktu
8. Kritikan
Sumber : Maslow

Penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala likert dalam bentuk check list () yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui dan menilai sikap responden tentang K-3 dengan motivasi kerja karyawan. Jawaban dari pernyataan responden (kualitatif) diubah menjadi kuantitas berupa angka skor, seperti tabelberikut ini :
Ketentuan Pengukuran Instrumen Penelitian

Pernyataan
Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1


3. Metode Analisis Data
a. Pengolahan data
Setelah mendapatkan data, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut dan siap untuk disajikan atau dibuat, sedangkan disini peneliti menggunakan cara pengolahan data secara manual dan SPSS (Statistial package for the social sciences) Ver. 15.00 untuk menghitung nilai statistik berupa regresi linier sederhana, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
b. Penyajian Data
Rencana penyajian data adalah dalam bentuk tabel untuk mempermudah perhitungan dan pemahaman dalam meneliti.
c. Analisis Statistik Data
Pengolahan data yang baik adalah menggunakan komputer yaitu dengan program SPSS Ver. 15.00. Dimana dengan harapan tidak terjadi tingkat kesalahan yang besar serta teknik manual yang digunakan mengingat tidak semuanya data dapat diolah dengan menggunakan komputer tetapi dengan perantara manual data baru bisa diinput dengan komputer. Setelah data diolah kemudian terjadi hasil atau output dari perkalian, penjumlahan, pembagian, pengakaran, pemangkatan, serta pengurangan. Hasil yang diolah disajikan dalam bentuk tabel dimaksudkan agar penyajian dapat dibaca dengan mudah dan mudah dipahami. Instrumen yang diadopsi dalam studi ini bertujuan untuk mendapatkan aktivitas responden dalam sistem pengendalian intern, hal ini dilakukan dengan bantuan 5 titik skala Likert. Penggunaan skala ini dapat dipertahankan dalam bentuk validitas dan reliabilitas dengan skore Cronbach Alpha yang melebihi 0.60 menunjukkan diterimanya tingkat reliabilitas.
1) Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan terklarifikasi pada variabel-variabel yang telah ditetapkan (construct validity). Uji validitas ini dapat dilakukan terhadap nilai setiap variabel dengan teknik korelasi skor item atau butir pertanyaan dengan skor total item dengan menggunakan koefisien korelasi Product Moment Pearson (r). Item yang akan dimasukkan dalam analisis akhir adalah item yang memiliki nilai r lebih dari nilai kritis atau nilai tabel dengan taraf nyata 0.05. Koefisien korelasi Product Moment Pearson

Keterangan :
r = koefisien korelasi butir kuisioner dengan total skor.
X = skor butir kuisioner
Y = skor total
n = banyaknya data (responden)
Kriteria uji : Jika r -hitung yang positif > r -tabel maka butir valid
Langkah dalam menguji validitas:
a) Menentukan hipotesis.
H0 = Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor.
H1 = Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktor.
b) Menentukan nilai rtabel.
Dari rtabel untuk df = jumlah kasus (n) - 2, dengan tingkat signifikansi 5%.
c) Mencari rhasil
Melalui program SPSS 13.00 for Windows rhasil untuk tiap item (variabel) bisa dilihat pada kolom Corrected Item Total Correlation.
d) Mengambil keputusan
Dasar pengambilan keputusan:
Jika rhasil positif, serta rhasil > rtabel, maka butir atau variabel tersebut valid.
Jika rhasil tidak positif, dan rhasil < rtabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten atau stabil dari waktu ke waktu apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula, kualitas data yang diperoleh dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi dengan menggunakan uji reliabilitas dan validitas. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menghitung koefisien Cronbach Alpha dari masing-masing item dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai dalam variabel tersebut dikatakan handal (reliable) apabila memiliki Cronbach Alpha lebih dari 0,60 (Nunnaly, 1978 dalam Gozali, 2002:98).
Koefisien Alpha Cronbach:
Keterangan :
k = jumlah butir kuisioner
 it = koefisien keterandalan butir kuisioner
Si2 = jumlah variansi skor butir yang valid
St2 = variansi total skor butir
Untuk mencari besarnya variansi butir kuisioner dan variansi total skor butir di gunakan rumus sebagai berikut :
dan
Keterangan:
Xi = jumlah skor setiap butir
Xi2 = jumlah kuadrat skor setiap butir
Xt = jumlah skor total
Xt2 = jumlah kuadrat skor total
Langkah dalam menguji reliabilitas :
a) Menentukan hipotesis.
H0 = Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya.
H1 = Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya.
b) Membandingkan cronbach alpha dengan 0,60
c) Mencari rhasil
Disini rhasil adalah Cronbach Alpha (terletak di akhir output pada program SPSS 13.0 for Windows).
d) Mengambil keputusan.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika ralpha positif atau ralpha > 0,60, maka butir atau variabel tersebut reliabel.
Jika ralpha tidak positif atau ralpha < 0,60 maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel.
Oleh karena kuesioner telah dinyatakan valid dan reliabel maka kuesioner tersebut layak untuk dilanjutkan analisisnya.
3) Analisis Regresi Linear Sederhana
Digunakan untuk mengetahui perubahan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat Y, dimana variabel terikat adalah keselamatan dan kesehatan kerja sedangkan variabel bebas adalah motivasi kerja awak kapal. Adapun analisis persamaan regresi adalah sebagai berikut :
Ŷ = a + bX
Keterangan :
Ŷ = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan  Y (Variabel terikat)
a = Nilai intercept
b = Koefisien regresi
X = Variabel bebas
Dimana nilai a dan b diperoleh dengan rumus :
b = dan
Keterangan : n = Jumlah data
4) Analisis Korelasi Linear Sederhana
Digunakan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel terikat (keselamatan dan kesehatan kerja) dan variabel bebas (motivasi kerja awak kapal). Analisis ini mempunyai bentuk persamaan sebagai berikut :
r =
Keterangan :
r = Multiple R
X = Nilai untuk variabel bebas
Y = Nilai untuk variabel terikat
= Jumlah nilai dalam sebaran X
= Jumlah nilai dalam sebaran Y
= Jumlah hasil perkalian X dan Y yang berpasangan
= Jumlah nilai yang dikuadratkan selama sebaran
= Jumlah nilai yang dikuadradkan dalam sebaran Y
n = Banyaknya data
Korelasi linear sederhana (r) dapat dianggap sebagai pengukuran yang berguna tentang hubungan antar variabel X dan variabel Y dengan ketentuan :
1) Bila r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara variabel (X) dan variabel (Y) adalah kuat dan searah dalam arti bahwa kenaikan atau penurunan variabel (X) terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan variabel (Y).
2) Bila r = 0 , maka hubungan antara variabel (X) dan variabel (Y) adalah tidak ada atau dapat dikatakan lemah, maka dengan demikian dapat dikatakan pula antara variabel (X) dan variabel (Y) tidak ada hubungan.
3) Bila r = -1 atau mendekati 1, maka hubungan antara variabel (X) dan variabel (Y) mempunyai bungan yang kuat tetapi positif, artinya jika variabel (X) naik, maka variabel (Y) akan turun dan sebaliknya jika variabel (X) turun, maka variabel (Y) akan naik
Pedoman untuk memberikan interpretasi
koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00-0,19 Sangat lamah
0,20-0,39 Lemah
0,40-0,59 Sedang
0,60-079 Kuat
0,80-1,00 Sangat kuat
Sumber : Metode Penelitian Bisnis, Sugiyono

5) Analisis Koefisien Determinasi (KD)
Koefisien ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
KD = r2 X 100 %
Dengan perhitungan diatas kita dapat mengetahui berapa persen kontribusi variabel X (keselamatan dan kesehatan kerja) terhadap variabel Y (motivasi kerja awak kapal).

6) Uji Hipotesis
Pengujian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel (X) terhadap variabel (Y). Pengujian hipotesis ini meggunakan distribusi nilai t, dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Adapun langkah dalam menentukan analisa uji hipotesis adalah sebagai berikut :
a) Ho :  = 0 : tidak ada pengaruh positif yang signifikan
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak kapal.
b) Ha : ≠ 0 : ada pengaruh positif yang signifikan
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak kapal
c) Menentukan taraf nyata () dan tingkat keyakinan (1-) Taraf nyata () = 5 % dan tingkat keyakinan (1-) = 95%
d) Statistik Uji
thitung
Untuk mencari Sb digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

e) Menentukan daerah kritis




Ho diterima, Ha ditolak jika -t (/2;n-2) < t hitung < t (/2;n-2)
Ho ditolak, Ha diterima jika t hitung < - t (/2;n-2) atau t hitung > t (/2;n-2)
f) Menarik kesimpulan

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Literatur
1. Pengertian Manajemen Keselamatan
Menurut Bennett (2006:188) fungsi manajemen keselamatan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara sebagai berikut :
a. Mengungkapkan sebab musabab dari kecelakaan (akarnya), dan
b. Meneliti apakah ada pengendalian atau tidak
Kesalahan operasional yang menimbulkan kecelakaan tidak terlepas dari perencanaan yang kurang lengkap, keputusan-keputusan yang tidak tepat, dan salah perhitungan dalam organisasi, pertimbangan, dan praktek manajemen yang kurang mantap.
Thomas J. Peter et.all (2001:50) mengungkapkan bahwa:
”Perusahaan-perusahaan yang sukses biasannya menggunakan tenaga kerja yang bermutu tinggi, atau berminat mencapai keunggulan dalam pekerjaan mereka setiap hari. Ungkapan ini ada benarnya karena kelayakan (merit) dan keunggulan (excellennce) erat kaitannya dengan produktifitas yang tinggi”.

International Safety Management Code (ISM Code), (2003:2):
“Means the International Management Code for the Safe Operation of Ships and for Pollution Prevention as adopted by the Assembly, as may be amended by the Organization and "Safety management system" means a structured and documented system enabling Company personnel to implement effectively the Company safety and environmental protection policy”

Berdasarkan pendapat diatas, maka pengertian manajemen keselamatan dapat disimpulkan bahwa manajemen keselamatan adalah sistem keseluruhan meliputi perencanaan, pelaksanaan, tanggungjawab, prosedur dalam penerapan dan pencapaian kebijakan keselamatan kerja dan keselamatan lingkungan.
2. Pengertian Keselamatan Pelayaran
Hananto Soewedo (majalah Figur, edisi XIV/2007, hal 13) mengatakan bahwa : ”Keselamatan pelayaran merupakan faktor yang sangat penting ketika seorang Nakhoda menjalankan tugasnya menakhodai kapal pelayaran mengarungi samudera”.
Menurut PP nomor 3/2001 tentang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan : ”Keselamatan transportasi merupakan keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan transportasi yang lancar sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan kelaik teknis”.
Undang-undang RI nomor 21 pasal 1 tentang Pelayaran berbunyi Pelayaran adalah : ”Segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan di perairan, kepelabuhanan, serta keamanan dan keselamatannya”.
D.A. Lasse, (2006 :59) dalam bukunya Keselamatan Pelayaran di Lingkungan Teritorial Pelabuhan mengatakan bahwa :
”Kapal mempengaruhi keselamatan pelayaran harus dapat mengikuti setiap gerakan yang diperintahkan karena dilengkapi dengan mesin, baling-baling, kemudi, jangkar, tali tambat, alat-alat komunikasi, dan awak kapal yang keseluruhan memenuhi ketentuan kelaik yang disyaratkan”.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka pengertian keselamatan pelayaran adalah keselamatan yang dipengaruhi beberapa faktor penunjang seperti Nakhoda, Kapal, dan Prosedur sehingga kecelakaan kapal dapat dicegah untuk penyelenggaraan transportasi laut.

3. Pengertian Keselamatan Kerja
Semua kegiatan kerja, baik yang didarat, dilaut, diudara ataupun disemua tempat kerja itu dilakukan sangat memerlukan dukungan keselamatan, Hal tersebut seperti telah diatur oleh Pemerintah dalam Undang-undang No. 1 Th. 1970. Menurut Undang-undang No. 1 Th. 1970 pasal I menyebutkan tempat kerja yang memerlukan keselamatan kerja adalah ditiap ruangan atau lapangan baik yang terbuka maupun yang tertutup, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki oleh tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber bahaya. Termasuk didalamnya semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang memerlukan bagian-bagian yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Keselamatan kerja dapat diartikan suatu keadaan dalam lingkungan atau tempat kerja yang menjamin secara maksimal keselamatan orang-orang yang berada didaerah atau tempat tersebut, baik orang tersebut karyawan ataupun bukan karyawan dari organisasi kerja itu.
Berdasarkan pendapat diatas, keselamatan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Penempatan benda atau barang dengan benar, sehingga tidak membahayakan atau mencelakakan orang-orang yang berada disekitarnya. Apabila barang atau benda tersebut dapat membahayakan dan menimbulkan kecelakaan kalau dipegang, disentuh, dicium dan didekati tanpa mempergunakan alat pelindung tertentu, maka harus diberi tanda-tanda dan peringatan yang cukup atau petunjuk.
b. Penyediaan perlengkapan pencegahaan kecelakaan, berupa alat pencegah kebakaran dan pintu darurat pertolongan apabila terjadi kecelakaan misalnya alat PPK, Perahu penolong disetiap kapal besar, tabung oksigen dan ambulace.
c. Memberikan alat perlindungan yang sesaui dan baik pada karyawan yang memakai alat pelindung tersebut, berupa gas masker, alat pelindung dada dan pakaian anti peluru.
Ada beberapa syarat keselamatan kerja yang terdapat pada peraturan perundang-undang No. I th. 1970 pasal 3 yang ditetapkan untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran
d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
g. Mencegah dan mengidentifikasi timbulnya atau menyebarkan luasnya suhu, kelembahan, debu, asap, uap, gas, hembusan angin, sinar radiasi, suar dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan dan infeksi.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. Menyelengggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang teruatam barang
n. Mangamankan dan memelihara segala jenis bangunan
o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaan menjadi bertambah.
Jadi jelaslah sudah, bahwa masalah kecelakaan kerja bukan hanya menjadi masalah bagian personalia, akan tetapi masalah tersebut telah menjadi masalah yang ditangani secara serius oleh pemerintah.
Setiap tindakan yang efektif hendaknya terlebih dahulu harus dibuat rencana terlebih dahulu, setelah suatu perusahaan ada minat tersebut maka hal tersebut harus cepat direalisasikan. Bukti dari keseriusan tersebut adalah dibuatnya suatu program, baik program yang komplek maupun yang sederhana. Program keselamatan kerja dapat terdiri dari salah satu atau lebih elemen-elemen sebagai berikut :
a. Didukung oleh manajemen puncak
Dukungan dari manajemen puncak mutlak diperlukan, agar program K3 dapat berjalan secara efektif dan efisien, Dukungan tersebut dapat ditunjukkan secara konkrit, misal dengan dibentuknya direktur keselamatan kerja.
b. Direktur keselamatan kerja
Untuk memperlancar program keselamatan dan kesehatan kerja maka suatu perusahaan kemudian mengangkat seorang direktur keselamatn kerja, dimana tugas dari direktur keselamatan kerja ini adalah mengawasi setiap program yang telah ditentukan.
c. Gatra (Aspek) tehnis
Setiap pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja memerlukan perhatian yang cermat dari aspek tehnis. Aspek tersebut meliputi penerangan cukup, tempat kerja yang bersih, ventilasi cukup serta semua peralatan yang bahaya diberi alat pengaman.
d. Pendidikan
Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam proses mendidik karyawan agar, karyawan bertindak, berfikir dan bekerja secara aman, diantaranya dengan :
1) Memberikan penjelasan mengenai keselamatan kerja pada saat pelantikan karyawan baru.
2) Penekanan titik keselamatan selama sidang atau pelantikan ditempat kerja
3) Usaha-usaha khusus yang dilakukan oleh penyelia tingkat pertama pembentukan panitia keselamatan
4) Pengadaan rapat-rapat khusus tentang keselamatan karyawan
5) Penggunaan majalah perusahaan
6) Penggunaan gambar-gambar, poster untuk menekankan pentingnya masalah keselamatan kerja.
e. Analisa kecelakaan
Apabila terjadi kecelakaan, biasanya tindakan pencegahaan telah gagal, walaupun demikian bukan berarti pihak perusahaan telah salah dalam penerapan program keselamatan tersebut. Dengan demikian dapat dipelajari alat–alat yang dapat menimbulakan bahaya, sehingga dapat ditekan bahaya yang ditimbulkan. Analisa hendaknya digunakan untuk maksud maksud perbaikan dimasa yang akan datang.
f. Perlombaan keamanan keselamatan kerja
Penyelenggaraan perlombaan keamanan tersebut merupakan salah satu cara untuk mendidik karyawan tentang pentingnya penggunaan alat-alat pengaman.
g. Pelaksanaan peraturan
Keharusan untuk menjalankan peraturan-peraturan yang telah dibuat, disertai dengan pemberian sanksi-sanksi apabila peraturan tersebut dilanggar, dengan demikian akan sangat membatu pelaksanaan program ini.
4. Pengertian Kecelakaan Kerja
Pada intinya kecelakaan kerja itu bersifat tidak pasti, karena tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, dimana tempatnya serta besar atau kecilnya kerugian yang ditimbulkan. Sehingga orang sering beranggapan bahwa kecelakaan itu berhubungan dengan nasib seseorang. Padahal kecelakaan itu sebenarnya selalu didahului oleh gejala-gejala yang menandakan akan adanya suata kecelakaan tersebut. dengan kata lain kecelakaan itu bisa dicari apa penyebabnya.
Menurut Suma’mur (1993:8), Kecelakaan adalah kejadian tak terduga dan tak diharapkan, tidak terduga karena didalamnya tidak terdapat unsur kesengajaan serta tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan dapat menimbulkan kerugian baik ringan maupun berat.
Moekijat (1997:202) menyebutkan bahwa kecelakaan adalah suatu atau sesuatu peristiwa yang tidak diharapkan yang merintangi atau menganggu jalannya kegiatan biasa. Peristiwa terjadinya kecelakaan harus diketahui secara tepat, bagaimana dan mengapa terjadi. Keterangan mengenai kecelakaan kerja misalnya oleh alat yang digunakan atau tertimpa oleh benda yang jatuh. Bila suatu bagian dari rentetan suatu kejadian dihilangkan maka kecelakaan tidak akan terjadi. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan harta benda.(Siswanto, 2002:47)
Umumnya penyebab kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi 3 (Tiga) Macam yaitu :
a. Tindakan manusia dalam bekerja yang menimbulkan bahaya-bahaya kecelakaan seperti sifat manusia, lalai, malas, lupa, khilaf dan kurang berhati-hati sehingga mendatangkan akibat yang buruk.
b. Hal-hal yang tidak terjangkau oleh manusia pada saat itu. hal ini dinamakan faktor X yang perlu diperhatikan.
c. Lingkungan, fasilitas dan peralatan kerja yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan kurangnya fasilitas, rusaknya peralatan atau tidak tersedianya peralatan yang memadai serta lingkungan yang tidak nyaman.
Untuk menghindari hal-hal tersebut diatas, maka suatu perusahaan harus melakukan cara-cara agar tingkat kecelakaan dapat ditekan sekecil mungkin. Adapun akibat dari adanya kecelakaan tersebut dapat menimbulkan kerugian-kerugian, antara lain :
a. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang terluka
b. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang berhenti bekerja, karena
- Rasa ingin tahu
- Rasa simpati
- Membantu menolong karyawan yang terluka
- Alasan-alasan lain
c. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia atau pimpinan lainnya antara lain, sebagai berikut :
- Membantu karyawan yang terluka
- Menyelidiki penyebab kecelakaan
- Mengatur agar proses produksi ditempat karyawan yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh karyawan yang lainnya.
d. Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan dan staf departemen rumah sakit, apabila pembayaran ini tidak ditanggung oleh pihak perusahaan
e. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas atau peralatan lainnya atau oleh kerena tercemarnya bahan-bahan material
f. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari produktivitas karyawan yang terluka akibat dari penggunaan mesin yang menganggur.
g. Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja karena kecelakaan tersebut.
Seperti diuraikan diatas, bahwa terjadinya kecelakaan adalah akibat dari tindakan dan rasa tidak aman dalam bekerja. Jika kedua hal tersebut digabungkan, maka yang akan terjadi adalah kecelakaan yang tidak diinginkan. Setiap perubahan urutan-urutan maupun penghasilan faktor maka akan mempengaruhi terjadinya kecelakaan. Hal tersebut disimpulkan bahwa upaya pencegahaan kecelakaan sebenarnya adalah usaha untuk menghilangkan salah satu faktor-faktor tersebut.
Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
a. Peraturan-peraturan
Peraturan adalah ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal seperti kondisikerja umum, perorangan, kontruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan industri. Kewajiban-kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengadaan kesehatan, pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.
b. Standarisasi
Standarisasi adalah menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi ataupun tidak resmi, misalnya mengenai kontruksi yang aman dari jenis-jenis peralatan industri tertentu, kebiasaan-kebiasaan yang aman dan sehat ataupun tentang alat pengamanan perorangan.
c. Pengawasan
Sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yang harus dipatuhi.
a. Riset teknis
Termasuk hal hal seperti penyelidikan, peralatan dan ciri-ciri dari bahan berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian masker pernapasan, penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debu atau pencarian bahan-bahan yang paling cocok serta perancangan tali kerekan lainnya.
b. Riset medis
Dalam riset medis ini, yang termasuk adalah penyelidikan dampak fisilogis dan patologis dari faktor-faktor lingkungan dan tehnologi serta kondisi-kondisi fisik yang amat merangsang terjadinya kecelakaan.
c. Riset strategis
Untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapa banyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam kegiatan seperti apa dan apa saja yang menjadi penyebabnya.
d. Riset psikologis
Sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologis yang menyebabkan kecelakaan.
e. Pendidikan
Pendidikan ini meliputi pengajaran subyek keselamatan sebagai mata pelajaran dalam akademi tehnik, mesin, dan kursus-kursus ataupun magang.
f. Pelatihan
Sebagai contoh yaitu pemberian intruksi-intruksi praktis bagi para pekerja khususnya bagi para pekerja baru.
g. Persuasi
Yaitu penerapan berbagai metode publikasi dan himbuan untuk mengembangkan “kesadaran akan keselamatan”.
h. Asuransi
Yaitu dengan cara penyediaan dana untuk meningkatkan upaya-upaya pencegahan kecelakaan, misal pabrik-pabrik yang telah mengadakan standar pengaman yang tinggi.
i. Tindakan-tindakan pengamanan yang dilakukan secara individu
5. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan adalah modal yang paling utama bagi para karyawan, karena dengan modal kesehatanlah karyawwan dapat bekerja secara maksimal, dengan demikian hasilyang dicapai akan maksimal. Sedangkan bagi perusahaan kesehatan karyawan adalah sesuatu yang sangat dihargai. Penghargaan tersebut bisa diujudkan dengan dilaksanakanya program-program kesehatan. Pengaruh lingkungan kerja yang baik tidak terlepas dari hal-hal sebagai berikut : Lingkungan yang baik, ventilasi yang cukup, penerangan serta suasan yang mendukung untuk bekerja. Beratnya pekerjaan, posisi saat bekerja dan juga lamanya jam kerja juga menjadi salah satu faktor untuk dalam lingkungan kerja. Penggunaan alat-alat yang mutahir dan perkembangan ilmu industri yang tinggi mengakibatkan makin tinggi pula tingkat kecelakaan, jika hal tersebut tidak didukung oleh ketrampilan dan juga keahlian dari para pekerja. Kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk memerlihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja yang menyangkut baik upaya-upaya preventif (Pencegahan) Peningkatan, Rehabilitasi (Memperkerjakan kembali) ataupun kuratif (Pengobatan dan perawatan tenaga kerja (FX Suwar, 2002)
Suma’mur (2002:224) Maksud dan tujuan dari kesehatan kerja adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan atau industri dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut maka harus dibuat kesepakatan antara pekerja dan juga perusahaan agar diadakanya fasilitas dan pelayanan kesehatan, yaitu semua usaha dan sarana untuk memperhatikan urusan yang menyangkut kesehatan pegawai.
Adapun tujuan dari diadakanya pelayanan kesehatan diperusahaan, antara lain :
a. Memberikan bantuan kepada karyaawan dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan karyawan lain.
b. Melindungi karyawan terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisis mental dan kemampuan fisik karyawan
d. Memberikan pengobatan dan perawatan semi rehabilitas bagi karyawan yang menderita sakit.
Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1999:263), setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang berbeda beda dalam penerapan pelayanan kesehatan. Setelah perusahaan tersebut menentukan tujuan-tujuan dalam pelayanan kesehatan, maka langkah konkrit selanjutnya adalah membuat program-program kesehatan kerja, yaitu :
a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan masuk pertama kali
b. Pemeriksaan keseluruhan pada karyawan secara periodik
c. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara periodik
d. Tersedianya peralatan dan staf medis yang cukup
e. Pemberian perhatian yang sistematis dan preventif terhadap masalah ketegangan industri (Industrial Stress)
f. Pemeriksaan yang sistematis dan periodic terhadap persyaratan sanitasi yang baik.

6. Faktor-faktor Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Dalam rangka mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, maka dalam pelaksanaannya tidak luput dari faktor-faktor didalamnya. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Faktor manusia
Faktor manusia adalah faktor yang terpenting dalam rangka peningkatan produktivitas dan menciptakan suasana kerja yang aman termasuk didalamnya mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja, faktor tersebut meliputi :
1) Faktor fisik, dalam faktor fisik ini meliputi antara lain :
• Kesehatan
• Struktur tubuh
• Sikap kerja
• Penginderaan
• Dan sebagainya
2) Faktor sosial, yang termasuk dalam faktor social, antara lain :
• Hubungan kerja dalam suatu kelompok
• Struktur organisasi
• Dan sebagainya
3) Faktor performansi, dalam faktor performansi, meliputi :
• Pendidikan
• Ketrampilan
• Latar belakang
• Keahlian
• Dan sebagainya
2. Faktor lingkungan kerja
a) Faktor keselamatan kerja yang dipengaruhi olehlingkungan kerja antara lain:
• Pencahayaan
• Ventilasi
• Pengaturan suhu
• Kebisingan
b) Faktor alat kerja
Faktor alat berat sangat berpengaruh dalam keselamatan, karena penggunaan alat kerja yang salah juga akan berakibat fatal. sehingga akan mengakibatkan kecelakaan yang tidak diinginkan.

7. Pengertian Kapal
Penulis mengambil definisi/pengertian sebuah kapal menurut Undang-undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia dan juga dari Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut tahun 1972, menurut ke 2 peraturan tersebut, pengertian sebuah kapal adalah:
a. Pengertian kapal berdasarkan Undang-undang Pelayaran Republik Indonesia No. 21 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2002 adalah :
“Kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apun dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah”.
b. Pengertian kapal berdasarkan Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut tahun 1972 adalah :
“Setiap jenis pesawat air, termasuk pesawat tanpa berat benaman dan pesawat terbang laut yang digunakan atau yang dapat digunakan sebagai sarana angkutan di air”.
c. Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 1992 Pasal 1 angka 2 tentang pengertian kapal
“Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dengan jenis apapun yang digerakkan dengan tenaga angin atau ditunda termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah muka air dan alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah”
d. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 309:, “Kapal adalah semua perahu dengan bentuk dan jenis apapun apabila tidak diperjanjikan lain, kapal termasuk perlengkapan”
e. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 310:: “Kapal laut adalah semua kapal yang dioperasikan di laut atau yang diperuntukkan itu”.
f. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 311 : “Kapal Indonesia adalah kapal yang dimiliki oleh warga Indonesia atau Badan Hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia berkedudukan di Indonesia, 2/3 sahamnya dimiliki oleh warganegara Indonesia”
Berdasarkan pengertian kapal menurut para pakar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakan dengan menggunakan tenaga penggerak yang digunakan diantaranya tenaga mesin diesel, tenaga mesin uap yang digunakan oleh kapal-kapal pengangkut barang (niaga) baik pengangkut peti kemas, general cargo, muatan curah, dan muatan cair (minyak bumi) serta muatan chemical dan gas.
Disamping itu kapal juga ada yang menggunakan tenaga kerjaa yaitu kapal layar atau dengan bantuan layar. Untuk kapal-kapal cepat seperti kapal feri/penyeberangan menggunakan tenaga turbo.
8. Pengertian Kelaik-lautan Kapal
Undang-undang nomor 21 (1992:4) tentang Pelayaran menjelaskan bahwa :
”Kelaik-lautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, pemuatan, kesehatan dan kesejahteraan awak kapal, serta penumpang dan status hukum kapal untuk berlayar di perairan tertentu”.

D.A. Lasse, (2006; 178) berpendapat : ”Kapal yang laik-laut artinya kapal memenuhi semua peraturan yang dipersyaratkan. Namun keadaan itu masih kebutuhan dasar untuk digunakan berlayar di laut”.
“All ships which undergo repairs, alterations, modifications and outfitting related thereto shall continue to comply with at least the requirements previosly applicable to these ships. Such ships if contructed before 1 July 1986 shall, as a rule, comply with the requirements for ships constructed on or after that date to at least the same axtent as they did before undergoing such repair, alterations or outfitting. Repairs, alterations and modifications of a major character and outfitting related thereto shall meet the requirements for ships constructed on or after 1 July 1986 in so far as the Administration deems reasonable and practicable”, (SOLAS, 2001;41)

Sesuai peraturan SOLAS (2001:41) bagian A dapat dijelaskan sebagai berikut semua kapal yang mengalami perbaikan perubahan dan modifikasi harus selalu atau paling sedikit memasuki persyaratan pokok konstruksi kapal
Kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, pemuatan, kesehatan dan kesejahteraan awak kapal serta penumpang dan status hukum kapal untuk berlayar diperairan tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kelaik-lautan kapal harus memenuhi standar internasional yang meliputi perlengkapan kapal, pencegahan pencemaran dan diawaki oleh awak kapal yang professional, serta mempunyai status hukum yang pasti untuk kapal yang berlayar
9. Pengertian Kelaik-lautan Awak Kapal
Menurut KM.18 tentang Pendidikan, Ujian Negara dan Sertifikasi Kepelautan (1997:3) : “Kelaik-lautan awak kapal adalah awak kapal yang telah memenuhi standar kompetensi pengetahuan dan keterampilan kepelautan sesuai silabus”.
Menurut Keputusan Badan Diklat No.434/DL.002/ Diklat–2000 tentang Kurikulum Pendidikan Profesional Kepelautan Dan Pendidikan Tehnis Fungsional Kepelautan (2000:4): “Kelaik-lautan awak kapal adalah persyaratan mutlak bagi awak kapal setelah melalui pendidikan dan latihan dan sertifikat kepelautan sesuai kurikulum”.
Menurut KM. 70 tentang Pengawakan (1998:12).
”Kelaik-lautan awak kapal adalah syarat mutlak bagi awak kapal yang akan bekerja di atas kapal dengan memenuhi dan memiliki sertifikat keahlian pelaut (Certificate of Competence-COC) dan sertifikat keterampilan khusus pelaut (Certificate of Proficiency-COP)”.

Dalam Undang-Undang Nomor 21 pasal 1 tentang Pelayaran, (1992;4) : ”Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas diatas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil”.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 70 tentang Pengawakan Kapal Niaga, pasal 3 menyatakan bahwa : ’Setiap awak kapal harus memiliki sertifikat keahlian pelaut (COC) dan sertifikat keterampilan pelaut (COP)”.
Dari beberapa pengertian kelaik-lautan awak kapal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kelaik-lautan awak kapal merupakan syarat mutlak dan harus dimiliki oleh awak kapal apabila bekerja diatas kapal serta untuk menjamin keselamatan transportasi laut ditinjau dari kelaik-lautan awak kapal.
10. Motivasi Kerja
Seorang pemimpin adalah orang yang bekerja dengan bantuan orang lain. Ia tidak menjalankan semua pekerjaan sendirian saja, tetapi meminta orang lain menjalankannya, dalam hal ini memberikan tugas-tugas kepada bawahannya.
Seorang bawahan mungkin menjalankan pekerjaan yang dibebanan kepadanya dengan baik, mungkin juga tidak. Kalau bawahan telah menjalankan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik, itu memang yang diinginkan oleh pemimpin. Tetapi kalau tugas yang dibebankan tidak bisa terlaksana dengan baik, maka perlu diketahui penyebabnya. Mungkin bawahan itu memang tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan, tetapi mungkin juga ia tidak mempunyai dorongan atau motivasi untuk bekerja baik. Menjadi salah satu tugas dari seorang pemimpin untuk dapat memberikan dorongan atau motivasi kepada bawahannya agar dapat bekerja sesuai engan rencana yang ditetapkan sebelumnya.
11. Pengertian Motivasi
Pada dasarnya semua studi tentang motivasi merupakan usaha untuk menjelaskan tingkah laku individu. Bermacam-macam definisi dan pendapat yang dikemukakan para ahli tentang motivasi karena dilatar belakangi oleh perbedaan-perbedaan dalam pendekatan yang digunakan mereka untuk memahami latar belakang tingkah laku individu.
Motivasi yang dalam bahasa latin ”movere” yang berarti ”to move”, secara definitif merupakan suatu proses yang idiawali dengan kekurangan atau kebutuhan fisik atau psikologis yang dimiliki seseorang, yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses timbulnya motivasi umumnya diawali dengan munculnya suatu kebutuhan (needs) yang belum terpenuhi sehingga menyebabkan adanya ketidakseimbangan antara fisik dan psikologis dalam diri seseorang. Kemudian ketidakseimbangan tersebut menyebabkan orang berusaha untuk menguranginya dengan berperilaku tertentu. Usaha inilah yang disebut dorongan (drives), misalnya kebutuhan makan diwujudkan dalam bentuk dorongan rasa lapar dan kebutuhan untuk berteman menjadi dorongan untuk bersosialisasi. Selanjutnya, orang tersebut akan menerima insentif (incentive) sebagai akibat dari usaha yang ia lakukan, misalnya makanan merupakan insentif yang akan memulihkan keseimbangan antara fisik dan psikologis dan akan mengurangi atau meniadakan dorongan rasa lapar (Luthans, 1995).
Setiap orang mempunyai pengertian tentang motivasi yang berbeda-beda, berikut ini adalah pengertian dari beberapa ahli:
Gellerman, 1983:15
Motivasi untuk keperluan manajemen adalah setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku seseorang.

Manullag, 1982:146
Seseorang bisa berubah karena motivasi, maka motivasi juga berarti pemberian motif atau penimbulan modif atau hal yang menimbulkan dorongan. Dalam hal ini motivasi sebagai faktor pendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu.

Koontz, 1999:26
Motivasi adalah sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, yang selanjutnya menimbulkan tensi (ketegangan) yaitu keinginan yang belum terpenuhi, yang kemudian menyebabkan timbulnya tindakan yang mengarah pada tujuan dan akhirnya memuaskan keinginan.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi mampu mendorong seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dengan lebih bersemangat, mempunyai disiplin yang tinggi dan bekerja secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebagian orang sulit memotivasi diri sendiri. Karena itu tidak mengherankan bahwa memotivasi orang lain adalah tugas yang sulit dan rumit. Demikian juga yang harus dilakukan sebuah perusahaan terhadap para karyawannya. Diperlukan berbagai cara agar dapat memotivasi kerja setiap karyawannya.
12. Teori Motivasi
Sedangkan teori Motivasi menurut Abraham Maslow, teori motivasi dibagi dalam beberapa jenjang, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan-kebutuhan yang biasanya dijadikan titik teori motivasi adalah apa yang disebut dorongan-dorongan fisiologis.
b. Kebutuhan Keselamatan
Apabila kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka akan muncul beberapa kebutuhan-kebutuhan baru akan keselamatan.
c. Kebutuhan Sosial
Disini lebih menekankan kebutuhan akan bersosialisasi.
d. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan akan keinginan dan kemampuan akan kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia dan akan kemerdekaan dan kebebasan.
e. Kebutuhan akan Perwujudan Diri
Kecenderungan seseorang mempunyai keinginan untuk makin lama makin istimewa dan dapat menjadi apa saja menurut kemauannya.
13. Jenis-Jenis Motivasi
Keragaman dan kekuatan motivasi bagi seseorang dapat berubah sewaktu-waktu. Keragaman motivasi disebabkan oleh beranekaragamnya keinginan yang ingin dicapai seseorang, sedangkan kekuatan motivasi terjadi karena kepuasan kebutuha, yakni seseorang telah mencapai ke[uasan atas kebutuhan yang dimiliki. Secara garis besar motif dapat dibagi tiga, yaitu:
a. Motif Primer
Beberapa motif yang dikategorikan sebagai motif primer adalah lapar, haus, tidur, seks, dan lain sebagainya.
b. Motif Sekunder
Motif sekunder erat kaitannya dengan pembelajaran, yang termasuk dalam kategori motif sekunder adalah kekuasaan, prestasi, afiliasi atau sosial, keamanan, dan status atau peranan dalam masyarakat
c. Motif Umum
Motif ini sering dinamakan motif pendorong (the stimulus motives) dan yang termasuk didalamnya adalah keingintahuan, manipulasi, aktivitas dan kasih sayang.
14. Fungsi Motivasi
Dari berbagai fungsi motivasi yang dikemukakan oleh para ahli, pada hakekatnya motivasi berfungsi sebagai suatu pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai kepuasan dirinya. Dorongan ini yang menyebabkan mengapa seseorang itu berusaha mencapai tujuan, baik secara sadar maupun tidak. Dorongan ini pula yang menyebabkan seseorang itu berperilaku yang dapat mengendalikan dan memelihara kegiatan-kegiatan dan yang dapat menetapkan arah secara umum yang harus ditempuh oleh orang tersebut (Thoha, 1990).
Berkaitan dengan fungsi tersebut, motivasi dikaitkan dengan tiga faktor, yaitu pertama, arah perilaku, kedua, kekuatan tanggapan, yaitu upaya pada saat seseorang memilih suatu arah tindakan dan ketiga, keteguhan perilaku atau beberapa lama seseorang terus menerus berperilaku tertentu (Gibson et al, 1997).
Menurut Malayu Hasibuan (1996) ada beberapa fungsi motivasi, yakni:
a. Mendorong gairah semangat kerja dan produktivitas kerja
b. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja
c. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan kerja
d. Meningkatkan kedisplinan
e. Mengefektifkan pengadaan karyawan
f. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
g. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi
h. Meningkatkan tingkat kesejahteraan
i. Meningkatkan rasa tanggungjawab terhadap tugas
15. Faktor-faktor Motivasi Kerja
Makin kompleksnya masalah pemberian motivasi kepada para karyawan untuk melakukan kerjasama dewasa ini, ternyata akibat pengaruh dan perubahan terhadap hubungan kerja yang ada pada tempat-tempat kerja yang dibawa oleh perusahaan-perusahaan besar, yang tumbuh dan berkembang sebagai akibat lanjutan Revolusi Industri. Revolusi industri tidak hanya membawa perubahan teknologi, tetapi juga membawa perubahan besar dalam hubungan manusia. Sebagaimana teknologi berkembang makin kompleks, menyebabkan manusia makin tergantung satu dengan yang lain, sehingga masalah pemberian motivasi di dalam bekerja bersamapun semakin kompleks (Heidjrachman dan Husnan, 1990).
Menurut Winardi (1984) faktor yang mempengaruhi motivasi adalah:
a. Kebutuhan-keutuhan pribadi.
b. Tujuan dan persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan
c. Cara dengan apa kebutuhan serta tujuan tersebut akan direalisasikan.
Jadi jelas bahwa perilaku yang timbul pada diri seseorang atau bawahan dalam rangka motivasi sebagai konsep manajemen, didorong adanya kebutuhan. Dan kebutuhan yang ada pada diri seseorang mendorong seseorang berperilaku. Dan sikap perilaku seseorang, selalu berorientasi pada tujuan, yakni terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan atau berbuat sesuatu. Apapun yang dilakukan oleh pemimpin dalam menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan, pada akhirnya harus dapat memberikan kepuasan kepada bawahan.
16. Variabel-variabel Motivasi Kerja
Jadi Motivasi kerja yang diperoleh karyawan dari pekerjaannya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pekerjaan yang menantang, para pekerja cenderung menyukai pekerjaan yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk memanfaatkan ketrampilan dan kemampuan.
b. Imbalan yang adil, para pekerja lebih menginginkan system pembayaran dari kebijakan promosi yang mereka terima adalah sebagaimana mestinya.
c. Kondisi Kerja yang mendukung, para pekerja sangat memperhatikan lingkungan kerja yang memberikan kenyamanan dan fasilitas kerja yang baik.
d. Dukungan rekan kerja dan supervise atau pemimpin
e. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan


B. Kerangka Konseptual
Pada perkembangan ekonomi yang semakin maju, bukan tidak mustahil semakin canggih pula alat ataupun tehnologi yang digunakan untuk beroperasi didalam perusahaan. Hal tersebut sangat rentan dengan datangnya bahaya ataupun kecelakaan yang ditimbulkan oleh penggunaan alat-alat tersebut. Oleh karena penggunaan alat yang canggih harus dibarengi pula oleh sumber daya manusia yang terampil dan handal. Maka setiap karyawan harus diberi pelatihan sebelum mereka mengoperasikan alat-alat tersebut. Dengan adanya kecelakaan yang ditimbulkan oleh salahnya pengoperasian alat akan mengakibatkan turunnya produktivitas kerja awak kapal dan biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengganti kerugian sangat besar. Maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas sangat dipengaruhi oleh kecelakaan kerja (keselamatan dan kesehatan kerja/K3).
Untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak bagian kapal pada PT Baruna Raya Logistic, maka dalam hal ini digunakan satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dimana kedua variabel tersebut mempunyai keterikatan yang bersifat kausalitas (Sebab akibat). Pengaruh antar variabel tersebut dapat digambarkan secara bagan sebagai berikut:

Dilihat dari bagan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa variabel bebas (Independent) X adalah kecelakaan kerja (keselamatan dan kesehatan kerja/K3) yang diterapkan oleh PT Baruna Raya Logistic. Sedangkan untuk variabel yang kedua adalah variabel terikat (Dependent) Y adalah motivasi kerja awak bagian kapal setiap periode.

C. Rumusan Hipotesis
Jika t hitung < t ( ; n-2) maka Ho diterima, Ha ditolak berarti tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak kapal.
Jika t hitung > t ( ; n-2) maka Ho ditolak, Ha diterima berarti terdapat pengaruh yang positif dan signifikan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja awak kapal.

Readmore »»

ANALISIS HUBUNGAN LOGISTIK TRANSPORTASI DENGAN ARUS BARANG IMPORT PADA PT. MUHEKO BINTANG EKSPORT DIJAKRTA TAHUN 2007-2008

Nama : Fakhrul Bahri Harahap
NIM : 244307018

BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi elah membawa dampak yang positif dalam hubungan antar bangsa khususnya dalam hubungan ekonomi international. Perkembangan lain yang telah memperpendek jarak ini adalah perombakan dan pembaharuan dalam sektor transportasi. Kontainerisasi dalam bidang angkutan laut telah merombak strategi dan struktur armada angkutan kapal-kapal tradisional. Begitu pula kemajuan dalam dunia penerbangan, kereta api dan jalan raya telah mendorong mobilitas barangdan penumpang dari satu negara ke negara lain diseluruh dunia. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam bidang informasi dan trasnportasi telah mempermudah hubungan antar bangsa baik yang menyangkut bidang sosial budaya mauoun bidang ekonomi internasional.
Dalam melaksanakan ekspor, para eksportir tidak mengerjakan sendiri seluruh tugas yang menjadi kewajibannya. Sebagian dari tugas itu, lazim diserahkan pada badan usaha lain. Salah satu diantaranya adalah usaha jasa transportasi atau Freight Forwarder, yang bertujuan mewakili tugas pengirim barang (Consignor/Shiper/Exporter) ataupun mewakili tugas penerima barang (Consignee/Receiver/Importer) yang diperlukan untuk terlaksananya pengirim barang ekspor maupun impor baik melalui darat, laut maupun udara.
Dalam perusahaan Freight forwarding ada bagian/divisi logistik terutama logistik transportasi, yang bertugas sebagai armada dalam pengangkutan barang baik itu barang eksport maupun barang impor. Perusahaan freight forwarding biasanya memiliki sendiri armada angkutannya, namun tidak menutup kemungkinan bila perusahaan tersebut menyewa atau menyerahkan semua urusan transportasi kepada pihak ketiga (di-outsource). Faktor tersebut ditentukan oleh tingkat layanan dan biaya dari kedua pilihan.
Bagian/divisi logistik transportasi bertanggung jawab langsung atas tersedianya dan terjaminnya kendaraan yang akan digunakan sebagai sarana pengankut bagi eksportir untuk memperlancar barang ekspor yang akan dikirim. Tersedianya armada angkutan tersebut diusahakan harus sesuai dengan kebutuhan/permintaan eksportir dan harus siap dipabrik/gudang eksportir pada saat stuffing dalam waktu yang ditentukan. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk memberikan kepuasaan terhadap konsumen/eksporter/importer.
Dalam pelaksanaannya, banyak faktor-faktor yang bisa mempengaruhi jalannya kegiatan operasional logistik transportasi baik itu faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor-faktor tersebut dapat berdampak positif terhadap jalannya perusahaan tetepi juga dapat berdampak negatif.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk sebuah skripsi/karya tulis ilmiah dengan judul: “ANALISIS HUBUNGAN LOGISTIK TRANSPORTASI DENGAN ARUS BARANG IMPORT PADA PT. MUHEKO BINTANG EKSPORT DIJAKRTA TAHUN 2007-2008”
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dengan semakin meningkatnya arus perdagangan internasional, harus diimbangi dengan peran trasnportasi yang memadai untuk memperlancar arus barang yang akan diekspor. Selanjutnya identifikasi masalah dalam penulisan ini adalah:
a. Kerusakan pada armada logistik transportasi,
b. Keterlambatan pengangkutan dan pengiriman arus barang dan
c. Ketidaksesuain armada logistik transportasi dengan kebutuhan konsumen/eksportir.
2. Batasan Masalah
Karena terbatasnya waktu, tenaga dan biaya, maka permasalahan ini akan dibatasi pada ruang lingkup yang menyangkut pelaksanaan penelitian dengan batas-batas sebagai berikut: penelitian ini hanya membahas hubungan antara logistik transportasi dengan arus barang ekspor pada perusahaan.
3. Pokok Masalah
Dalam skripsi ini, penulis akan membahas tentang hubungan logistik transportasi dengan arus barang yang harus diekspor pada perusahaan, dengan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengoperasian logistik transportasi pada perusahaan?
b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengangkutan dan pengiriman arus barang ekspor pada perusahaan?
c. Adakah hubungan antara pengoperasian logistik transportasi dengan arus barang ekspor pada perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi operasi transportasi perusahaan.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengangkutan dan pengiriman arus barang ekspor pada perusahaan
c. Untuk mengetahui hubungan antara operasi transportasi dengan arus ekspor pada perusahaan tahun 2007-2008
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan dalam upaya memperdalam ilmu dalam bidang logistik, khususnya dalam pelaksanaan logistik transportasi dan dalam bidang perdagangan internasioanal terutama kegiatan ekspor barang, juga pengetahuan dalam bidang usaha freight forwarding.
b. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan menambah masukan dalam pelaksanaan logistik transportasi untuk waktu yang akan datang.
c. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat mengunakan penelitian ini sebagai bahan referensi dan acuan serta studi perbandingan terhadap bentuk penelitian serupa, serta dasar untuk penelitian lebih lanjut dan lebih dalam.

D. HIPOTESIS
Adalah hasil sementara suatu penelitian yang perlu diuji kebenarannya. Adapun hipotesis penelitian ini adalah diduga ada hubungan positif antara logistik transportasi dengan arus barang ekspor pada PT.MUHEKO BINTANG EKSPORT

E. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penyusunan penelitian ilmiah ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian dalam pengumpulan data yang diperlukan, yang disesuaikan dengan objek penelitian, sehingga dapat menghasilkan data-data yang akurat. Metodologi Penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian ilmiah ini yaitu:
1. Metode Pengumpulan Data
a. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian secara langsung pada obyek penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dengan melakukan teknik-teknik sebagai berikut :
1. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab dengan para karyawan mengenai hal-hal yang berhubungan denan logistik transportasi.
2. Observasi, yaitu dengan melihat dan mengamati langsung aktivitas karyawan dalam melaksanakan tugasnya , sehingga dapat memperoleh data yang bersifat langsung dari kegiatan perusahaan.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari bahan-bahan tertulis yang relevan dengan penelitian seperti; buka-buku, catatan perkuliahan, dokumen-dokumen, dan lainnya.
2. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah menurut Algifari (2003:169)
a. Persamaan Garis Regresi
Y= a + bX
Keterangan :
Y = Variable Dependent (terikat)
X = Variabel Independent ( bebas)
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi, yaitu pengaruh “x” terhadap “y”


observasi
n (∑XY) – (∑X)( ∑Y)
b =
n ∑X² - (∑Y)²
a = ∑ Y – b ∑X
n
n = Banyaknya data

b. Koefisien Korelasi
r = Koefisien korelasi ( tingkat ada atau tidaknya hubungan antara variabel yang sedang diobservasi).
Keterangan :
1). Jika r = 0 atau mendekati nol, artinya tidak ada hubungan antara X dan Y atau hubungan Sangat Lemah sekali.
2). Jika r = +1 atau mendekati positif satu, artinya ada hubungan antara variabel X dan variabel Y sangat kuat dan positif.
3). Jika r = -1 atau mendekati minus satu, artinya ada hubungan antara variabel X dan variabel Y sangat kuat tapi negatif.
c. Koefisien Penentu (coefisiensi of determination)
Menurut Pearson didalam buku M. Iqbal Hasan (2003:236), yaitu:
Kp = r² x 100%
Dimana :
Kp= Koefisien Penentu
r² = Koefisien determinasi yang menunjukkan besarnya sumbangan yang ditimbulkan antar variabel yang satu dengan variabel yang lain.
d. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis digunakan untuk mengujji apakah variabel X dan variabel Y mempunyaoi hubungan yang signoifikan atau tidak. Rumus yang dipakai adalah dengan uji satu arah yaitu:
1). Ho : ρ = 0, tidak ada hubungan antara logistik transportasi terhadap arus barang distribusi.
Hi : ρ > 0, ada hubungan antara logistik transportasi terhadap arus barang distribusi.
2). thit = r √ n - 2
√ 1 - r²
Rumus Uji Korelasi
Bandingkan hasil hitung /analisis dengan tabel
Tt = ttabel = t (α; dt = n – 2 )
α = 5 %
e. Kesimpulan :
a. Jika thit < ttabel, maka Ho; diterima, Hi ; ditolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
b. Jika thit > ttabel, Ho; ditolak, Hi ; diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan Penyusunan Karya Ilmiah ini menjadi lebih efektif, maka perlu disusun sistematika penulisannya. Adapun sistematika penulisannya yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Merupakan Bab Pendahuluan dimana dalam bab ini penulis menguraikan
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, hipotesis, metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI
Membahas mengenai teori yang mana didalamnya dibahas mengenai variabel penelitian seperti pengertian logistik, pengertian angkutan/transportasi, pengertian ekspor dan arus barang ekspor serta hubungan logistik transportasi terhadap arus barang ekspor.


BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Membahas mengenai tinjauan umum perusahaan yang menjelaskan secara rinci mengenai sejarah & perkembangan perusahaan, organisasi dan manajemen, serta kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Merupakan analisa dan pembahasan, yang dalam bab ini diuraikan tentang analisis logistik transportasi, analisis arus barang ekspor dan analisis hubungan peran logistik transportasi terhadap arus barang ekspor.
BAB V PENUTUP
Merupakan bab penutup dari bab iv dimana didalamnya mengemukakan kesimpulan dan saran.

Readmore »»

ANALISA STRATEGI PEMASARAN PT. CIPTA SURYA SEGARA BATAM

Nama : Andrianto
NIM : 244307001

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang sangat luas, dimana terdapat berbagai macam ragam adat istiadat, suku, dan budaya yang tercipta dari kebudayaan yang berasal dari masing-masing pulau. Panorama pemandangan yang indah dapat terlihat jelas dengan banyaknya turis dan juga wisatawan yang datang baik dari dalam negeri maupun dari mancanegara.
Pariwisata yang baik sangat ditunjang dengan tersedianya transportasi yang memadai dan dapat memenuhi segala macam kebutuhan yang diperlukan dan diinginkan oleh konsumen. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin pesat, dan juga teknologi yang semakin berkembang setiap saat, sangat mempengaruhi kondisi bangsa Indonesia. Walaupun badai krisis ekonomi menghampiri negara kita ini, namun sebagai negara besar yang memiliki banyak pulau ini haruslah terus bangkit dan menunjukan eksistensinya sebagai negara yang berkembang.
Sektor jasa dewasa ini sangatlah berkembang dengan pesat, dua pertiga dari elemen dunia adalah sektor jasa. Pengguna sektor jasa sejauh ini lebih banyak didominasi oleh kalangan menengah keatas, karena efektifitas dan kualitas sangatlah mereka junjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sinilah perusahaan jasa dituntut untuk dapat memberikan pelayanan jasa yang terbaik sehingga mampu memenuhi harapan pelanggan / konsumen. (Luyioyadi,2001)
Pulau Batam, terletak diujung pulau Sumatra, memiliki letak yang sangat strategis, hal ini dikarenakan Batam berseberangan dengan Negara Singapura dan juga Malaysia. Batam merupakan sebuah pulau kecil namun mempunyai sejuta potensi didalamnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai sektor yang ada didalamnya. Dimulai dari sektor industri yang sangat diminati oleh para investor dari seluruh dunia yang menanamkan sahamnya disana, dan juga dari sektor pariwisatanya. Terlihat dari Jembatan Barelang dan juga pemandangan Pasir Putih di Pantai melur yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun dari luar negeri. Sebagai sebuah pulau yang eksoktik, maka sangatlah tepat sebagai pulau yang sering dikunjungi oleh wisatawan dari negara-negara sahabat.
Hal - hal tersebut sangatlah memberikan kotribusi yang sangat besar bagi para pengusaha transportasi. Karena Batam berada didaerah yang dikelilingi lautan luas, maka yang sangat berperan penting disini adalah jasa transportasi laut, dimana dapat berupa kapal ferry yang melintasi daerah – daerah sekitar Batam ataupun juga yang melintasi perairan negara sahabat. Selain kapal ferry ada juga kapal- kapal besar yang menjadi jasa transportasi bagi masyarakat. Dengan melonjaknya wisatawan yang berkunjung, maka semakin banyak pulalah para pengusaha transportasi laut khususnya kapal ferry ini bermunculan bagaikan jamur dimusim hujan di Batam. Karena hal itulah maka perusahaan yang berkonsentrasi pada jasa perbaikan alat-alat keselamatan dalam kapal juga sangat dibutuhkan sekali. Ini merupakan peluang bagi para pengusaha yang bergerak dalam bidang jasa perbaikan alat-alat keselamatan kapal. Untuk terus dapat bertahan dalam persaingan yang semakin banyak, maka harus ditetapkan tujuan yang ingin dicapai oleh para pengusaha transportasi ini, seperti laba yang diinginkan, jumlah klien yang semakin meningkat dan yang terpenting adalah keselamatan para penumpang dan awak kapal. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka harus memperhatikan perubahan yang terjadi dilingkungan bisnisnya ini, seperti faktor internal yang sangat penting dan juga faktor eksternal. Dari faktor internal maka akan dapat diketahui kekuatan dan juga kelemahan perusahaan, sedangkan dari faktor eksternal maka akan muncul berbagai macam peluang dan juga ancaman yang semuanya itu akan membantu menentukan manajemen strategi dan juga strategi pemasaraan apa yang tepat untuk dapat digunakan.
Pemilihan dan juga penerapan pelayanan dan strategi pemasaran yang baik akan sangat menunjang peningkatan jumlah perusahan kapal ferry yang datang dan menggunakan jasa dari fasilitas keselamatan kapal dengan tenang dan memuaskan. Berdasarkan hal tersebut, maka PT. Surya Cipta Segara sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa perbaikan alat–alat keselamatan kapal yang berada di Batam, harus berusaha untuk dapat memuaskan keinginan para pengusaha kapal ferry dan juga kapal-kapal besar lainnya agar selalu dapat memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan tidak memilih perusahaan lain yang menawarkan jasa yang serupa.
Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka manajemen PT. Surya Cipta Segara harus dapat memilah dan memilih strategi-strategi apa saja yang cocok untuk dapat bersaing dalam menghadapi berbagai peluang yang ada dalam persaingan yang semakin ketat ini. Oleh karena itu, maka manajemen PT. Surya Cipta Segara membutuhkan strategi pemasaran yang sangat baik guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan mengandalkan dan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan melalui pasar sasaran dan juga melalui berbagai macam program pemasaran agar dapat melayani pasar sasaran tersebut.
Dengan demikian, strategi pemasaran merupakan bagian yang terpenting dalam pengambilan keputusan perusahaan untuk dapat menghadapi segala bentuk ancaman yang ada dan dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan baik. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan serta terlihat betapa penting strategi pemasaran dalam dunia transportasi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“ ANALISA STRATEGI PEMASARAN PT. CIPTA SURYA SEGARA BATAM”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun maksud dari perumusan masalah adalah untuk memperjelas masalah yang hendak diteliti sehingga menjadi pedoman bagi penulis dalam mencegah terjadinya kemungkinan timbul kesimpang siuran dalam penelitian.
Berdasarkan uraian yang didapatkan dalam latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengetahui hambatan – peluang serta kekuatan – kelemahan yang dimiliki oleh PT.Surya Cipta Segara?
2. Strategi apakah yang sebaiknya digunakan oleh PT. Surya Cipta Segara?
1.3 Batasan Masalah
Dalam suatu penelitian, batasan masalah sangat dibutuhkan sehingga dapat mempertahankan keutuhan data yang diperoleh dari objek yang diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada PT Surya Cipta Segara Batam.
2. Penelitian ini hanya akan membahas tentang strategi fungsional PT. Surya Cipta Segara Batam.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hambatan – peluang serta kekuatan – kelemahan yang dimiliki oleh PT.Surya Cipta Segara Batam.
2. Untuk mengetahui dan menyusun strategi apa yang sebaiknya diterapkan dan digunakan oleh PT. Surya Cipta Segara.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan segala ilmu yang telah dipelajari dibangku perkuliahan, serta sebagai wadah yang dapat memberikan pengetahuan mengenai jasa dalam transportasi serta dalam hal penerapan strategi secara langsung maupun dibandingkan dengan teoritis.
2. Bagi industri transportasi
Sebagai sarana bahan pertimbangan yang dapat digunakan untuk mengolah strategi pemasaran yang akan diambil dari hasil penelitian yang diajukan penulis. Dan juga membantu manajemen perusahaan untuk penerapan strategi pemasaran yang baik agar dapat tercapainya tujuan perusahaan.
3. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia manajemen, khususnya pada bidang pemasaran.
PENGARUH TIPE KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Study Kasus PT. Pelayaran Elizabeth Evton
abstraks:
ABSTRAKSI
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. PELAYARAN ELIZABETH EVTON (Dibawah bimbingan B. Tewal dan D.P.E. Saerang)
PT. Pelayaran Elizabeth Evton merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan transportasi laut dengan rute manado-Talaud-Sangihe. Dimana kantor pusatnya berkedudukan di manado dan mulai beroperasi pada tahun 2002 sesuai dengan akta penderian perusahaan.
Untuk armada kapal yang dimiliki perusahaan berjumlah 4 (empat) unit dengan rincian dua kapal penumpang dan dua kapal barang dari tahun ke tahun jumlah penumpang dan muatan kapal barang semakin meningkat. Hal ini perlu dipertahankan mengingat perusahaan pelayaran sejenis sedang giat-giatnya melakukan pembenahan disegala bidang. Berdasarkan hal tersebut maka bagaimana perusahaan mampu untuk mempertahankan kinerja karyawan agar supaya bisa menunjang kegiatan operasional perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut yang akan diteliti adalah sejauh mana pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan PT. Pelayaran Elizabeth Evton. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Dari hasil penelitian, ada dua variabel independent (Kepemimpinan dan Motivasi) dan satu variabel dependen (Kinerja karyawan). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 14.00 maka diperoleh koefisien korelasinya adalah 0,90 hal ini cukup kuat atau signifikan karena mendekati 1.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar perusahaan dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja karyawan. Mengingat banyak sekali perusahaan pelayaran sejenis yang beroperasi di pelabuhan manado sedang berbenah, yang secara tidak langsung dapat mengancam keberhasilan yang selama ini sudah diperoleh perusahaan.
Kata Kunci : Kinerja, Kepemimpinan, dan Motivasi (Kata Kunci)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dewasa ini di Indonesia banyak bermunculan usaha baru dengan berbagai bentuk jenis usahanya. Munculnya perusahaan-perusahaan ini diharapkan akan menambah luasnya lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Di sisi yang lain perusahaan tidak mungkin mengoperasikan kegiatannya tanpa adanya manusia, karena faktor tenaga kerja manusia memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Setiap manusia mempunyai watak dan perilaku yang berbeda, di sebabkan karena beberapa hal, misalnya latar belakang pendidikan, keterampilan, watak dasar maupun faktor-faktor lainnya dari tenaga kerja itu sendiri. Keberagaman perilaku tersebut akan mempengaruhi jalannya kegiatan perusahaan, yang bukan saja berdampak pada hasil yang akan dicapai perusahaan, tetapi juga bagi masyarakat yang menikmati hasil produksi tersebut. Suatu perusahaan bagaimanapun majunya teknologi yang dimiliki tanpa ditunjang dengan dan oleh tenaga kerja yang cakap maka kemungkinan besar sasaran dari perusahaan tidak akan tercapai. Tenaga kerja yang bekerja sesuai dengan fungsinya (the right man in the right place) akan menunjang tercapainya keberhasilan tujuan perusahaan. Di samping itu peran pemimpin menjadi tidak kalah pentingnya. Seorang pemimpin perusahaan yang bijaksana dan baik harus dapat memberikan kepuasan kepada para pekerjanya dan selalu berusaha memperhatikan gairah serta semangat kerja mereka. Tentunya pihak pimpinan harus mempunyai kemampuan dalam mengelola, mengarahkan, mempengaruhi, memerintah dan memotivasi bawahannya untuk memperoleh tujuan yang diinginkan oleh perusahaan.
Pemimpin-pemimpin yang efektif merupakan orang-orang yang bermotivasi tinggi. Mereka dengan sukarela berusaha mencapai sasaran-sasaran tinggi dan menetapkan standar-standar prestasi tinggi bagi mereka sendiri. Mereka mempunyai sifat yang energik, selalu ditantang dengan problem-problem yang tidak terpecahkan di sekitar mereka. Seorang pemimpin berusaha mengubah keinginan seseorang untuk melaksanakan sesuatu hal, ia akan menunjukkan arah yang harus ditempuh dan membina anggota kelompok kearah penyelesaian hasil pekerjaan kelompok. Perubahan-perubahan organisasi, sejarah dan masyarakat dari usaha-usaha sejumlah individu-individu yang superior. Mereka mendedikasikan dirinya terhadap misi-misi tertentu, mereka menginginkan kekuasaan dan pengaruh atas pihak lain.
Seorang pemimpin mempunyai sebuah misi atau tujuan yang ingin dicapainya, ia akan berusaha menarik para pengikutnya hingga mencapai tingkat prestasi yang cukup memuaskan. Memang sebagai seorang pemimpin harus mempunyai sifat seperti di atas, agar ia dapat menjalankan kelompoknya. Oleh karena itu, bagaimana seseorang agar dapat menjadi seorang pemimpin yang berkualitas sangat perlu untuk diketahui, agar calon pemimpin tersebut dapat berbuat sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan menjadi seorang pemimpin yang betul-betul dapat memimpin anak buahnya untuk mengarahkan mereka pada tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat mempengaruhi pihak lain untuk bekerjasama secara sukarela dalam melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mencapai apa yang diharapkan dan dapat mengembangkan kelompok yang dipimpinnya.
Di dalam mengelola karyawan yang ada dalam perusahaan harus diciptakan suatu komunikasi kerja yang baik antara atasan dan bawahan agar tercipta hubungan kerja yang serasi dan selaras. Hal ini dapat meningkatkan semangat dan kegairahan kerja para karyawan tersebut dan diharapkan akan mencapai prestasi yang tinggi di bidang pekerjaan mereka masing-masing. Selain itu diperlukan pula adanya penilaian prestasi kerja mereka.
Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Kegunaan-kegunaan penilaian prestasi kerja dapat dirinci sebagai berikut perbaikan prestasi kerja, penyesuaian-penyesuaian kepemimpinan, keputusan-keputusan penempatan, kebutuhan latihan dan pengembangan, perencanaan dan pengembangan karier, penyimpangan-penyimpangan proses staffing, ketidakakuratan informasional, kesalahan desain pekerjaan, kesempatan kerja yang adil dan tantangan-tantangan eksternal (Handoko, 1999).
Indonesia sebagai negara kepulauan sangat membutuhkan alat transportasi laut untuk memperlancar arus perdagangan barang dan mobilitas orang. Peningkatan ekonomi dewasa ini telah mendorong perusahaan-perusahaan pengangkutan laut (pelayaran) mengembangkan usahanya dengan dengan mengoperasikan kapal penumpang maupun kapal barang (cargo). Untuk itu pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memperhatikan dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan pengangkutan laut tersebut dalam rangka untuk kegiatan operasional perusahaan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Perhubungan RI tentang perkembangan perusahaan pelayaran di Indonesia empat tahun terakhir tampak dalam grafik 1.1.
Dari grafik diatas tampak bahwa betapa pesatnya perkembangan perusahaan pelayaran di Indonesia. Pada tahun 2003 terdapat 1100 perusahaan , 2004 terdapat 1400 perusahaan , 2005 terdapat 1770 perusahaan dan tahun 2006 terdapat 2100 perusahaan . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persaingan baik itu kapal penumpang maupun kapal barang semakin hari akan semakin tinggi. Untuk itu sebagai upaya dalam mempertahankan eksistensi perusahaan, maka yang perlu diberi perhatian adalah masalah sumber daya manusia. Masalah sumber daya manusia ini sangat menentukan dalam upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan perusahaan.
Kondisi ini berlaku juga di Manado, mengingat jangkauan ke beberapa daerah di sekitarnya harus melalui laut, sehingga armada kapal sangat diperlukan, terutama di Kepulauan Sangihe dan Talaud. Keberadaan sarana transportasi laut ini sangat potensial untuk menunjang arus penumpang dan barang antara Manado sebagai ibukota propinsi Sulawesi Utara dengan Kepulauan Sangihe dan Talaud sebagai daerah kabupaten.. Di daerah kepulauan Sangihe dan Talaud yang rata-rata penghasilan masyarakatnya berasal dari perkebunan seperti pala, cengkeh, dan kelapa, dimana untuk menjual atau mendistribusikan hasil perkebunan tersebut ke Manado sangat diperlukan sarana transportasi laut. Apalagi kita tahu bersama bahwa Sangihe dan Talaud itu merupakan daerah kepulauan. Jadi memang sering terjadi perdagangan antara pulau (dari pulau yang satu kepulau yang lain) sehingga perlu disediakan sarana trasnportasi laut yang bisa beroperasi didaerah Sangihe dan Talaud. Disamping itu juga rata-rata kenaikan jumlah penumpang rute kepulauan Sangihe dan Talaud ke Manado dari tahun-ketahun semakin meningkat. Rata-rata peningkatan jumlah penumpang dari rute tersebut dari tahun 2003 s/d 2006 terlihat dalam grafik 1.2 dibawah ini.
Dari grafik diatas terlihat jelas bahwa setiap tahun rata-rata jumlah penumpang semakin hari semakin meningkat. Pada tahun 2003 terdapat 680.000 penumpang, tahun 2004 terdapat 710.000 penumpang, tahun 2005 terdapat 740.000 penumpang, dan 2006 terdapat 780.000 penumpang. Perusahaan pelayaran yang beroperasi di Pelabuhan Manado rata-rata perusahaan perseorangan maka kepemimpinan yang benar-benar mampu menjalankan operasional perusahaan dengan baik sangatlah diperlukan. Karyawan akan bekerja dengan baik apabila mempunyai seorang pimpinan yang benar-benar bisa memahami dan memenuhi keinginan mereka.
Disamping faktor kepemimpinan, faktor motivasi juga dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Seseorang belum tentu bersedia untuk mengerahkan segenap kemampuannya yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang optimal, dan karenanya diperlukan adanya pendorong agar mereka mau menggunakan seluruh potensinya. Daya dorong tersebut sering disebut motivasi. Melihat kenyataan tersebut, sudah saatnya pimpinan dapat lebih banyak memberikan kesempatan kepada karyawan mengembangkan kemampuannya untuk lebih berprestasi dalam melaksanakan tugas pekerjaan, terlebih lagi dalam persaingan bisnis yang semakin hari semakin meningkat. PT Pelayaran Elizabeth Evton menyadari bahwa peran kepemimpinan dan motivasi dalam meningkatkan kinerja karyawan. Pada dasarnya kinerja karyawan perusahaan ini sudah baik, terlihat dari sisi pelayanan mulai dari pemesanan tiket sampai para penumpang tiba ditempat tujuan bisa berjalan dengan lancar. Disamping itu juga penumpang yang menggunakan armada dari PT. Pelayaran Elizabeth Evton semakin hari semakin meningkat, namun demikian, melihat perkembangan perusahaan-perusahaan pelayaran yang ada di pelabuhan Manado cukup banyak, maka untuk menjaga hasil yang dicapai perusahaan agar jangan sampai lari pada kapal penumpang yang lain, pihak perusahaan perlu meningkatkan kinerja yang selama ini sudah baik. Disamping itu juga perlu membenahi manajemennya agar supaya bisa beroperasi lebih baik lagi. Jadi memang PT. Pelayaran Elizabeth Evton harus terus meningkatkan kinerja dari para karyawannya, jangan sampai ketinggalan dengan perusahaan- lain yang juga terus membenahi manajemennya baik dari sisi pelayanan administrasi sampai pada pelayanan penumpang.
Dengan demikian kiranya perlu diupayakan terus perbaikan kinerja karyawan melalui penerapan analisis kepemimpinan dan motivasi dikembangkan di PT. Pelayaran Elizabeth Evton. Jadi berdasarkan latar belakang diatas maka melalui kesempatan ini penulis ingin meneliti dengan Judul : Pengaruh Tipe Kepemimpinan dan Motivasi terhadap kinerja karyawan (Studi Kasus PT. Pelayaran Elizabeth Evton).
1.2Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah :
Sejauh mana faktor tipe kepemimpinan dan motivasi mempengaruh kinerja karyawan di PT. Pelayaran Elizabeth Evton ?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
Untuk mengetahui dan menganalisis sejauhmana pengaruh faktor tipe kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan PT. Pelayaran Elizabeth Evton.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :
1.Bagi Manajemen PT. Pelayaran Elizabeth Evton dapat merumuskan suatu kebijakan untuk meningkatkan kinerja karyawannya.
2.Bagi para penumpang motor PT. Elizabeth, dapat merasakan peningkatan pelayanan sebagai dampak dari kinerja karyawan yang semakin baik.
3.Bagi penulis, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah serta, serta menambah wawasan dalam bidang Manajamen Sumber Daya Manusia.
1.5Tinjauan Pustaka
Peneliti Purnomo (2003) dengan Judul Pengaruh Faktor-Faktor Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan Malang) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana faktor karakteristik individu (X1), karakteristik pekerjaan (X2), dan karakteristik situasi kerja (X3) secara parsial dan simultan berhubungan dan berpengaruh terhadap kinerja Karyawan (Y) dan faktor motivasi diantara karakteristik individu (X1), karakteristik pekerjaan (X2), dan karakteristik situasi kerja (X3) yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja Karyawan (Y). Dalam penelitian ini, diajukan 24 (dua puluh empat) item pertanyaan kepada 43 (empat puluh tiga) responden Karyawan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan Malang pada 7 (tujuh) bagian yang terdiri dari 6 (enam) item pertanyaan variabel karakteristik individu (X1), 6 (enam) item pertanyaan variabel karakteristik pekerjaan (X2), 6 (enam) item pertanyaan variabel karakteristik situasi kerja (X3), dan 6 (enam) item pertanyaan variabel kinerja Karyawan (Y). Dalam penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa variabel karakteristik individu (X1), karakteristik pekerjaan (X2), karakteristik situasi kerja (X3) pengaruhnya secara simultan terhadap kinerja Karyawan (Y) PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan Malang adalah sebesar 64,9% (dilihat dari nilai Adjusted R2). Ini menunjukkan bahwa variabel independent sangat berpengaruh terhadap kinerja Karyawan, sedangkan 35,1% sisanya adalah variabel-variabel lain diluar variabel karakteristik individu (X1), karakteristik pekerjaan (X2), karakteristik situasi kerja (X3) pengaruhnya secara simultan terhadap kinerja Karyawan (Y) PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan dan Jaringan Malang. Penelitian ini juga juga mengemukakan pengaruh karakteristik individu (X1) terhadap kinerja Karyawan (Y) adalah paling besar diantara ketiga faktor motivasi yaitu 51,75%. Hal ini berarti perubahan kinerja Karyawan (Y) dipengaruhi oleh karakteristik individu (X1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu (X1) adalah faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kinerja Karyawan (Y).
Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja: Pendekatan Konsep Peneliti : Armanu Thoyib (2004) Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menjelaskan suatu kerangka kerja konseptual yang menggambarkan hubungan variabel-variabel kepemimpinan, budaya, strategi, dan kinerja. Artikel ini mempresentasikan beberapa konsep teori dari Perilaku Organisasi, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Manajemen Strategik. Akhirnya beberapa tujuan penelitian yang mengamati tentang hubungan variabel-variabel kepemimpinan, budaya, strategi, dan kinerja sangatlah diharapkan untuk mengembangkan tujuan penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam penulisan artikel ini yang memerlukan jawaban konseptual maka dapat disimpulkan bahwa variable Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Strategi berpengaruh terhadap Kinerja.

Readmore »»